Sejak awal memutuskan untuk meniti karir sebagai dosen,
pekerjaan dari kampus memang enggak terbilang banyaknya. Mulai dari menyusun
borang program studi (prodi) baru, borang akreditasi prodi sendiri, borang
akreditasi perguruan tinggi, proposal proyek percepatan pembangunan, bahan
kuliah, meriksa tugas mahasiswa, bikin modul, nulis buku, dan tahun ini
ketambahan lagi dengan diberlakukannya kuliah daring. Ya saya harus jadi artes
gitu, syuting ala ala lagi ngajar sekaligus edit video dan langsung upload ke
youtube dan website.
Arus globalisasi nggak akan mungkin lagi terbendung masuk ke
Indonesia. Teknologi semakin canggih dan dunia dituntut untuk mengikuti pola digital economy,
artificial intelligence, big data,
dan sebagainya yang dikenal dengan istilah disruptive innovation. Sebagai dosen, saya pun dituntut untuk lebih berkualitas
dalam memberikan layanan kepada mahasiswa.
Blogger-Lecturer: Profesi Kekinian Menjawab Tantangan Industri 4.0
Beruntung saya memang punya passion dalam dunia blogging.
Saat ini dosen disarankan untuk mempunyai blog guna memudahkan mahasiswa untuk
mengakses material pembelajaran berbasis elektronik
seperti e-book,
e-journal, dan video. Bahkan sejak semester
lalu, mahasiswa juga diminta untuk membuat blog dan dibimbing dalam mata kuliah
Pengenalan Komputer dan Software. Hal ini tentu saja semakin memudahkan dosen
dan mahasiswa untuk berinteraksi meski dalam kondisi remote dan tanpa harus
bertatap muka. Submit tugas pun dilakukan via website. Dan berita
menyenangkannya adalah bahwa metode ini mendukung program paperless dan gaya
hidup ramah lingkungan.
Dalam menyambut tantangan revolusi
industri 4.0, seorang dosen seperti saya tentu punya peran yang sangat penting
dan strategis. Untuk mencetak mahasiswa yang kompetitif pada eranya, dosen harus
gaul. Harus mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang semakin bikin
kedodoran kalau dikejar. Selain memiliki kompetensi dalam bidang keilmuannya,
dosen juga harus kritis, kreatif, komunikatif dan mampu berbaur dan
berkomunikasi dengan baik dengan mahasiswanya. Bukan hanya blogger, dosen juga
dituntut untuk selalu berinovasi supaya lebih produktif lagi. Dosen dan blogger
sama-sama harus kreatif, inovatif, karena sama-sama harus menghasilkan konten
digital yang mumpuni.
Presentasi di ajang internasional dengan cara konvensional |
Dalam berbagai kesempatan, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi M. Nasir menjelaskan tentang kesiapan Indonesia dalam menghadapi revolusi
industri 4.0 ini. Indonesia sangat potensial, tapi masih menempati posisi global competitiveness index ke-36. Kata Pak Menteri, ini yang perlu diperbaiki agar
daya saing kita meningkat.
Dalam hal metode perkuliahan, hal ini erat kaitannya dengan
proses penyerapan informasi dalam otak manusia. Penyampaian kuliah dengan
multimedia dilakukan untuk memaksimalkan potensi belajar dan memenuhi kebutuhan
mahasiswa dalam mengefektifkan penguasaan materi dengan cepat. Begitu juga dalam kesempatanmelakukan tridarma perguruan tinggi lainnya, yaitu penelitian dan pengabdian yang menuntut penyajian informasi yang menarik.
Melakukan pengabdian masyarakat di Pondok Pesantren |
Kalau dulu materi kuliah cukup disiapkan dengan bantuan
Power Point, dengan visual-visual yang juga sebenarnya semakin berkembang,
sekarang enggak lagi. Kuliah akan lebih menarik dengan adanya video, animasi,
dan efek-efek yang tampak nyata sehingga lebih memotivasi mahasiswa. Apalagi
seperti saya katakan sebelumnya, saat ini kuliah mostly dilakukan secara daring
sehingga untuk membuat mahasiswa semangat belajar meski tanpa diawasi. Dosen
pun jadi lebih
tertantang untuk membuat video yang menarik, modul yang efektif dan penggunaan
fitur-fitur yang ergonomis.
