Pernikahan itu
buat Saya adalah gerbang cakrawala baru yang sungguh-sungguh membuat Saya pergi
ke dunia lain yang sama sekali berbeda dengan sebelumnya. Sebenarnya pengin sih
cerita kenapa Saya pada akhirnya menikah dan serba serbi pernikahan itu
sendiri. Namun ya gitu, waktu Saya 24/7 itu rasanya nggak cukup untuk
mewujudkan begitu banyak angan-angan.
So, Saya pengin
mulai aja dari request terbanyak tentang bagaimana menyelenggarakan pernikahan
yang minim sampah. Semua itu sangat mungkin karena menurut Saya yang masih
susah untuk minim sampah adalah ketika kita bicara soal kesehatan. Masalah
sampah dan kesehatan adalah dua hal yang mungkin harus dipisahkan.
Meskipun sudah
terjadi hampir dua tahun lalu, tentu Saya masih ingat betul bagaimana
pernikahan Saya berlangsung. Pernikahan saya memang nggak sesempurna apa yang saya harapkan. Namun at least saya telah berusaha untuk membuat ini menjadi nyata. Ini bukan tentang bagaimana Saya ingin mewujudkan
pernikahan impian, tapi juga mencari jalan tengah dari keinginan dua keluarga
besar yang sama-sama baru pertama menggelar hajatan. Most of all adalah kita
menemukan partner hidup yang benar-benar sejalan dengan prinsip kita. Kalau enggak
ya siap-siap debat sepanjang hayat.
Baca Juga: RGHB Journey
Ini Saya katakan
nggak mudah, bagi Saya tentunya. Bagi keluarga kamu mungkin berbeda. Kamu nggak
bakal tau smapai kamu berusaha. So, kalau bisa mewujudkan pernikahan impian yang
unik sekaligus minim sampah dan membahagiakan semua orang, kenapa enggak,
yakan?
Berikut ada 7
hal yang perlu kamu pikirkan untuk mewujudkan pernikaha minim sampah. Gerbang kehidupan
baru yang harus diawali dengan segala kebaikan agar membawa keberkahan untuk
selanjutnya.
1. Undangan
Saya enggak
mengundang satu pun teman. Saya ngasih tau, bahkan jauh-jauh hari ketika
mau lamaran pun beberapa teman sudah tau. Namun yang namanya benar-benar teman
kan tau apa yang Saya inginkan. Haha. Yas, Saya nggak suka pesta, Saya nggak
suka keramaian. So, yang mengundang keluarga besar dan beberapa tamu di luar
keluarga hanya orang tua Saya. Pernikahan Saya benar-benar berlangsung dengan
sangat private.
Saya memberi tau
teman, kolega, dan pimpinan di kampus dengan cara mendatangi, menelepon, dan
atau mengirimi mereka video dan pesan secara private. Saya nggak menghasilkan
sampah berupa kertas undangan yang mungkin nggak bakalan bisa diapa-apain lagi.
Bahkan membuat orang lain sulit mengelola, harus siapakah sampah yang begitu
bagus, elegant, dan mahal itu?
Orang tua Saya
tinggal di kampung. Kondisi ini memudahkan proses mengundang karena tradisinya
kan emang pakai hantaran nasi. Lebih sopan dan bermanfaat.
2. Venue
Saya nggak butuh
sewa gedung karena thank God orang tua Saya tinggal di kampung dan
halamannya
masih cukup untuk membangun tenda ukuran sedang. So, cukup sewa tenda dan segala
perlengkapannya.
Saya nggak pakai
dekorasi macam-macam karena di kampung Saya dekorasi yang ada full bunga warna
warni nggak ngerti lagi Saya harus apresiasi dari sudut mana.
Menjelang ashar
sebelum Hari H, salah seorang tetangga mengamini ide saya untuk membuat corner
yang agak pantas. So, this is it... salah satu dekorasi di pernikahan Saya hanya begini
tapi Saya nggak nyesel, kok.
Sedihnya,
besok-besoknya si tukang sewa dekorasi nyontek ide saya Dan dikembangkan
seperti kebanyakan dekorasi minimalis kekinian.
