Well, hari
minggu gini harusnya santei-santei menikmati bulan ramadhan dengan penuh ibadah
sunnah malah didera deadline bertubi-tubi. Fiuh. Awalnya nggak ada niat buat
setoran #1M1C minggu ini karena terkendala pada tema. Tapi akhirnya yaaa ...
daripada gue bete dengan segala kebosanan mata melototin angka dan huruf yang
tiada tara yaudah setor ajalah yaaaa. Itung-itung mengugurkan kewajiban dan
sekalian curhat.
Pengin cerita
apa yaaa soal konsumerisme... Aslinya saya bingung mau mulai darimana. Saya anaknya
emang Madam Defisit banget. Besar pasak daripada tiang. HB yang selalu ngajarin
saya bikin Rencana Anggaran Belanja alias RAB. Bahwa segala-galanya ya harus
diplanning biar nggak kelabasan. Apalagi kalau bicara soal uang.
Thank to NGOs di
belakang saya, organisasi yang pernah saya ikuti, dan Pak Rektor yang
memberikan tugas juga berisi RAB-RAB tiada akhir. Saya akhirnya terbiasa
membuat RAB. RAB yang terakhir dan yang sudah pasti saya langgar adalah RAB
pernikahan yang sudah disusun sedemikian rupa tapi ternyata masih bengkak juga.
Pelajaran yang sya dapatkan di sini adalah bullshit banget kalau mau menikah tanpa modal. Jadi apa yang saya koar-koarkan di jaman baheula itu terbukti nyata. Semuanya butuh modal, maaan! Kalau nggak percaya tanya aja ustadz- ustadz di twitter yang nyuruh-nyuruh orang nikah. Yang bilang bilang nikah itu mudah sehingganya semua orang harus nikah muda. Well, hidup ini bukan fairy tale. Kalo saya sih udah lama unfollow mereka yang selalu nyuruh-nyuruh orang nikah tanpa bisa tau alasan di balik kenapa orang belum nikah-nikah. Kondisi setiap orang kan nggak sama.
Ini kenapa vocab
lima huruf ini keluar terus sih?
Oke, untuk
menghindari beli-beli yang nggak penting-penting amat untuk persiapan
pernikahan, saya bikin rencana keuangan sama HB. RAB ini terbagi menjadi tiga
secara garis besar. Karena saya dan HB terpisah oleh lautan luas dan gunung
serta hutan belantara, makanya paling berat anggaran itu ada di trasportasi. Makanya
kami harus banget bikin RAB biar nggak ngeluarin biaya-biaya yang sebenarnya
nggak perlu.
① RAB Lamaran
Di sini kami
membagi-bagi peruntukan dana mulai dari persiapan lamaran. Ini juga terbagi
menjadi dua. Ada yang dikeluarkan oleh HB, ada yang dikeluarkan oleh orang tua
saya. Yang dikeluarkan oleh HB meliputi budget untuk beli cincin, beli
oleh-oleh, transportasi, makan di jalan, sama beli baju baru biar agak kece di
depan calon mertua. Bahahahahaha.
Kalau RAB yang
dikeluarkan orang tua saya meliputi uang konsumsi. Udah sih itu aja. Direncanain
mau masak apa, mau beli kue-kue apa. Semuanya well prepared. Jadi meski pun
nggak ada acara rame-rame tapi tamu kita tetap terjamu dengan baik.
② RAB Akad Nikah
Ini budgetnya
paling banyak. Banyak banget! Ini terbagi lagi menjadi biaya seserahan, pakaian,
syukuran, mahar, dan transportasi. Biaya seserahan ini banyak banget mulai dari
budget buat beli baju, sepatu, tas, dan laptop karena HB mau ngasih saya laptop
sebagai bukti dukungannya terhadap aktivitas saya di kampus dan dunia blogging.
Huhuhu... netbuk saya yang sekarang ini udah berumur tujuh tahun. Meski pun
batrenya bagus tapi udah gampang banget panas sampe bisa mendidihkan air. Karena
jarak yang jauh so seserahannya nggak terlalu banyak. Nggak sampe kayak
orang-orang. Ibu saya juga pesan nggak usah beli barang banyak-banyak, yang
penting mentahnya aja. Wkwkwkkwkw. Well noted, mam!
Nah, meski pun
kami nggak mau pesta-pesta, tapi ada dong budget buat beli pakaian. Sekedar biar
keliatan segar aja di mata sodara-sodara yang hadir. Masak pengantinnya kusam.
LOL. Jadilah kami beli bahan untuk saya, Ibu dan Mamah. Kalau untuk HB, para
adik dan para Bapak cukup dibeliin baju aja. Never get enough lah kalau mau
nurutin keinginan mah.
Syukuran ini
meliputi syukuran di rumah saya dan di rumahnya HB. Karena kami mau menikah di
rumah, bukan di KUA karena KUA-nya jauh banget jadi butuh biaya ekstra. Kalau nikahnya
di Cimahi sih gampang, KUA-nya ada di depan gang rumah HB. LOL. Meski pun dalam
aturannya kalau menikah nggak di KUA cuma harus membayar Rp. 600.000 dan
disetorkan ke bank, tapi kenyataannya enggak. Di sini saya super sibuk, halal,
Bapak juga. Jadi nggak ada yang urus. So minta tolong urusin teman Bapak, jadi
ya harus ngasih uang jajan. Saya dan HB juga nggak bisa ikut kuliah Pra Nikah,
dan ternyata kalau nggak ikut kuliah disuruh bayar. Saya lupa totalannya
berapa, kalo nggak salah sejuta deh.
