Hujan-hujan semenjak siang
membuat saya gelisah. Pasalnya saya udah janjian untuk ketemu dengan
rekan-rekan Tapis Blogger di gelaran Lacofest, Lampung Coffee Festival. Agenda ini
hanya digelar dua hari sejak tanggal 7 hingga 8 Desember 2016. Mungkin saya
udah kayak cacing kepanasan di kampus, padahal hari hujan. Hingga akhirnya
setelah jam kantor usai dan hujan mulai rintik-rintik deras (?) saya melaju ke
Mall Boemi Kedaton dimana agenda tersebut berada.
Pertama kali yang saya lihat
adalah Om Yopie, punggawanya @kelilinglampung yang konon tetap harus datang
meski sedang sakit. Dia bukan panitia tapi sangat involved dengan kegiatan ini.
Setelah itu saya baru ketemu dengan Mbak Naqiyyah syam, Mas Rangga dan Kak
Fajrin. Tapi saya lupa selfie dengan mereka karena keburu excited menyambangi
booth tukang kopi. Abis itu saya ketemu dengan kawan-kawan (agak) lama. Ketemu kak
Pensi dari Kelas Inspirasi, sampai ketemu mahasiswa yang nggak lupa cium
tangan. Hhhh.
“Kamu yang ikut liputan naik
mobil dalmas itu, kan?” kata Kak Perdi tukang potonya Tribun Lampung.
Alhamdulillah masih diingat. LOLOL.
Kak Perdi, Heru, Akyuw |
Booth-booth yang ada di sini
nggak cuma diisi oleh kawan-kawan KPKL (Komunitas Penikmat Kopi Lampung), tapi
juga ada dari AIKBL (Asosiasi Industri Kopi Bubuk Lampung),
Nescafe, sampe yang jualan alat mesin kopi pun ada. Yang nggak kalah rame juga
booth kerajinan tapis dari Negeri Katon binaan Bank Indonesia. Ibunya antusias
banget menjelaskan bahwa dia pengin usahanya lebih maju dan pemasarannya
dikenal. Namanya Ibu Ila yang bawa serombongan anak sampe saudara.
Ada satu cerita yang dipaparkan oleh Ibu Siti Fatimah yang
dulu menanam kopi di kebun sendiri seluas setengah hektar mengaku kurang profit
menanam kopi jadi pindah ke sayuran. Sekarang ketika harga kopi mulai membaik,
Bu Fatimah ingin menanam kopi lagi tapi takut terkendala di penjualan. As we
know mereka jual ke pengepul yang harganya bisa sangat rendah dan sangat
fluktuatif. Teknologi yang diterapkan petani juga belum bisa menjamin
kontinuitas mutu dari kopi yang mereka hasilkan.
Buat kamu biar tau bentuknya ee' luwak |
Menurut Ibu Fatimah, meski sudah nggak punya kebun tapi tetap
bangun usaha bersama ibu-ibu KWT Mandiri di Liwa memproduksi kopi Tugu Khas
Liwa. Anggotanya 10 orang di Produksi dan 15 anggota lainnya bertugas di kebun.
Saat ini penjualannya paling jauh baru ke Bandung. Dia berharap bisa lebih
masif lagi memasarkan produknya. Selain itu juga mereka menghasilkan produk
gula aren. Duh, Bu jadi inget saya kan mau beli gula arennya! -____-
Lain cerita dengan Pak Husein yang sudah bisa mewakili Lampung sekaligus Indonesia ke Hongkong pada 2014 dengan membawa Kopi Durian pada Hongkong Food Expo bersama 4 UKM lainnya dari Sumatera Barat, Sumatera Utara, Makassar, dan Jawa Barat. Masing-masing dari mereka membawa produk khas masing-masing untuk dikenalkan di gelaran kece itu.
Lain cerita dengan Pak Husein yang sudah bisa mewakili Lampung sekaligus Indonesia ke Hongkong pada 2014 dengan membawa Kopi Durian pada Hongkong Food Expo bersama 4 UKM lainnya dari Sumatera Barat, Sumatera Utara, Makassar, dan Jawa Barat. Masing-masing dari mereka membawa produk khas masing-masing untuk dikenalkan di gelaran kece itu.