Belum lagi passion dalam dunia perbloggingan yang juga
menuntut saya untuk selalu melejit, lebih kreatif dan inovatif dalam berkarya.
Kalau enggak ya bubbye deh, pasti ketinggalan jauh dari blogger-blogger
lainnya. Tapi gimana, desain grafis aja saya tak mampu, lha baru buka corel
draw versi jaman batu aja laptop saya langsung teriak,"ampun, bos!!!"
Sayangnya, saya kedodoran mengejar semua tantangan itu.
Jangankan video yang menarik, membuat video via edit crop menggunakan movie
maker aja uyuhan segitu-gitunya. Nggak heran channel YouTube saya sepi video
dan akhirnya sepi peminat. Ujung-ujungnya sepi job deh. Wasalam kan kalau sudah
begini!
Bukan apa-apa, selain sayanya yang emang gaptek, gadget saya
juga kurang mendukung untuk itu. Sehingga nggak jarang saya menunda pekerjaan
karena kalau terlalu banyak membuka tab pekerjaan, laptop langsung diam.
Bergeming untuk waktu yang tak ditentukan. Ujung-ujungnya saya harus memohon
pemakluman.
"Nda, deadline revisian laporan penelitian ditunggu sore ini, lho!""Omaigat, bisa minta perpanjangan nggak ya kira-kira? Kemarin editanku ilang gara-gara laptop mati."
Atau begini,
"Bu Rinda, sudah bisa disubmit borangnya?""Maaf, Pak. Belum selesai saya kerjakan. Tadi malam laptop saya blue screen."
Nah, kalau sudah beralasan melulu begini, manalah orang mau
percaya untuk memberikan tugas lagi kepada saya?
"Ah, dia mah lelet. Enggak amanah," gitu kali pikir orang-orang.
Kalau teman-teman saya bisa presentasi dengan menyajikan
data dalam bentuk diagram atau grafik dengan animasi kece, saya ya cuma bisa
pasrah sama diagram batang bawaan Microsoft office 2006. Pukpuk myself.
Betapa kucinta ASUS-ku |
Laptop bagi saya, seorang dosen sekaligus blogger ibarat
panca indera bahkan otak. Kalau enggak ada ya cukup sulit untuk bisa bergerak
apalagi berkompetisi mengejar eksistensi dengan rival-rival lainnya. Teknologi
saat ini berkembang sangat pesat dan tak terbendung, kalau dosennya gaptek ya
gimana mahasiswanya? Jangan-jangan malah dikadalin belaka.
Laptop ASUS saya memang sudah cukup berumur. Saya beli dari
tahun 2013, sementara katanya kalau gadget itu bagusnya ganti tiap lima tahun
sekali. Lah pas banget tahun ini over capacity ya dianya. Yang namanya barang
elektronik seperti laptop yang selalu diajak bekerja keras begini ya memang
wajar kalau terjadi penurunan kinerja. Sehingga mau nggak mau ya saya harus
ganti laptop. Dia sudah menemani saya menjadi jawara
di berbagai kesempatan. Bahkan mengantarkan saya mencapai gelar Master of
Science.
Sebenarnya saya ada mengincar laptop keluaran baru dari ASUS
juga. Kece bangetlah pokoknya. Jawaban atas segala masalah dan tantangan yang
ada di depan mata saya.
Ada yang sudah kenal dengan ASUS X555? Laptop yang fleksible
dan pastinya bakal sangat membantu saya untuk lebih kreatif dan inovatif lagi.
MENGAPA ASUS X555?
Supaya makin yakin untuk bersholawat demi memiliki dia,
kita bongkar dulu yuk keunggulannya!Sekarnag mah baru bisa doa dan sholawatnya
yang dikencengin. LOL.