Nah, itu dia
gunanya HB waktu itu ngasih uang ke Bapak buat bantu-bantu nyiapin segalanya di
sini. HB ngasih nggak banyak, Cuma Rp. 10 juta dibandingkan dengan teman-teman
saya yang ngasihnya banyak-banyak. Yakan mereka horang kayaaaaah dan pesta
pora. Yaudah sih kalau saya mah nggak penting juga. Ini juga si Ibu bilang
semoga uang dari HB nggak kepake jadi bisa buat modal usaha. Aamiin.
#IbukuFuturistik karena ya sadar dirilah, biaya yang dikeluarkan HB untuk
transport aja udah banyak banget.
Yang paling
penting mah biaya mahar. Kalau nikah nggak ada mahar kan nggak jadi nikah. Saya
dari pertama kenal HB lebih jauh bilang kalau minta mahar bibit pohon jati. Dari
awalnya 81 batang, terus turun ke 27 batang, terus 18 batang, terus turun lagi
sekarang jadi 9 batang. Bukan apa-apa, susyah bawanya ke Lampung. Udah gitu HB
keukeuh pengin ngasih emas. Jadi emas ini itung-itung buat tabungan sekaligus
biar agak mentereng aja. Masak cuma ngasih bibit pohon. Hahahaha. Gitu katanya.
Jadi ya udah, RAB bengkak lagi gara-gara beli logam mulia. Jadi better
bener-bener disiapin dari awal deh sebenarnya apa yang mau dijadiin mahar.
Lalu bagian
terberat adalah ketika kita bicara masalah transportasi. Kami berencana menikah
selepas lebaran. Jadi ya masih kena tuslah. Akibatnya semua budget harus kami
naikkan 40%. Tuslah kan biasanya 30% tuh.
③ RAB setelah nikah
Karena kami
nggak mau LDR-an pasca menikah, jadi ya kami harus punya rencana, analisis
resiko, dan manajemen keuangan yang mana itu semua saya pelajari dalam dua
tahun masa kuliah di tingkat magister. LOL.
HB resign dari
kerjaannya, otomatis kami harus menyediakan budget untuk hidup berdua selama
keuangan belum stabil. HB mau buka usaha beda lagi slot budgetnya. Belum lagi
sewa rumah, beli furnitur rumah dan biaya cadangan. Semuanya harus dipirkan
dengan matang.
Dari ketiga
rincian RAB itu, seperti pada umunya budget harus di up sebanyak 30% dari harga
sebenarnya. Ini untuk mengcover item-item yang terlupakan. Yang tiba-tiba
muncul, harus dikeluarkan tapi belum ada di pos pengeluaran kita. Ini juga
untuk mengcover kenaikan harga yang kadang muncul tiba-tiba.
Kalau RAB udah
disusun dengan baik, harusnya kedua pihak harus saling mengingatkan kalau yang
sebelah udah mulai kehilangan kendali. Kebanyakan kemauan padahal ya butuh
nggak butuh sih. Yang jadi penyakit adalah, udah deh beli aja
nanti juga dipake. Mumpung diskon.
Ini banget yang harus dihindari. Dan pajangan merah-merah di mall yang
bertuliskan diskon 50% itu sebenarnya cuma halusinasi. Nanti juga besok-besok
harganya turun lagi. Cayak deh sama saya. LOL.
Last but not least, saya nggak akan bosan-bosan untuk meminta doa dari kawan-kawan semua demi kelancaran rencana kami. demi keberkahan hidup kami, dan kebahagiaan kita semua.
Kalau kalian gimana RAB-nya? Share dong!
Dulu waktu nikah semua diurus ortu, aku cuma bikin list yg diperlukan jd nggak tau anggarannya berapa. Cuma yg aku ingat pesan ibuku, namanya orang punya gawe itu nggak ada yg sempurna. Kirain sudah bagus tetap saja msh ada kurangnya dimata orang lain. Yg penting kudu sabar & rendah hati. Poinmu soal modal itu betul banget, minimal bisa membiayai kehidupan rutin berumah tangga setelah ijabnya, walaupun acaranya sederhana. Kalau cuma modal berani saja memang bisa sih asal hidup, monyet juga hidup, tapi dia nggak wajib bayar listrik, kontrakan, beli beras dsb. Yg ortunya kaya & bisa mengambil alih tanggung jawab sbg pencari nafkah ya lain perkara. Hanya lucu aja, sudah nikah & punya anak tapi kepala keluarganya eyangnya.
ReplyDeleteMantap mak luusssss, kita sehati yaaaaaaa 😘😘😘
DeleteSip, pokoknya dianggarkan dulu supaya duit nggak kebuang ke hal-hal yg nggak perlu. Lebih memikirkan hari ke depan. Sukses selalu y mba, buat rencana nikahnya.
ReplyDelete