Terkadang pemburu beasiswa memang terlanjur gentar dengan beberapa requirements yang dipandang sebagai ‘momok’. Tak jarang ini membuat beberapa orang mundur teratur dan justru nggak pernah apply beasiswa yang dia impikan. Siapalah gue yang hanya remah-remah Oreo yang renyah di luar garing dan lembut di dalam?
Baca juga: [Review] Meraih Mimpi dengan Beasiswa
Padahal ada beberapa rahasia lolos
beasiswa yang mungkin nggak pernah terpikir di benak beberapa orang.
TOEFL score
bisa loh dinegosiasikan!
Sudah bukan
rahasia lagi kalau kemampuan Bahasa Inggris merupakan syarat utama bagi
siapapun yang ingin sukses di bidang akademik. Ya, language is not everything, but everything without language is nothing!
Bahasa adalah sarana berkomunikasi, so
kalau kamu kehilangan bahasa sebagai sebuah sarana utama gimana kamu bisa
komunikasi dengan dosen dan materi perkuliahan di luar negeri? Tanpa bahasa
gimana kamu bisa mengomunikasikan idea dan
menaklukan dunia? Apakah cukup dengan gesture?
So, siapapun pasti mengamini bahwa bahasa sangatlah
penting, tapi ternyata kamu bisa lho menangguhkan syarat lolos beasiswa yang
satu ini. Dengan catatan ya skor kita nggak jauh-jauh amat dari ketentuan. Kamu
bisa meminta conditional letter supaya
kita dikasih kesempatan untuk mengikuti tes Bahasa Inggris atau bahasa lainnya
yang diminta dalam jangka waktu tertentu. Hal ini juga karena kita semua tahu
bahwa biaya untuk bisa mengikuti tes kemampuan bahasa memang nggak murah. Bahkan
di beberapa daerah belum tersedia lembaga terkait yang mengakomodasi hal ini. Jadi
kamu mungkin juga butuh biaya transportasi dan lainnya menuju kota besar untuk
dapat mengikuti tes yang belum tentu juga lulus. Komunikasikan aja dengan reviewer kamu!
Siapa bilang IPK pas-pasan kehilangan kesempatan
mendapatkan beasiswa?
Ada banyak
jenis beasiswa. Untuk mereka yang menonjol di bidang akademik, bakat tertentu
atau organisasi. Tidak dipungkiri memang kalau Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
kita tinggi akan lebih mudah dalam meraih beasiswa tertentu. Setidaknya cukup
lolos administrasi.
Tapi ternyata
ada beberapa beasiswa yang nggak menyaratkan IPK tinggi. Misalnya untuk science cukup 2,5 atau 2,75 untuk
humaniora. Kalau mungkin peringkat kamu lemah di IPK, cabalah gali potensimu
yang lain. Pasti ada potensi terpendam dalam dirimu yang belum tereksplorasi. Kasihan
kalau potensi itu lama mengerak di dalam diri.
Mempunyai rencana riset lengkap dengan advisor-nya tentu memudahkan
Gagal merencanakan
sama saja dengan merencanakan kegagalan. Siapa yang setuju? Pun dengan gagal
merencakan studi. Lah, siapa yang bisa memastikan keseriusan kita dalam
menempuh pendidikan kalau pihak-pihak yang berwenang nggak mendapatkan jaminan
apa-apa bahwa kamu akan bisa mereka banggakan atau justru merugikan?
Dengan mempunyai
rencana penelitian yang matang, reviewer akan
tahu bahwa kamu punya masa depan. Apalagi kalau sudah kontak dengan professor atau
advisor di kampus tujuan,tentu akan
lebih memudahkan karena ada yang menjamin bahwa kita akan lulus dengan
gemilang, bukan mundur teratur atau di D.O. kemudian. Dengan mengenal advisor juga akan memudahkan kamu
mendapatkan projects penelitian. Ini juga
akan memperpendek masa studimu dan menghindarkan dari kegalauan utama seorang
mahasiswa tingkat akhir yang siap menerima ‘surat cinta dari kampus’ untuk
segera lulus.