3. Pakaian
Saya dan
keluarga menjahit bahan yang kami beli sewaktu belanja bareng mamanya pacar di Bandung. Kami jahit
sehingga masih kemungkinan untuk dipakai ke pesta. Awalnya malah Saya pengin
pakai baju yang polos, sederhana, namun elegant. Meski akhirnya ya tetap baju
begitu juga yang Saya pakai. LOL.
4. Seserahan
Biasanya yang
Saya lihat, seserahan itu isinya barang-barang mewah yang mirisnya jarang
banget dipakai. Saya yang anaknya emang nggak neko-neko ya cukup minta
seserahan produk make up dan toiletries yang benar-benar Saya pakai
sehari-hari, bukan ocassionally. Selain itu ada tas ransel dan sepatu boots,
pakaian berupa celana panjang, kemeja dan outer, dan yang paling menghebohkan
adalah notebook.
Ya, notebook yang Saya pakai sehari-hari kini
adalah pemberian dari pacar karena netbook Saya yang Reddy sudah berumur lebih
dari lima tahun dan nggak support lagi untuk beragam aktivitas Saya. Seserahan
inilah yang paling merogoh kantong paling dalam. So, tentunya dia harus
menghasilkan yang lebih banyak lagi. LOL.
Untuk wadahnya
sebenarnya kami penginnya sewa agar nggak nyampah. Kan ada tuh yang pakai kaca,
bukan pakai plastik atau kertas. Namun karena pacar di Bandung Saya di Lampung
agak susah sewa-sewa. Akhirnya pakai keranjang bambu yang kami beli di Bandung juga. Lalu dicover pakai kain tile yang kelak kain ini
dijahit sebagai bantalan sekam untuk komposter takakura.
5. Souvenir
Yaampun ini
kalau uang kami banyak aja pasti kami mau ini-itu. Namun karena
programnya
minimalis dan penghematan, jadi kami memesan buku almatsurat mini via online
dan tote bag dari Bandung.
Sebenarnya
pengin ngasih bibit pohon karena kalau benih ada kekhawatiran jadi mubazir
juga. Pengin ngasih sukulen yang lucu-lucu tapi enggak ah. Pengin ... Ah,
banyak!
6. Mas kawin
Dari awal
memutuskan untuk ya-saya-akan-menikah-someday pada usia 25 tahun (sebelumnya
Saya nggak pengin nikah), Saya nggak bercita-cita untuk minta mas kawin berupa
alat sholat. Saya anaknya filisofis, jadi mikirin banget makna dari sesuatu.
Mikir sampai puanjang.
Hingga
sejak saat itu saya pengin dikasih mas kawin bibit pohon jati sebanyak 99 batang.
Lalu karena sepertinya kebanyakan, Saya pangkas jadi 81. Masih kebanyakan juga, susah dibawa nyebrang pulau ke Lampung, jadi Saya pangkas jadi 27. Eh, kasian sama pacar, Saya pangkas lagi jadi 9 batang
saja.
Baca juga: Petualangan Jiwa Mencari Bibit Pohon Jati
Angka-angka itu
kalau dijumlahkan hasilnya 9, kesempurnaan. Saya berharap keputusan untuk
menikah ini akan membawa kehidupan yang sempurna, dari sudut pandang kami yang
sederhana.
Namun pacar Saya
mikir, "masa Bapak-Ibu cuma dikasih ginian. Ditambahlah apa gitu. Nggak
enak Aku cuma ngasih ginian." Kurang lebih gitu deh. Hingga akhirnya
muncullah mas kawin emas sebanyak 9 gram. FYI, emas itu batangannya 5 gram, so
dia harus pesan dulu yang 4 gram. Ribet, ya. Enggak, kok. Kan nggak bikin
sendiri. LOL.
7. Katering
Saya suka sedih
liat piring kotor di bawah kursi dan masih banyak makanannya kalau di
pesta-pesta. Saya sih penginnya tamu-tamu itu full self service. Makan ambil
sendiri, lalu letakkan piring kotor di tempat yang telah disediakan. Harus ada
memo-memo yang dipajang untuk mengingatkan tamu. Ingatkan juga supaya tamu
nggak berlebihan dalam mengambil makanan. Seperlunya dan ambil yang
sungguh-sungguh di sukai.
Namun di kampung
Saya nggak bisa. Itu dianggap kurang sopan. So, ya Saya manut aja. Yang penting
makanannya masak sendiri dan sisanya masih bisa dibagi ke tetangga.