Jadi kopi durian ini bukan ditanam di sekitar pohon durian sepertihalnya
kopi mocca di Kulon Progo. Kopi durian merupakan kopi instan yang komposisinya
terdiri dari kopi dan buah durian. FYI, orang Lampung biasa minum kopi dan
memasukkan sebiji durian ke dalam gelas. Dan itu enak banget. Biasanya ditemani
dengan nasi ketan. Saya makan kopi durian terakhir tahun 2014 kayaknya. LOL. Saat
ini kopi durian sudah dipasarkan oleh 8 distributor di Indonesia dan rutin
mengirim 1000 kotak kopi durian ke Hongkong. Thumbs Up!
Di sebelah booth AIKBL, ada Indocafco yang akrab di telinga saya sejak masih jadi mahasiswa S1. Indocafco adalah salah satu perusahaan pengekspor kopi dan juga kakao yang berasal dari Sumatera bagian selatan. Induknya sendiri namanya Ecom Trading. Kalo mau tau lebih banyak silakan ditelusuri sendiri. LOL. Di sini penjaga boothnya ngajakin becanda mulu, jadi nggak banyak info yang saya dapat. Kecurigaan saya sih salah satu dari mereka adalah senior saya waktu S1. Saya nggak begitu yakin.
Di sini dikenalkan mulai dari stek batang, bentuk pohon dan buah kopi, grading, hasil dari sortasi sampai produk petani binaan dari Way Tenong. Ada juga semacam alat untuk menangkap hama buah supaya kopi kita nggak pakai pestisida lagi. Indocafco adalah eksportir kopi kualitas asalan sampai yang paling baik mutunya. Kopi-kopi mereka sudah tersertifikasi nggak cuma kopi dari Lampung aja. Kopi ini telah tersertifikasi 4C (common code coffee community) dan RFA (Rainforest Alliance) dan aktif membina kelompok tani lebih dari 3000 petani di Lampung Barat.
Yang paling keren dari pencapaian saya hari ini adalah ketemu Om
Karjo Matajat, seorang Q Grader kenamaan dari Lampung. Awalnya pengin ngobrol
banyak dengan beliau, tapi kondisi nggak memungkinkan. Akhirnya ngobrol sambil
lalu aja.
Gue, Boy, Om Karjo... err... lupa lagi siapa ya? #failed |
Jadi, kopi itu kan sangat subjektif sekali. Masing-masing orang bisa
punya penilaian berbeda tentang satu jenis kopi yang sama dengan asal muasal
yang sama juga. Untuk itu dibutuhkan seorang Q Grader yang bertanggungjawab
melakukan penilaian yang kredibel terhadap kopi dengan Q system yang
dikembangkan oleh Coffee
Quality Institute (CQI). CQI ini adalah sebuah lembaga independen peneliti kopi
yang berbasis di Kalifornia. Nah, seorang Q grader sendiri harus dikalibrasi
setiap tiga tahun. Siapa tau aja lidahnya udah nggak sensitive lagi atau
hidungnya sudah terlalu sering mengendus yang lain. Hehe.
Menurut Om Karjo, masa depan kopi
Lampung pasti akan baik ke depannya. Meski sekarang yang banyak dikonsumsi
orang-orang dikedai adalah kopi arabika, tapi robusta lampung tetap punya
tempat tersendiri. Robusta lampung punya karakteristik yang khas yang nggak ada
duanya, jadi nggak akan terganti. Masih menurut Om Karjo, kopi robusta harusnya
lebih sehat karena kandungan gulanya lebih sedikit daripada kopi arabika. Iya,
Om, robusta itu pait. Meski nggak sepait ujian hidup!
“Suatu saat pasti akan ada waktunya sendiri
orang akan beralih ke robusta karena menyadari keunikan dari robusta dan
ditinjau dari sisi kesehatan. Robusta lebih sehat daripada arabika,” katanya antusias
sambil celingukan nunggu acara dimulai.