Desain
yang Menunjang Kebutuhan
Untuk masalah desain, sepertinya ASUS memang konsisten
memasang tema elegan. Begitu juga dengan seri X555 ini, casingnya yang terbuat
dari aluminium ditambah dengan guratan-guratan. Ini cocok sekali dengan saya
yang tangannya sering basah sehingga nggak licin sewaktu memegangnya.
Sebagai blogger, tentunya saya harus berhubungan dengan
foto meski pun saya belum ahli dalam fotografi dan edit mengeditnya. Namun
layar ASUS X555 sebesar 15,6 inchi sangat cocok untuk penggunaan multimedia
seperti melihat dan mengedit foto bahkan untuk film marathon di hari libur.
Apalagi ditambah dengan fasilitas full keyboard dan touchpad yang katanya
sensitif sehingga pasti menunjang kebutuhan edit baik foto maupun grafis meski
saya baru belajar. Performanya
didukung dengan grafis yang bagus dan memory controller di bagian dalam yang
canggih, membuat X555 ini ideal digunakan untuk kebutuhan laptop time saya sehari-hari atau sekedar menonton film dan video.
They said: welcome to kerempongan motherhood |
Meski dengan layar sebesar itu, ASUS X555 tetap ringan dengan
berat hanya 2,2 kilogram. Apalagi sekarang saya punya
bayi, kalau kemana gembolannya tambah banyak. Otomatis laptop jadi sering
terabaikan. Tertekan di sana sini, bahkan pernah juga akhirnya saya tinggal di
kampus karena bawaan sudah terlalu berat. Efeknya, di rumah jadi enggak bisa
ngerjain PR, tugas-tugas jadi
makin menumpuk menunggu deadline. Atau
sebaliknya, karena bawaan sudah banyak akhirnya laptop terpaksa ditinggal.
Akibatnya di kampus jadi kurang produktif. Kalau punya ASUS X555 kan saya bisa
jadi lebih produktif lagi tanpa alasan laptop berat dan mata sakit melihat
layar.
Penyimpanan Data Cepat
ASUS X555 dilengkapi dengan 3 port USB
(versi 3.0 dan 2.0), ada slot MMC, jack audio , HDMI
dan bahkan masih terdapat port VGA dan
juga DVD. Jadi mau transfer data pakai metode yang mana juga bebas. Belum
lagi port 3.0 yang membuat proses transfer data jadi lebih cepat.
Selain itu, ASUS seri ini juga mengakomodasi ketelodoran
saya yang sering lupa menyimpan gara-gara kerjanya suka disambi ini-itu.
Menulis untuk blog sering diselingi dengan membuat laporan atau proposal, lalu
ditinggal begitu saja. Nah, apalagi di Lampung sering mati listrik. Cocok banget. Pekerjaan langsung
tersimpan otomatis.
Daya tahan baterai
seharian
ASUS X555 ini memiliki baterai dengan jenis Li-Polimer yang
memiliki ketahanan baterai sampai dengan 2.5 kali lebih kuat dibandingkan
baterai Li-Ion silinder. Bahkan setelah diisi ulang hingga ratusan kali,
baterai ini tetap dapat menyimpan sampai 80% dari original kapasitasnya.
Ratusan kali itu berarti udah ratusan hari alias tahunan
saya bersama ASUS X555 dong ya. Daya tahannya masih 80% kece banget dah. Kebetulan laptop saya yang sebelumnya juga bermasalah di
chargernya. Kabelnya sering enggak terisi listrik, susah kalau mau ngecharge.
Dan parahnya beberapa bulan terakhir baterainya tetap nol terus meski sudah
dicharge beberapa lama. Akhirnya saya harus bawa-bawa charger yang jarang
nyambung itu kemana-mana. Selain berat, tentu saja repot dan enggak friendly
sekali di saat-saat genting.
Teknologi IceCool
Laptop ASUS memiliki design internal
yang unik yang dirancang untuk mengatasi masalah terkait panas yang terjadi
pada bagian bawah laptop
pada umumnya. Apalagi kalau sering main laptop di
atas kasur sambil sekedar ngegoler atau mainan sama bayik-piyik-squishyku.
