"Saya sudah lama sekali nggak buka-buka Ig (Instagram). Mau nggak pakai Ig lagi karena saya pikir banyak mudharatnya," kata Parama, seorang dosen muda dari ITB.
Pernyataannya nggak salah, kan? Benar bahwa bisa aja Instagram, media sosial paling kekinian dan paling banyak diminati semua kalangan ini memberikan mudharat lebih banyak daripada manfaatnya.
Kalau kata Parama, alasannya adalah dia suka scrolling akun orang lain hingga lupa waktu. Who doesn't? Hayo ngaku! Siapa Instagram user yang enggak pernah kayak gitu.
"Saya tu sampe scrolling akun Pak H sampai bawah yang lama-lama itu lho, Bu. Ternyata Bapak itu jomlo," aku R, seorang mahasiswa.
Saya sendiri pun mengakui bahwa saya beberapa kali scrolling akun orang lain sampai bisa ngepoin akun orang lain lagi. Misalnya gini, saya ngepoin akun Si A. Lalu makin lampau makin menarik nih. Saya menemukan Si A nge-tag atau mention Si B dan sepertinya topiknya menarik. Maka saya langsung klik dan menuju akun si B.
Kali ini saya hanya ingin membahas tentang Instagram. Walau pun ya
kecenderungannya sama dan apa yang saya tuliskan di sini mungkin juga cukup
representatif. Tapi instagram adalah media sosial yang paling banyak mengisi
hari-hari saya. Bukan sekedar tentang tampilan visual, tapi juga daya tarik
yang dimilikinya.
Seperti dikutip dari katadata.id, pengguna Instagram di Indonesia
merupakan yang ketiga terbesar di dunia setelah Amerika dan Brazil. Dari 265
juta rakyat Indonesia, 55 jutanya merupakan pengguna Instagram aktif. Wajar
kalau jarang banget orang yang saya temui nggak punya akun Instagram. Bahkan
saya sendiri menggunakan media sosial ini untuk lebih mengenal para mahasiswa
saya.
Di Indonesia, Instagram merupakan media sosial yang paling sering digunakan keempat setelah Youtube, Facebook, dan Whatsapp. Jadi memang nggak salah kalau Parama bilang bahwa Instagram lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Yagimana enggak, bangun tidur coba instrospeksi diri deh, ambil hape lalu buka apaan? Mostly orang yang saya tanya memang membuka Instagram. Padahal saya sendiri kadang nggak habis pikir dengan orang yang isi Instagramnya muka semua. Muka literally. Nggak ada badannya cuma beda pose yang satu tangan di pipi yang satunya tangan di udara. Satunya senyum satunya duckface masih pakai baju yang sama.
Saya jadi pengin ngasih tau, eh instagram punya fitur yang bisa ngumpulin sepuluh foto jadi satu loh. Jadi kalau serangkaian mah tinggal sekali upload. Kalau mau liat tinggal swipe. LOL.
Nah terus gimana dong biar Instagram jadi lebih manfaat?
Follow akun-akun inspiratif
Di Indonesia, Instagram merupakan media sosial yang paling sering digunakan keempat setelah Youtube, Facebook, dan Whatsapp. Jadi memang nggak salah kalau Parama bilang bahwa Instagram lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Yagimana enggak, bangun tidur coba instrospeksi diri deh, ambil hape lalu buka apaan? Mostly orang yang saya tanya memang membuka Instagram. Padahal saya sendiri kadang nggak habis pikir dengan orang yang isi Instagramnya muka semua. Muka literally. Nggak ada badannya cuma beda pose yang satu tangan di pipi yang satunya tangan di udara. Satunya senyum satunya duckface masih pakai baju yang sama.
Saya jadi pengin ngasih tau, eh instagram punya fitur yang bisa ngumpulin sepuluh foto jadi satu loh. Jadi kalau serangkaian mah tinggal sekali upload. Kalau mau liat tinggal swipe. LOL.
Nah terus gimana dong biar Instagram jadi lebih manfaat?
Follow akun-akun inspiratif
Misalnya siapa? @vitarinda. LOL. Shameless.
