www.21cineplex.com |
Judul
Film: Trinity, The Nekad Traveler
Sutradara : Rizal Mantovani
Penulis Naskah : Rahabi Mandra
Produser : Ronny Irawan, Agung Saputra
Produksi : Tujuh Bintang Sinema
Pemain : Maudy Ayunda, Hamish Daud, Babe Cabiita, Rachel Amanda, Anggika Bolsterli, Ayu Dewi, Cut Mini, Farhan, Tompi dan kayaknya ada Stuart Collin juga.
Sutradara : Rizal Mantovani
Penulis Naskah : Rahabi Mandra
Produser : Ronny Irawan, Agung Saputra
Produksi : Tujuh Bintang Sinema
Pemain : Maudy Ayunda, Hamish Daud, Babe Cabiita, Rachel Amanda, Anggika Bolsterli, Ayu Dewi, Cut Mini, Farhan, Tompi dan kayaknya ada Stuart Collin juga.
“Ke mana
pun kaki melangkah, rumahku Indonesia.”
Sinopsis
Film
ini berkisah tentang seorang karyawan kantoran yang kesehariannya berkutat dengan
keyboard dan target-target, namanya Trinity (Maudy Ayunda). Demi hobi yang
membutuhkan modal yang tidak sedikit ini juga sering membuatnya diceramahi oleh
bosnya (Ayu Dewi) karena selalu minta jatah cuti. Trinity mempunya dua orang
sahabat sejak masa kuliah, Yasmin (Rachel Amanda) dan Nina (Anggika Bolsterli).
Hingga akhirnya mereka bertiga pergi traveling ke Filipina ditemani oleh sepupu
Trinity, Ezra (Babe Cabita).
Selain
menuliskan impiannya pada bucket list, Trinity juga menuliskan pengalaman
travelingnya di blog naked-traveler.com. Seperti layaknya kebanyakan perempuan
seusianya, Trinity dirundung kegalauan lantaran orang tua yang memintanya untuk
menikah, passion dalam pekerjaan, hingga target dalam bucket list-nya. Dalam film
ini, kepayahan Trinity soal percintaan juga digambarkan dengan gejolak
perasaannya dengan Paul (Hamish Daud) seorang fotografer yang juga hobi
traveling.
Film dengan pesona luar
biasa
Film
Trinity, The Nekad Traveler
ini dimulai dengan close up paras imut Maudy Ayunda di birunya laut yang luas
seperti tanpa batas. Awalnya sudah greget banget dan bikin penonton berdecak
kagum dengan teknik pengambilan gambar yang membuat tampilannya jadi mewah dan
megah.
Sayangnya
film ini seperti sepi konflik. Semua tampak datar. Hanya ada perselisihan
antara Yasmin dan Trinity yang cuma sekedipan mata sudah baikan lagi. Lebih jauh,
hanya ada pergolakan batin yang mulai dari keinginan dan pertanyaan Bapak
(Farhan) dan Mamah (Cut Mini) tentang kapan Trinity serius memikirkan jodoh. Jawabannya
ya standar orang macam Trinity yang saya sangat tau seperti apa.
“Nanti kalau semua bucket list sudah terpenuhi,” jawab
Trinity yang berencana membuat bucket list baru kalau yang lama telah terpenuhi.
Gara-gara
bucket list inilah Trinity sempat berselisih paham dengan dua sahabat dan
sepupunya. Bucket list memang target pribadi yang sangat wajar jika menurut
orang lain itu tak layak untuk dikejar. Sangat pribadi dan mungkin hanya
menguntungkan diri sendiri, atau bahkan hanya memberikan kepuasan tanpa bonus
keuntungan. Hingga pada akhirnya Trinity sadar bahwa bucket list tidak
seharusnya drive her to be selfish. Perjalanan sudah semestinya bukan untuk
diri sendiri, tapi juga untuk orang banyak.
Ada
sebuah film dokumenter yang sangat membekas dalam ingatan saya. Tentang
perjalanan sekelompok orang ke Patagonia (kalau nggak salah). Film ini
menyuguhkan pemandangan luar biasa keren sekaligus sarat pesan yang dalam. Mereka
melakukan perlawanan terhadap industrialisasi dan kerusakan lingkungan. Pesan yang
kuat ditambah soundtrack yang cocok membuat sebuah film mampu menjadi panutan
para penikmatnya.
Baca juga: Review Film Iqro.
Baca juga: Review Film Iqro.
Kalau
dalam “Into The Wild” penonton seperti dituntun untuk menikmati semesta tanpa
merusak alam. Duduk di bibir pantai, menyaksikan burung-burung berkejaran tanpa
menembaknya supaya ekosistem tetap terjaga, di film ini berbeda. Trinity berpesan
kepada Nina, untuk sekedar menikmati perjalanan. Tanpa perlu sibuk dengan
kamera. Meski pada akhirnya Trinity juga tetap membutuhkan gambar yang ciamik
bagi tulisan-tulisannya tentu saja.
Dalam
Trinity, The Nekad Traveler, nggak ada pesan yang terlalu dalam. Padahal penting
untuk menyisipkan petuah supaya traveler nggak vandal, misalnya. Justru yang
saya sayangkan adalah adegan mendaki puncak-puncak tebing, padahal sudah banyak
korban nyawa gara-gara pengin menaklukkan tebing. Jiwa para traveler newbie
yang mungkin sangat terinspirasi dari film ini bisa aja belum siap untuk bisa
mengagumi alam dari atas tebing tanpa mengabadikannya dengan cara selfie. Entah
gimana cara dan usahanya, yang penting fotonya bagus dan diregram oleh
influencer. Itu yang banyak saya temui di sosmed. Selain itu Trinity mendaki dengan
memakai celana jeans yang lumayan ketat. Padahal pakaian yang seperti itu bisa
menyebabkan cidera. So sorry.