Sst… file-file korenspondensi dengan calon
pembimbing mungkin juga diperlukan ketika wawancara sebagai poin lebih kita di
mata reviewer, loh!
Beasiswa bukan untuk orang tak mampu saja
Dulu memang
yang namanya beasiswa erat kaitannya dengan kemampuan financial seseorang. Anak
seorang PNS golongan tertentu nggak bisa dipandang layak mendapatkan beasiswa. Wajar
saja, syaratnya kebanyakan adalah Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) atau slip
gaji orangtua. Mau bohong? Kan di Kartu Keluarga tertera jelas profesi
orangtuanya. Belum lagi kadang ada beasiswa yang menyaratkan foto segala macam property yang kita miliki, surat-surat
kendaraan, sampai rekening tagihan listrik.
Ngapain juga
harus bohong, nanti nggak berkah beasiswa dan ilmunya. Cari aja beasiswa lain
yang mungkin masih cocok dengan kamu. Setiap orang kan ada jatahnya
sendiri-sendiri. Siapa tahu jatah kamu adalah beasiswa yang lebih prestisius. You never know if you never try, kalau
kata Coldplay.
Anak dari daerah susah dapat beasiswa
Siapa bilang?
Justru beberapa beasiswa dari institusi ternama dengan nominal yang luar biasa
justru diperuntukan bagi anak-anak di daerah terpencil, terluar, tertinggal atau
di kawasan rawan konflik. Kuncinya adalah kemauan kita dalam mencari tahu dan
menggali informasi lebih dalam lagi tentang segala jenis beasiswa yang
bertaburan di dunia ini.
Apalagi untuk
anak Indonesia yang berada di Negara berkembang dan menyimpan potensi
sumberdaya yang luar biasa besar. Siapa yang nggak kepincut untuk membiayai
pendidikan kita?
Usia bukan halangan untuk meraih impian
Ada beasiswa
tertentu yang menyaratkan batasan usia. Australia Awards Scholarship (AAS)
misalnya menyaratkan usia maksimal 42 tahun, beasiswa Dikti 45 tahun, LPDP 40
tahun. Ternyata ada beasiswa yang tidak menyaratkan usia bagi pelamarnya. Coba cek
ketentuan untuk Erasmus Mundus yang bahkan bisa memungkinkan kita kuliah di
beberapa Negara sekaligus! Cari tahu dengan jarimu!
Menyalahkan pihak lain atas kegagalan diri
Baru aja
masukin berkas, udah nggak lolos seleksi administrasi. Ini pasti salah Jokowi!
Memang gampang
banget mencari kambing hitam dan meng-klaim diri kita sebagai korban. Tapi pernahkan
kamu mengevaluasi diri? Bisa saja sebenarnya Tuhan sudah mengirimkan
tanda-tanda sejak ratusan purnama supaya kamu lolos beasiswa tapi kamu nggak
mengikuti scenario-Nya?
Terkadang memang
kamu yang awalnya sudah bertekad untuk berjuang tiba-tiba luluh karena ajakan
kawan untuk nge-gigs atau sekedar
konkow di warung kopi sambil nonton Stand Up Comedy. Padahal kamu sudah
berencana untuk sekedar mengecek lagi motivation
letter di waktu itu dan mencoba menemukan kalimat-kalimat pamungkas yang mungkin
bisa menyihir reviewer.
Pemburu beasiswa seringkali mudah putus asa
Ditolak oleh
sebuah lembaga funding padahal kamu
sudah sampai tahap wawancara itu ‘sakitnya di sini banget’ nggak sih?
Besoknya lagi
coba beasiswa lainnya dengan menurunkan grade
dan target dan ternyata gagalnya malah baru di seleksi administrasi. Kemudian
kamu menyerah dan mengutuki diri bahwa kamu amat sangat nggak berguna dan
kehilangan motivasi untuk kuliah tinggi-tinggi. Kamu cemen!
Seandainya
Thomas Alfa Edison gagal dalam percobaannya yang ke-98, mungkin sekarang kita
belajar masih ditemani lampu obor.