Oh iya,
pernikahan Saya ini konsepnya adalah berbagi. Jadi meski kami nggak mengundang,
kami menyiarkan bahwa telah terjadi pernikahan. Kami mengantarkan makanan ke
banyak orang karena ya Bapak motong sapi, motong ayam, dan panen ikan di kolam.
Kami makan besar.
Katering adalah
divisi ((( D I V I S I ))) yang paling banyak menghasilkan sampah di pesta. Di
acara apapun ya sepertinya. Hal yang dapat dilakukan ya sediakan dispenser
lengkap dengan gelas-gelas pakai ulang. Lalu untuk pondokan makanan jangan
sampai ada mangkok-mangkok plastik sekali pakai. Sendok plastik. Ah, semuanya
pakai yang real saja. Lha katanya pengin menghormati tamu, masa ngasih yang
fake?
Eh, masih ada lagi
nggak kira-kira yang bisa dilakukan supaya pesta pernikahan Kita minim sampah?
Lemme know, please!
dapat aja ide untuk nulis ya gan, hal yang di bahas rasanya sepele tapi kalau dilihat dari manfaatnya justru sangat bermanfaat, mantaplah
ReplyDeleteWih keren Mbak bisa mewujudkan pernikahan minim sampah. Makanan itu ya emang PR banget gimana caranya supaya bisa less waste. Ide souvenir buat kasi polybag bibit taneman juga lucu, sekalian kampanye gerakan 1000 pohon. Sayang ya belum bisa terwujud kemarim. Hehe..
ReplyDeleteBener banget, mau di nikahan manapun memang DIVISI Catering adalah yang paling nyumbang sampah dimana-mana. Kadang bingung, even di gedung sekalipun orang-orang masih ada ajaa yang buang sampah semaunya. Segitu magernya apa ya?
ReplyDeleteTapi waktu nikahanku, aku juga ngurangin undangan fisik dan memperbanyak undangan digital. Bahkan undangan digitalku aku bikin sendiri dan dikasih link pembayaran BCA, OVO, Dana, sampe Gopay hahaha
Baru ngeh saya pernikahan bisa menimbulkan banyak sampah. Apalagi kalau resepsi gedegedean. Wah melimpah deh. Tapi pandemi gini pernikahan simple yang tidak mengundang orang banyak bsa dijadikan kesempatan untuk mmengurangi sampah dan juga menjaga kesehatan baik masyarakat dan juga dompet. Bujetnya bisa buat nyicil rumah
ReplyDeleteiya yah undangan online emang bikin minim sampah karena biasanya undangan kertas paling disimpen kalau ga dibuang...btw mba mas kwainnya unik banget deh heheh jadi inspirasi nih ga bikin ribet ya niahannya semaoga mejdi keluarga samara
ReplyDeleteCatering yang biasanya menghasilkan banyak sampah memang dan temanku kebetulan pernah jadi wedding organizer yang mengorganisir supaya di atas piring piring tersebut tidak memakai plastik melainkan menggunakan daun pisang
ReplyDeleteHappy wedding.
ReplyDeleteBahagianya jadi berlipat ya karena konsepnya sudah sesuai keinginan pribadi.
Salam lestari, yuk makin semangat pilah sampah.
Kalau di kampu g nikahan itu apa2 dipotong ya mbak... Punya sapi potong sapi. Pu.ya ayam potong ayam... Wkwkwkw emang pernikahan minim sampah ini harus dikampanyekan biar pada aware. Soale mikahan wes mesti buaanyyaak sampah apalagi catering. Undangan juga penting itu... Kadang gag dipakai setelah pernikahan selesai
ReplyDeleteInspiratif banget, saya juga punya cita" bisa nikah secara private ahahaha selain mengurangi sampah juga rasanya lebih khidmat aja bersama keluarga besar. Setuju banget sih, dimana" emang cathring ini penyumbang sampah terbesar dalam acara. Apalagi kalau tamunya suka mageran duhh pasti ada sampah dimana-mana
ReplyDeleteIde bagus nih.. dan itu bisa terwujud kalau orang tua juga merestui resepsi pernikahan yang minimalis dan private. Dulu saya pun pengen begitu, tapi terbantah mentah-mentah sama orang tua, yang akhirnya nyebar 1000 undangan. 🤣🤣🤣
ReplyDelete