Saya pernah di”bully” gara-gara saya mendukung hari tanpa asap di kampus dengan alasan jejak karbon. Sudah berhenti sampai kondisi saya mendukung hari tanpa asap tanpa sempat saya menjelaskan alasan yang melatarbelakangi statemen saya. Padahal, saya juga punya pertimbangan untuk tidak mendukung program itu.
Saya mengenal istilah ini sejak saya memutuskan
untuk fokus pada teknologi pengelolaan limbah industri. Setelah itu saya masuk
kedalam tim RAD GRK (Rencana Aksi Daerah untuk Pengurangan Gas Rumah Kaca) pada
2011 silam. Sejak saat itu saya jadi sedikit concern dengan istilah ini.
Lalu sebenarnya apakah yang dimaksud engan jejak
karbon alias carbon foot print?
Jejak karbon merupakan jumlah emisi GRK yang
diproduksi oleh seseorang, seekor, kumpulan orang, kumpulang aktivitas, dan
sebagainya. Emisi kabon yang kita hasilkan dalam kehidupan sehari-hari berasal
dari banyak aktivitas seperti penggunaan alat eletronik, pola makan, dan
tentunya mobilitas kita.
Kata
rilisnya IESR, United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) menetapkan enam jenis gas rumah kaca yang
dihasilkan oleh tindakan manusia: Karbondioksida (CO2), Metana (CH4),
Nitro Oksida (N2O), Hydrofluorocarbons (HFCs), Perfluorocarbons
(PFCs) dan Sulfur hexafluoride (SF6). Menurut hasil observasi,
suhu permukaan bumi sudah naik rata-rata sebesar 1°C sejak awal revolusi
industri (akhir abad ke-18) dan kenaikan ini akan mencapai 2°C pada pertengahan
abad ini dan lebih dari 3,5°C pada akhir 2100 jika tidak dilakukan
tindakan drastis untuk mengurangi laju pertambahan emisi gas rumah kaca
dari aktifitas manusia.
Jadi pemahamannya gampangnya gini deh. Kalau kita
naik mobil berbahan bakar bensin maka akan menghasilkan emisi karbon (CO2)
sepanjang perjalanan. Apalagi energi yang kita gunakan adalah energi fosil yang
tidak terbarukan. Setiap 1 km, emisi yang dikeluarkan sebanyak 200 gram
karbondioksida.
Begitu juga untuk aktivitas di rumah seperti
penggunaan peralatan elektronik yang menimbulkan emisi dari pembakaran bahan
bakar fosil untuk pembangkit listrik. Bahkan aktivitas paperless pun punya
kontribusi penghematan karbon yang digunakan untuk produksi kertas, supply
chain, hingga printing. Jadi hemat kertas bukan hanya berkontribusi terhadap volume
hutan, tapi juga energi.
Foto: biru.or.id |
Gambar di atas menampilkan kadar karbon dalam beberapa jenis makanan. Dalam hal pola makan pun,kita juga turut
berkontribusi terhadap pemanasan global, lho. Itu kenapa banyak orang yang
memilih untuk tidak mengonsumsi daging dan dairy based food. Salah satu
alasannya ya karena bidang peternakan berkontribusi sangat besar terhadap
pemanasan global akibat metana yang dihasilkannya. Saya masih ingat, metana
berkontribusi terhadap pemanasan global 21 kali lebih besar daripada karbondioksida.
Untuk menghitung jejak karbon yang kita
hasilkan, bisa menggunakan bantuan carbon footprint calculator atau singkat
saja disebut karbon kalkulator. Kalkulator ini disediakan oleh berbagai situs. Meski
tidak 100% akurat dalam mengklaim seseorang sebagai poluter, namun kalkulator
ini dapat menjadi acuan seberapa banyak kita harus mengerem aktivitas yang
mengeluarkan karbon dan bagaimana untuk lebih aware dengan masa depan karena
kitalah penyumbang global warming. Sebagai pengingatlah gitu kurang lebihnya.