Semakin sering
kamu mengikuti seleksi, seharusnya kamu semakin lihai membaca situasi, lalu
mengevaluasi diri dan mencoba menemukan benang merah dari kegagalan-kegagalan
yang kamu alami. Bahkan kamu justru menemukan jurus jitu lolos beasiswa
impianmu setelah kamu menyadari kesalahanmu. Simpan dulu rasa malumu karena
mungkin setelah kamu mencoba berkali-kali reviewer
akan merasa kasihan dan akhirnya meluluskan kamu. Siapa yang peduli bahwa
kamu lulus hanya karena rasa iba? >.<
Mendapatkan beasiswa bukan berarti kesuksesan di
tangan Anda!
Terkadang ada
yang terlena setelah mendapatkan beasiswa. Ini biasa terjadi pada mahasiswa
tingkat sarjana. Mungkin mereka terlalu jumawa atau bahkan lengah karena sudah
merasa aman lantaran ada yang menggaransi biaya pendidikannya. Tapi ternyata
banyak juga peraih beasiswa (utamanya) Bidik Misi dan Bina Lingkungan justru
terpuruk prestasinya. IPK kamu terjun bebas karena ternyata kamu mulai asyik
dengan aktivitas lain seperti ekstrakurikuler atau bahkan kerja part time.
Siapa juga
yang mau membiayai orang yang hobi malas-malasan dan cukup puas dengan keadaan?
Atau orang yang hanya focus pada satu tujuan dan mengabaikan ketentuan? Kalau sudah
begini, biasanya beasiswa akan dihentikan dan tinggal kelimpungan mencari
bantuan.
Baca juga: Behind The Scene: Rise Your Glass!
Baca juga: Behind The Scene: Rise Your Glass!
Kuncinya adalah
konsistensi dan perluas jaringan pergaulan. Kalau ada masalah dalam bidang
akademik segera temui bimbingan konseling, dosen wali atau pembimbing akademik
atau siapapun yang sekiranya bisa membantumu bangkit dari keterpurukan dan
kegalauan.
Anyway, masih takut untuk apply?
Silakan bergelut dengan angan-angan atau beraksi meraih mimpi!
Sayangnya saya tidak bisa hadir secara langsung di bedah buku tadi. Kalau denger berita gembira teman dapet beasiswa rasanya jadi pengen banget. Baca tulisanmu membuat saya tambah ingin dapat beasiswa. Menurutmu bagaimana ya langkah awal menemukan beasiswa yang pas buat kiya?
ReplyDeleteTemukan passion fokus keilmuan dulu :) gimana?
DeleteIhiy mantaap buu.
ReplyDeletesemoga mambantu :)
DeleteKalau sy sepertinya udah mentok S1 aja lah, dah males mikir wkwkwk
ReplyDeleteLOL. buat anaknya mungkin
DeleteLaporannya lengkap... keren eeuy... 😍😍
ReplyDeletesemoga memotivasi, uni
DeleteInfo yang bagus untuk yg muda muda nih..
ReplyDeleteyang tua juga boleh kok kak :)
DeleteMANTAAPPPP..
ReplyDeleteamiin semoga bisa dapet beasiswa jugaa
aamiin... mari berjuaaaaanggg!
DeleteIya nih...super detail dan lengkap..
ReplyDeletebiar bisa ke luar negeri jugaaaahhh dooongggg
DeleteWah itu kok bagian ditolak stlh wawancara terus nyoba beasiswa lain eh administrasi aja ga lolos itu saya merasa tersindir e. Haha. Tahun depan mau nyoba satu kali beasiswa lagi. Kalo ga lolos juga, ya nanti ngumpulin niat buat S3#hasekk
ReplyDeleteLOL. Si gue juga gituuuu haha. Mari berjuang untuk S3 ;)
Deletethe only problem for me is, udah males sekolah hehe
ReplyDeletesemangat sekolah tinggi sis!
huwaaaa... kalo masalahnya itu sih agak susah ya teh. Eh siapa tau nanti berubah pikiran :)
Delete