Saya enggak follow lambe turah, enggak follow artis yang cuma posting endorsan produk pelangsing dan pemutih. OMG, ngapain difollow dia aja melakukan body shaming. Nggak menghargai anugerah Tuhan dan masih kuno karena berpikir bahwa cantik itu putih, tinggi, berparas indo. Gimana mau ada penghargaan terhadap perempuan kalau perempuannya sendiri malah saling war sana sini?
Saya enggak follow lambe turah, enggak follow artis yang cuma posting endorsan produk pelangsing dan pemutih. OMG, ngapain difollow dia aja melakukan body shaming. Nggak menghargai anugerah Tuhan dan masih kuno karena berpikir bahwa cantik itu putih, tinggi, berparas indo. Gimana mau ada penghargaan terhadap perempuan kalau perempuannya sendiri malah saling war sana sini?
Public figur yang saya follow contohnya Najwa Shihab, Ridwan Kamil, Jokowi
selebihnya akun yang saling follow atau perusahaan semacam Unilever, Tetrapack
dan NGOs.
Kamu adalah siapa yang kamu follow. Setuju nggak sih?
Sebenarnya di Instagram itu ya (nyaris) nggak pernah ada kejadian-kejadian
aneh bin ajaib sampai yang memutus silaturahmi. Gara-gara politik, misalnya. Karena
ya kita nggak perlu saling follow. Kalau kamu nggak suka sama postingan dia
tapi dia follow kamu kan nggak berarti kamu harus follow dia balik, yakan?
Beda dengan kondisi di Facebook. Saya udah enggan banget nih lama-lama buka
Facebook karena ya isinya orang-orang yang postingannya bikin tensi naik. Kan bisa
unfollow? Iya, tapi sayangnya yang bikin naik tensi itu juga kadang insporatif
dalam hal lain. Bahahaha. Kan jadi galau.
Jangan buka
explore
Bagi saya membuka explore sama halnya membuka kemungkinan banyak hal yang
enggak kita ingin tahu jadi tahu. Parahnya, explore kadang berisi akun-akun
(sok) informatif yang berisi fakta-fakta yang dipotong dari sumber nggak jelas
dari sana dan dari sini.
Masih ingat kasus seorang perempuan hamil yang stress gara-gara fotonya
diposting oleh salah satu akun, viral, lalu dibully? Foto itu diambil ketika si
perempuan yang sedang hamil besar berdiri berdesakan di pintu commuter line. Akhirnya
janin kembar yang dikandungnya meninggal sebelum sempat dilahirkan.
Dan pasti banyak yang nggak tahu juga kalau awalnya foto tersebut diunggah
seseorang untuk menyampaikan ajakan untuk aware terhadap fasilitas umum dan
perempuan. Tapi oleh si akun publik tersebut justru dijadikan sarana yang
menimbulkan bullying dan fitnah.
Nggak sedikit loh kasus begini.
Dan sayangnya orang indonesia lebih senang membaca “berita” lewat cuplikan
di instagram.
Beri batasan waktu untuk membuka Instagram
Jangan bangun
tidur liatnya instagram. Nanti di jalan instagram. Lagi kuliah instagram. Lagi ngobrol
di hadapan orang, instagram.
Konyolnya ya,
mahasiswa suka bikin instastories yang isinya dosennya lagi ngajar. Tapi isinya
ya bukan tentang kuliahnya tapi hal lain. Such as “Suaramu, Pak, menggetarkan
djiwa!” atau bahkan cacian terhadap dosennya. Ingat, Dik. Karma itu ada.
Tau kan
yah kalau lagi ngobrol sama orang itu ya harus ada kontak mata dan sebagainya? Eh
ini malah matanya ke henpon. Ngekek-ngekek sendiri pula. Yakan, bikin sakit
hati. Kurang-kurangilah ya, aktivitas kurang berfaedah begini.
Buka instagram
kalau emang lagi selo banget. Lagi nunggu boarding tapi baca koran hari itu
udah tuntas, baca text book kelar satu bab atau baca novel tapi plotnya
terkesan datar jadi membosankan. Alihkan dunia sejenak ke Instagram. Bolehlah itu.
Instagram itu
bikin ketagihan, bro!
Stay away!