Carbon Footprint Calculator-WWF Indonesia
IMHO, cukup ramah terhadap user baru karena kita tidak perlu melakukan
pendaftaran. User bisa langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang
keseharian. Setelah itu ada tombol “hitung” yang langsung memperlihatkan
hasilnya. Di sana juga diberikan saran supaya kita juga turut menjaga bumi
lewat cara yang paling sederhana.
Hasil simulasi saya di Carbon Calculator WWF
UK adalah saya berkontribusi atas 12,2 ton karbon selama satu tahun kebelakang.
Angka yang cukup mencengangkang karena masih berada di atas emisi karbon
rata-rata seluruh dunia meski jauh di bawah emisi karbon rata-rata orang UK. WWF
Indonesia juga punya kalkulator karbon di http://rafflesia.wwf.or.id/cfootprint/?l=id
tapi ketika saya menulis ini, servernya timeout. Jadi saya pakai kalkulator WWF
UK.
Kalkulator Jejak Karbon-IESR Indonesia
Untuk bisa melakukan simulasi penghitungan jejak karbon di http://karbonkalkulator.iesr-indonesia.org
kita harus melakukan registrasi terlebih dahulu. Di situs ini, perhitungan
karbon memang lebih rumit dan agak repot. Tapi perhitungannya jadi lebih
komprehensif. Selain diberikan hitungan emisinya, ada juga perhitungan
perkiraan biaya listrik pertahun.
Setelah proses perhitungan selesai, kita bisa isi komitment pengurangan
emisinya. Bisa didownload juga. Bisa dgunakan sebagai reminder.
Ecological Footprint-My Foot Print
Satu lagi yang sempat saya coba, yaitu di http://myfootprint.org/en yang lumayan
lengkap juga. Di sni ada pilihan negaranya juga, jadi nggak seperti kalkulator
WWF UK yang saya cobain. Sayangnya hitungannya per tahun jadi mungkin ada
sedikit miss.
Hasil perhitungan saya di sini cukup baik. LOL.
Sebenarnya masih banyak kalkulator karbon lainnya yang bisa dicoba:
http://www.resurgence.org/education/carbon-calculator.html
http://www.bp.com/iframe.do?categoryId=9027929&contentId=7050956
http://www.carbonfootprint.com/calculator.aspx
http://www.safeclimate.net/calculator/
http://www.myfootprint.org/
http://www.nature.org/initiatives/climatechange/calculator/
http://spectrum.ieee.org/static/carbon-calculator-2009
http://www.jpmorganclimatecare.com/
http://www.bp.com/iframe.do?categoryId=9027929&contentId=7050956
http://www.carbonfootprint.com/calculator.aspx
http://www.safeclimate.net/calculator/
http://www.myfootprint.org/
http://www.nature.org/initiatives/climatechange/calculator/
http://spectrum.ieee.org/static/carbon-calculator-2009
http://www.jpmorganclimatecare.com/
Hasil perhitungan dari masing-masing kalkulator
bisa saja kurang akurat dan nggak bisa dikatakan ilmiah. Jadi kalau untuk riset
lebih mendalam bisa digunakan variabel-variabel yang lebih teliti lagi. Dari masing-masing
perhitungan di atas, hasil emisi karbon saya dalam bidang transportasi memang
relatif kecil. Hal ini memang disebabkan karena saya sudah berhenti bermimpi
untuk jadi traveler yang sekedar jalan-jalan. Selain itu juga dalam setahun
kebelakang saya sedang dalam kondisi kehamilan bermasalah, jadi ya memang nggak
pergi kemana-mana. Hitungannya malah lebih itu kilometernya. LOL.
Yang paling penting bukan tentang hasil simulasi
perhitungannya. Namun lebih kepada komitmen dan aksi nyata kita dalam kehidupan
sehari-hari untuk bisa meminimalisasi kontribusi kita terhadap pemanasan
global. Hal ini supaya kita nggak berbuat dzalim terhadap generasi mendatang
juga, yakan?