Rangkaian agenda Lacofest
sebenarnya udah dimulai sejak bulan lalu. Ini mencakup kegiatan lomba kualitas
kopi, lomba barista, poster sampai lomba kebanggaan saya, livetweet pun ada. Tak
disangka tak dinyana, saya pun jadi juara dua lomba ngicau yang diikuti Mbak
Naqi di tempat ketiga. Nggak sia-sia. LOL.
5 – 25 November 2016: Lomba Citarasakopi
5 – 30 November 2016: Lomba Kopigrafika
7 – 8 Des. 2016: Lomba Tweet dan Foto Instagram
7 – 8 Des. 2016: Eksebisi Cafe, Ngopi Percuma, Hujan Doorprize, Musikopi.
Kawan-kawan KPKL menyabet habis
seluruh gelar juara pada lomba barista. Bangganya dengan pegiat kedai kopi di
Lampung itu ya gini, mereka selalu bersatu padu, kompak. Meski yang namanya
usaha pasti selalu berkompetisi untuk jadi yang terbaik, tapi ya nggak pake
acara sikut-sikutan. Padahal komunitas ini sendiri baru mau berusia setahun,
ibarat bayi aja baru dapet MP-ASI dan masih belajar mau jalan atau tumbuh gigi,
tapi KPKL prestasinya udah luar biasa.
Dengan segala keseruan dan kesan
yang saya dapatkan dari gelaran Lacofest ini, nggak salah dong kalo saya bilang
dunia perkopian Lampung punya masa depan? Yang penting selalu jaga kekompakan,
lebih produktif lagi dan selalu berkompetisi dalam kebaikan. Sampai jumpa di
Lacofest selanjutnya! Errr… kelamaan, sampai jumpa di event apapun selanjutnya!
Lengkap ulasannya. Membacanya seperti sedang menyesap secangkir kopi robusta.
ReplyDeleteTsaaahhh... Bisaan pagi-pagi. Kemana semalem Bang?
DeleteAaiih.. tulisannya ketjeh badai. Infonya keren. Enggak sia2 tadi malam wara wiri mencari informasi. Two thumbs up!
ReplyDeleteSelamat juga dapat juara 2 livetweet ya. Kamu memang luarr biaasyah... ����
yeaayyy Alhamdulillah, terima kasih uniiiii :*
Deleteaiihhh... Saya aja yg ada di lokasi kayaknya nggak dapet info selengkap ini. kereen liputannya mbak :)
ReplyDeleteGimana, mas rangga mah moto terus, tapi nggak motoin cinta :(
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteCocok ini buat penikmat kopi. boleh lah mbak bagi bagi kopinya hehehe
ReplyDeleteMantab rinda
ReplyDeleteHai mba Rinda. Asyik ya bisa menikmati festival kopi. Jadi banyak tau nih :)
ReplyDeleteseru banget! Semoga bisa berbagi lebih banyak lagi :)
DeleteHola Mbak Rinda,
ReplyDeletesalam kenal...
Aku malah jarang banget minum kopi. Etapi klo ada festival cem gini emang seru nihh yaa.. :D
seru kumpulkumpulnya, sama menangin hadiahnyaaaa yeaaayyy
DeleteDuh, pengalamannya berharga banget deh, thanks udah sharing ya mbak
ReplyDeletesalam
gabrilla
terima kasih atas kunjungannya :)
Deletesuka banget sama acara yg berbaur kopi, tapi baru tau ada acara festival kopinya :v
ReplyDeleteAku pingin banget coba kopi khas lampung, kata saudaraku sih enak, tapi belom ada kesempatan, huhuhu.
ReplyDeleteSalam,
Shera.
silakan datang ke lampung
DeleteBaca ini jadi ngebayangin pengen icip kopi duren pakai nasi ketan. Btw, aku juga pernah sharing tentang kopi di blogku :) Memang menarik banget dibahas soal kopi ini, apalagi di Indonesia jenis kopinya banyak banget!
ReplyDeleteWah kapan2 harus ngubek-ngubek heydeerahma nih. Btw, di Lampung duren udah gocengan loh. Sini main!
Deletesedapnya ... secangkir kopi robusta yg hangat
ReplyDelete