Setelah
nonton film ini, saya seperti diyakinkan bahwa saya memang harus banyak
jalan-jalan. Biar nggak dibilang butuh piknik, atau mainnya kurang jauh. LOL. Sekedar
mengagumi karya Tuhan nggak cukup hanya lewat karya orang lain. Film ini
memberikan tips-tips sederhana bagi traveler. Sangat membantu, bahkan dalam hal
merencanakan perjalanan and even how to grab licence from your boss. LOL.
Untungnya,
buku The Naked Traveler sudah terbit dalam 7 edisi. Jadi Nters seperti saya nggak
perlu merasa kecewa setelah nonton film yang diangkat dari buku. Cerita tentang
gimana awal mula Trinity menjadi travel blogger dan memutuskan untuk berhenti
dari pekerjaan itu sudah sangat lama. Film ini justru melemparkan kenangan awal
gimana Nters mengenal seorang Trinity. Seperti pengobat kerinduan sekaligus
perkenalan yang unik bagi penonton yang bukan pembaca The Naked Traveler.
Pendongkrak pariwisata
Film Trinity,
The Nekad Traveler ini dikemas jadi suatu film yang apik. Seperti yang sudah
saya ceritakan di atas, film ini memberikan tips cerdas traveling bagi
penontonnya. Gimana Trinity harus mengatur budget hingga jadwal yang membawanya
ke Lampung di long weekend dadakan.
Festival layang-layang
di PKOR Way Halim, Gunung Anak Krakatau dan Taman Nasional Way Kambas
diceritakan sangat awal di film ini. Selain itu, di akhir ada juga pesona Gigi
Hiu di Kelumbayan yang cuma diperlihatkan sekilas. Nggak heran kalau Gala
Premiere film ini di Lampung digelar super meriah. Tiket gratis ditabur
dimana-mana lewat kuis. Penonton yang berjumlah ratusan berasal dari seluruh
daerah di provinsi Lampung. Jadi orang-orang daerah yang bahkan jauh dari
bioskop bisa turut menikmati euphoria diangkatnya objek pariwisata Lampung
dalam bentuk film.
Sebuah trik
promosi super keren dari para squad Trinity The Nekad Traveler yang memang
harus disambut baik oleh pemerintah daerah. Pemerintah dibantu untuk promosi
daerah dengan cara yang elegan, so sudah sewajarnya memberikan apresiasi yang
tinggi.
Sayangnya,
film ini diputar jam sembilan malam. Setelah paginya diskusi film di IBI
Darmajaya yang dilanjutkan dengan Meet and Greet jam tujuh malam. Harapannya,
meet and Greet bisa disusun sedemikian rupa sehingga penonton nggak perlu
berdiri, kecuali ada panggung sehingga penonton bisa melihat dengan jelas siapa
saja yang tampil. Selain itu, Meet and Greet akan sangat bermakna jika
dilakukan setelah nonton filmnya. Jadi bisa sekalian bedah film. Nah, di
situlah para sineas bisa mendulang kritik, saran, sekaligus pujian dari para
penikmat karyanya. Selain itu, pesan-pesan moral yang mungkin implisit bisa
dipaparkan dengan jelas di sana tanpa perlu kehilangan pesan yang semestinya.
“You only live once, so why not die with style?”- The
Bucket List.
Mantap Rinda, semangat mau nulis juga nih jalannya film.
ReplyDeleteHayo, jangan mau kalah sama yg muda. Hihi
DeleteKeren tulisannya mb rinda. Jadi ingin traveling juga. Biar gak di bilang kurang piknik, jalannya kurang jauh
ReplyDeleteBiar nggak edan 🤐
Deletewah, makasih reviewnya,
ReplyDeleteSelamat menonton 😁
DeleteWah makasih reviewnya Rinda, di cgv jogja kmrn ketinggalan mau nonton atau malah blm smpi sini ya..
ReplyDeleteKatanya sih Lampung pertama, Manda. Tapi nggak tau juga. Di Jakarta ada tapa kayak konpers gitu
Deleteaku punya semua koleksi buku trinity..jadi harus nonton nih aku. Ngga sabar ngantri di bioskop :D
ReplyDeleteHarus!
DeleteDi lampung ada meet n Greetnya? Djgja kpn
ReplyDeleteSooonnnn pastinyaaaa. Just wait 😘
DeleteWah keren
ReplyDeleteAku emang keren. #eh
DeleteAku belum baca bukunya, satu pun :D
ReplyDeleteHeuheu...nonton aja makind. Biar seger mata liat pemandangan 😘
Deletewah jadi penasaran pengen nonton, besok kalau ada kesempatan nonton aaaahhh
ReplyDeletePastinya, kakak!
DeleteSepertinya bagus filmnya ya..btw yang bener Nekad or Naked traveler yaaa.. :)
ReplyDeleteBlognya Naked, tapi filmnya Nekad, Mak 😁
DeleteEh, The Naked traveler di filmkan? Wouwwww kerennn. Sukaak sama quote di bawah itu
ReplyDelete“You only live once, so why not die with style?”- The Bucket List.
Jadi ingat film ttg bucket list, makrie
DeleteBelum nonton huhuhuhuhuhu. Segera cari download an nya ah.
ReplyDeleteMalam ini di amplaz, mamiiiiii. Cus.
DeleteWehhh ... Solo traveler nekad pula.
ReplyDeletetambah greget
Aku baru sempat baca buku pertamanya mbak Trinity,, tulisannya lucu dan menarik.Tp blm sempat nonton movie nya..
ReplyDeleteaq malah mau cari dulu movienya into the wild dlu hihihi