Buat rencana postingan
Ini yang
sampai saat ini saya masih gagal. Belum pernah bisa nih karena main
instagramnya masih maju-mundur cantik dan moody. Kalau feed instagram kita
terstruktur dan terencana dengan matang, pasti tampilannya indah dan bikin orang
mampir terus. Kala sudah begitu, jangan berhenti menyebarkan konten postif.
Sebenarnya
saya ingin sekali membuat rencana postingan agar feed saya bukan sekedar bagus,
komposisi warnanya oke, nyeni tapi juga membawa manfaat. Foto di atas adalah
ketika kami sedang merencanakan untuk membuat rencana kampanye lingkungan via
media sosial.
Be yourself
Instagram kadang
membuat orang halu. Pergi sejenak dari dunia nyata lalu memasuki dunia
halusinasi yang bahkan nggak pernah sungguh-sungguh dia masuki. Beli ini-itu
demi apa? OOTD, HOTD, etc etc. Apalagi perempuan ya, perempuan adalah target
pasar paling empuk dalam urusan penampilan.
Goalsnya apa? Like dan komentar bernada pujian. Pasti senang banget
kalau banyak like dan komen kan? Saya juga gitu soalnya.
Pernah memosting
sesuatu yang fake di instagram? Segera bertobatlah.
Ingat kata-kata
Awkarin di video ketika dia pamit dari Instagram? Katanya, Instagram itu
toksik.
Intagram,
seperti juga media sosial lainnya baiknya memang dibawa happy aja. Nggak usah
terlalu ngoyo. Biarkan dirimu seperti apa adanya. Mau baik atau buruk, manfaat
atau mudharat semuanya kita sendiri yang tentukan. Kita senddiri yang putuskan.
Demi apa? Ya demi kebaikan kita juga. Ketentraman jiwa itu yang utama. Jangan sampai
terkena penyakit-penyakit penyimpangan akibat media sosial. Cegah sebelum
terlambat.
bener banget mb, memang harus cerdas pilah-pilih saat membuka ig. karena suka melenakan. iseng stalking si A ujung2nya sampai si Z yg d stalkingn hiihii.. makash mb tulisannya bermanfaat sekali untuk warning
ReplyDeletemantap mbak, tulisan mbak selalu mengagumkan. Noted bgt pokoknya :)
ReplyDeleteEntah kenapa kalo udah sekrol sekrol timeline apalagi story itu verasabtime go so fast banget.endingnya jadi terlena. Aku pribadi pake IG buat happy happy aja. Dan perihal membuat rencana postingan itu, aku setuju
ReplyDeleteAku kayanya bisa ratusan kali dalam 24 jam buka ig. Entah apa yang diliat. Tapi fenomena sekarang jadj nggam asik, sejak ada dua kubu wkwkwk. Tapi ya positifnya aja yang diambil hik
ReplyDeleteduh liat postingan langsung disuguhkan foto kece hihihi. Eh ya aku banget kalo udah scroll akun orang, aka stalking aku lupa waktu wkwk. Apalagi sampe ngintipin story nya wkwk.
ReplyDeleteNah-nah betul sekali mbk hihi setuju. Terkadang buka medsos semisal instagram kalau ga diatur bisa habis waktu di depan gawai. Untungnya aku nerapin gadget time. Jadi ga bikin kacau jadwal masakku di rumah hehe
ReplyDeleteaku kalo lagi kebanyakan buka instagram itu toxic nya berasa banget mbak. kadang hidup rasanya jadi sempiitttt banget. orang kok feedsnya bagus banget pasti tiap hari ke tempat yang berbeda-beda, huhu jadi envy. klo udah gitu langsung tutup. stop. yang bisa ngontrol ya diri kita sendiri. btw follback aku dong, akunku bermanfaat kok LOL! XD
ReplyDeleteWah, aku jarang loh kepo dengan Instagram orang, tapi soal follback juga jadi males kalau isi feednya tidak bagus, emang harus pilih-pilih ya kalau buka IG
ReplyDeleteAku kepo kalau akun instagramnnya memang isinya bagus dan banyak manfaat buat aku.Selain itu aku enggan kepoin.
ReplyDeletepaling males ngurusi media sosial.. karena menghindari hoax2 ynag merajalela
ReplyDeleteGreat read thhankyou
ReplyDelete