Saya kurang paham kalau soal hitung-hitungan; matematik, fisika atau kimia, haha.. tapi apapun bentuknya, kalau itu bermaksud baik, pasti selalu saya dukung.
ReplyDeleteJujur kalau mau hidup tanpa meninggalkan jejak karbon kayaknya ga mungkin ya, bernafas aja kita mengeluarkan carbon, apalagi kalau berkendara, dll. Tapi setidaknya kita harus berusaha mengurangi si karbon itu sama seperti aku yang sedang mengurangi asupan karbo dalam tubuhku. Kok jadi ga nyambung gini ya
ReplyDeleteOhoho, tulisannya ilmiah sekali. Mantap kak, aku suka baca ulasan informastif seperti ini. karbon memang menjadi momok bagi bumi.
ReplyDeleteWow aku baru tahu ada kalkulator ini. Nanti kaget enggak ya lihat hasilnya Kao dihitung. Jadi nguranginnya paling mudah kalo di rumah tangga via apa aja ya caranya?
ReplyDeletewuah aku baru tau kalo carbon footprint bisa dicek juga pengeluarannya
ReplyDeletetapi ya masih manual sih itu
belum kayak penghitung kalori saat lagi jogging atau gimana
tulisa carbon footprint biasanya langsung ku skip loh, karena aku malas baca
tapi yang ini spesial kubaca sampai abis
hahaha
tengkyuuu kak Rindaaa
Wah... Ternyata ada kalkulator buat ngitung carbon foot print. Btw, tulisannya keren banget. Baru pertama baca tentang ini, thanks infonya mba. :)
ReplyDeleteBaru tahu loh ada kalkulator untuk menghitung jejak karbon kayak gini. Mau coba ah di rumah jika ada waktu, khususnya untuk rumah tangga. Meski, beberapa hari terakhir ini, aku lebih condong beli makanan di luar ketimbang masak di rumah. Jadi, mungkin hitung-hitungannya juga kurang akurat.
ReplyDeleteternyata ada kalkulatornya khusus ya yg buat menghitung jejak karbon, jujur rada rumit yaa.. tapi kita sebagai makhluk hidup semoga bisa lebih mengurangi dimulai dari hal hal kecil di sekeliling kita. yaah demi kelangsungan hidup numi kita sendiri kan. mantap
ReplyDeletesaya melihat di beberapa negara maju memang sudah banyak yang concern terhadap masalah Karbon ni, tapi mungkin kalau di Indonesia yang tingkat egoisnya cukup tinggi maka banyak orang yang acuh tak acuh terhadap masalah ni. Saya sendiri juga belum banyak berkontribusi tapi setidaknya saya akan coba ikut membantu mengurangi jejak karbon di bumi ini mba
ReplyDeleteSudah saatnya bagi generasi sekarang untuk lebih concern dan lebih memperhatikan masalah emisi gas karbon yang akan membuat bumi semakin panas karena efek gas rumah kaca..
ReplyDeleteKenapa.mbak rinda tidak daftar ke lsm yang mengurusi soal.lingkungan, macam walhi atau green peace?
Wohhoo...makin keren ya cara perhitungan sekarang. Tapi bener banget loh, kehadiran aplikasi macam ini di perlukan banget mengingat makin parahnya bumi
ReplyDeleteJadi mudah untuk mengukur karbon dioksida diudara...
ReplyDeleteTapi tetap saja gak peduli...padahal banyak kegiatan kita ygbuatnya meningkat...yg tanpa sadar jadi bahaya laten..
Wah, saya baru tahu tentang kalkulator menghitung karbon. Mungkin saya belum bisa berkontribusi banyak terhadap bumi. Cuma komitmen saya selama ini, untuk mengurangi karbon yaitu klo g penting2 amat jangan ngider momotoran kemana2. Terus perbanyak jalan kaki juga, minimalnya jalan kaki ke minimarket terdekat, ga perlu pake motor hehehe
ReplyDelete