Ngeri banget panasnya bisa sampai buat ngerebus telur.
Nah, teknologi ASUS IceCool menjaga
temperatur notebook diantara 28 derajat sampai 35 derajat, hal ini menunjukkan
bahwa panas yang dihasilkan lebih rendah dari temperatur yang dihasilkan oleh
tubuh manusia, hal ini membuat kita
dapat mengetik lebih nyaman walaupun dalam waktu yang lama. Bisa gonta ganti gaya berkali-kali ini mah.
Bekerja
Sekaligus Menikmati Home
entertainment didukung Prosesor AMD®Quadcore A10
Notebook ASUS X555 didukung oleh Prosesor AMD®Quadcore A10
untuk performa yang halus dan responsif. Saya nggak
terlalu paham hal begini sih. Meski begitu juga prosesor tetap menjadi concern
saya dalam hal memilih gagdet. Dengan prosesor AMD A10, laptop ini mampu
bekerja optimal untuk mendukung kebutuhan multi-tasking saya dengan tetap
responsif.
Saya sering membuka beberapa tab sekaligus dan kadang
membuat kinerja laptop jadi menurun bahkan hang. Nah, saya yakin dengan ASUS
X555 yang gahar ini pekerjaan saya bakal lancar meski bertumpuk-tumpuk dan
sering berada dalam sleep mode. Bahkan terkadang kalau sudah dead lock, boring,
atau sekedar butuh hiburan ya saya membuka tab pekerjaan sambil nonton film.
So, ASUS X555 memudahkan saya
dalam menyelesaikan semua pekerjaan tersebut, memberikan performa multifungsi
yang dibutuhkan untuk bekerja atau
bermain dengan satu perangkat. Benar-benar bisa
diandalkan dalam pekerjaan sekaligus home entertainment.
Laptop ASUS saya sudah menemani
hari-hari saya dalam berkreasi sejak tahun 2013
lalu. Melalui laptop ASUS, saya sudah banyak menorehkan beberapa cerita indah
di lima tahun kebelakang. Semoga di tahun-tahun
berikutnya juga bisa menorehkan beberapa catatan indah lainnya bersama ASUS X555.
ASUS X555 sudah hadir di pasaran Indonesia sejak akhir
tahun lalu. Laptop kece ASUS X555 juga dijual di Tokopedia
dan dibandrol di harga under 10 juta. Jadi untuk
mendapatkannya nggak perlu repot pergi ke toko komputer, ya! Cukup belanja dari
rumah aja.
Saya pikir akan lebih baik jika tahun ini saya ganti laptop jadi ASUS X555 karena keseharian saya membutuhkan support laptop yang
mumpuni. Supaya saya dapat semakin kreatif dan produktif
baik di profesi saya sebagai dosen
maupun saat menekuni hobi ngeblog yang semakin
kesini semakin menarik. Bukan sekedar menorehkan kata-kata jadi sebuah artikel
utuh yang layak dibaca, blogging juga semakin menuntut tampilan visual yang
menarik. Seperti infografis, gambar, bahkan video Kalau saya punya laptop ASUS
X555 ini pastinya saya bisa belajar untuk memasukkan unsur multimedia dalam
blog saya sehingga tak hanya menarik tapi juga bermanfaat bagi pembaca. Selain itu
saya juga siap menghasilkan materi perkuliahan yang up to date dan menarik
minat mahasiswa.
So, sudah yakin banget kan kita bisa menjawab tantangan
musim industri 4.0 bersama ASUS X555 ini. Tak sekedar kreatif tapi juga makin
inovatif sebagai dosen sekaligus blogger dalam menebarkan kemanfaatan untuk
semesta.
Wah iya bener banget itu Mbak Dosen. Gak kebayang gmn sibuknya tanpa adanya laptop yang mendukung pembuatan materi secara visual dengan design dan video yang menarik. Smg bs dapet Asus X555 yah mbak. amin
ReplyDeleteWohoho Rinda ikutan lomba blog ini juga. Semangat bu dosen, kayaknya laptop ASUS X555 ini oke punya ya. Ini Phadli pake blog komunitas.
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete