Strategi
Sukses Di Kampus (SSDK) merupakan upaya non akademis ITERA dalam membantu
mahasiswa menjemput kesuksesan baik dalam hal softskill maupun hardskill.
Kegiatan ini rencananya akan dilakukan selama satu tahun ketika mahasiswa
sedang dalam Tahap Persiapan Bersama (TPB). Dalam masa peralihan dari siswa
menjadi mahasiswa, pendampingan softskill ini dipandang sangat penting. Selain karena
alasan psikologis dari remaja ke pra-dewasa yang banyak berubah, mahasiswa baru
juga cenderung mengalami perubahan lingkungan sosialnya.
Di kampus
ITERA misalnya. Mahasiswa berasal dari ujung Sumatera hingga ujung timur
Indonesia. Tidak seperti pengalaman saya yang pernah kuliah di Unila. Mahasiswa
ITERA lebih beragam mulai dari suku, latar belakang keluarga. Bahkan sebagian
besar mahasiswa baru adalah perantau. Maka dari itu, tugas Institut untuk
mengemban tanggungjawab dari keluarga mahasiswa sangatlah besar.
Menurut Wakil
Rektor Bidang Akademik, Prof. Mitra Jamal, salah satu permasalahan yang
mengakibatkan tingginya angka mahasiswa yang tidak lulus TPB adalah karena
psikologis mahasiswa baru yang kurang matang. Ditambah lagi mereka jauh dari
pengawasan orangtua. Mungkin aja mereka suka galau. Saya pernah merasakan itu
ketika saya kuliah di Yogyakarta. Jauh dari orangtua, capek ngerjain tugas, pulang
ke kosan dalam keaadan lapar, cucian setumpuk, ditambah saldo rekening yang
mulai menipis hari demi hari saya akui sangat berdampak pada mood saya dalam belajar. Juga hubungan
sosial dengan teman sebaya yang terganggu akibat perbedaan culture.
SSDK ini
tidak ada nilai SKS-nya tapi akan dilakukan pertemuan rutin setiap dua minggu
sekali. Ini juga termasuk pendampingan di asrama kalau nanti asrama sudah siap
huni. Saya pribadi sangat menyambut baik upaya ini karena saya juga mengemban
amanah untuk bisa mendidik anak orang supaya jadi jauh lebih baik.
Kenapa harus saya?
Saya sendiri
bingung kenapa saya bisa terpilih untuk menjadi mentor dalam kegiatan ini. saya
bukan psikolog atau matang secara psikologis. Saya sendiri sering galau, sering terpekur,
dan sering bingung dengan arah hidup dan decision
making. Saya juga bukan orang berprestasi atau dosen yang paling menonjol
atau melejit. Saya biasa saja. Sangat bisa.
Baru kemudian
saya sadar bahwa telah ada seleksi yang
prosesnya tidak saya ketahui pada kegiatan pelatihan softskill bagi dosen
angkatan III yang digelar di awal Agustus lalu. Syukuri saja. Selama saya masih
bisa berbagi motivasi meski terkadang saya tersungkur saya akan lakukan itu.
Berbagi itu mengayakan. Itulah yang saya yakini. Dan benar saja dari beberapa
pengalaman saya berbagi motivasi, saya justru merasa semakin bersyukur dan
yakin bahwa saya bisa dan Tuhan memampukan saya dengan segala tugas yang saya
emban sebagai manusia.
Yang saya
syukuri adalah bahwa saya tidak harus seorang diri memberikan pelatihan kepada
80-an mahasiswa. Saya ditemani oleh Bu Werry, dosen Matematika yang sejauh ini
sangat membantu saya dalam urusan mengajar Kalkulus I. Selain itu kami juga
ditemani Mas Arfa, tenaga kependidikan yang mengurusi bidang kemahasiswaan. Agar
kegiatan ini semakin komplit, ada juga Agust, mahasiswa Perencanaan Wilayah dan
Kota semester tiga yang membantu sekali dalam proses pembelajaran ini.
Kami mendapatkan
tugas untuk membimbing mahasiswa di kelas 10. Just so you know, mahasiswa TPB adalah percampuran antara mahasiswa
baru dari semua jurusan dan kelompok ini dibuat seheterogen mungkin. Tak lain
agar mereka bisa saling mengenal dan belajar. Mereka akan bersama selama satu
semester dan akan berubah lagi kelasnya di semester kedua.
Nah, di
kelas 10 ini saya pikir mahasiswanya sangat cerdas dan beberapa sudah terbiasa
berbicara di depan kelas. Sehingga saya dan tim tidak perlu repot memaksa mereka
untuk bisa sharing kepada
teman-temannya.
Beberapa yang
saya ingat berasal dari Sumatera Utara, sumatera Barat, Jakarta, Bandung dan
Lampung. Mereka masuk ke ITERA lewat jalur SNMPTN, SBMPTN, maupun dari jalur
mandiri. Ada yang dibiayai orangtuanya, penerima beasiswa bidik misi dan bina
lingkungan. Semuanya sama rata di kelas ini. Tidak dibeda-bedakan dan tidak ada
yang mendapatkan perlakuan istimewa.
Mengundang Energi Positif
Selama dua
hari, Jumat-sabtu (19-20 Agustus) hanya saya dan Werry yang menyampaikan
materi. Sementara Mas Arfa hanya menemani kami pada hari Sabtu dan memasikan kami
mendapatkan perlengkapan seperti proyektor dan mikrofon.
Saya memulai
kegiatan hari pertama dengan ice breaking
dan memberikan energi positif dengan mengundang perasaan bahagia dan
keyakinan untuk sukses kepada seluruh mahasiswa. Sebelumnya saya memang belum
mengirimkan energi positif kepada mahasiswa. Padahal menurut Pak Tri, mentor
kami dari ITB, akan lebih baik lagi jika malam sebelum kegiatan para mentor
sudah mengirimkan energi postif kepada para peserta. Sementara saya, malam
sebelum kegiatan malah tidur larut dan bangun kesiangan.
Tapi alhamdulillah,
dengan bahagia kami semua bisa memulai aktivitas pada pagi hari yang terik di
ruang D102. Untuk bisa membuat mahasiswa tetap bersemangat, meamang harus
sering-sering diberikan ice breaking dan
senam otak agar pikirian mereka selalu siap menerima materi dan menanamkannya
di alam bawah sadar.
“Ayo semuanya berdiri! Ikuti saya, ikuti gerakan tangan saya! Malas-malas hilang...! Ngantuk-ngantuk kabur! Saya bahagia...! Saya siap belajar! ...” dan seterusnya...
Setelah itu
mahasiswa disilakan duduk kembali dan sesi dimulai dengan perkenalan. Karena proyektor
belum berfungsi, kami hanya berkenalan secara verbal. Saya pikir sebenarnya ini
kurang diminati mahasiswa. Mereka banyak yang belum siap dan kurang aware dengan pembicara di depannya. Beda
kalau ada presentasi CV yang menarik dari pembicara. Mahasiswa pasti lebih
antusias.
Karena perlengkapan
masih belum siap dan mahasiswa kegerahan akibat ruangan yang memang didesain
tanpa AC dan kondisi lahan kampus yang lapang tanpa pepohonan besar, akhirnya
kami berinisiatif mengajak para mahasiswa untuk saling berkenalan.
Saya memandu
mereka untuk bermain lempar bola kertas. Saya yang sebelumnya memperkenalkan
diri sampai dengan hobi dan lain sebagainya, kemudian melemparkan bola kepada
seorang mahasiswa. Kebetulan yang mendapatkannya adalah seorang laki-laki. Dia mampu
mencairkan suasana yang sudah saya bawa santai dengan teknik perkenalan saya
ditambah dengan hobinya bermain game yang disambut derai tawa dan candaan dari
teman-temannya. Pada akhirnya beberapa orang memperkenalkan diri bukan sebatasa
nama dan jurusan, bahkan mereka juga mempromosikan daerah masing-masing. Pada sesi
ini saya mulai merasa ‘menyatu’ dengan para mahasiswa dan saya pikir mereka
siap menerima materi.
Untuk bisa
menerima ilmu yang diberikan, mahasiswa harus dipastikan dalam keadaan bahagia
dan ikhlas. Hal itu harus terus diingatkan kepada mahasiswa. Saya pikir ini
juga perlu diaplikasikan pada saat perkuliahan. Itulah pentingnya ice breaking dan FGD yang juga akan
membuat para mahasiswa saling kenal satu sama lain. Mahasiswa harus terus
bahagia. Pastikan juga mereka ikhlas berada di kelas dan menerima materi untuk
kebaikan mereka sendiri.
Sharing is
caring
Setelah
Werry menyampaikan materi tentang Mengenal
Spiritual Management: Paradigma Spiritual Management dan Penyadaran kembali
potensi diri saya mengajak para mahasiswa untuk sharing. Diawali dengan saya yang bercerita tentang pengalaman
istimewa yang bisa dibilang justru jadi pemaparan CV saya.
Saya tekankan
kepada para mahasiswa bahwa tidak ada kebetulan dalam dunia ini.
Bahwa saya
waktu itu gagal masuk ke jurusan impian saya juga karena ulah saya sendiri. Saya
gagal mengikuti clue yang diberikan
Tuhan kepada saya. Hingga akhirnya saya memasuki skenario kedua dari hidup
saya. Menjadi mahasiswa berprestasi dengan IPK hanya tiga lebih sedikit juga
bukan kebetulan. Saya yang sudah terpuruk dari awal kuliah justru mendapatkan endurance untuk bisa ‘lebih’ meskipun
saya terkadang malas pergi kuliah.
Saya bercerita
demikian bukan untuk dicontoh kemalasannya. Tapi hal ini dikarenakan banyaknya
mahasiswa yang juga mengalami ‘kecelakaan dalam memilih jurusan’. Ada juga yang
terpaksa kuliah di jurusan yang sekarang. Ada lagi yang ingin ikut tes lagi tahun
depan. Persis seperti saya. Maka saya bercerita dan membuat mereka
mengangguk-angguk mengamini petuah-petuah saya.
Mahasiswa juga
harus disadarkan bahwa mereka mengemban amanah dari keluarga dan lingkungannya.
Makanya mereka harus serius dalam belajar. Mereka harus menajdi mahasiswa
sukses. Bercermin dari beberapa penerima beasiswa yang bisa kuliah setelah
mngikuti proses ini-itu dan haru biru yang mungkin tidak pernah terbayangkan
sebelumnya karena pada akhirnya mereka bisa kuliah. Ini menyadarkan mahasiswa
yang lain bahwa mereka beruntung tidak harus bersusah payah apply beasiswa. Tidak harus berhemat dan
mencari kontrakan yang murah. Semua karena adanya beasiswa dari orangtua yang
sudah memfasilitasi mereka selengkap-lengkapnya. Bentuk terimakasih kepada
pemberi beasiswa baik orangtua maupun pemerintah adalah salah satunya dengan
menjaga attitude dan memiliki
prestasi baik di kampus.
Pada sesi
ini, sebagian besar mahasiswa menangis haru atas cerita teman-temannya juga
Agust, sang teman sebaya. Semoga ini bisa menyadarkan bahwa mereka memang harus
serius dan tidak pernah lalai dalam belajar.
Mumpung suasananya
sedang cocok, setelah menyampaikan materi tentang who am I? Yang lebih kepada konsep bahwa setiap kita adalah
pemenang, maka saya melanjutkannya dengan saling mendoakan dan memberi selamat.
Mahasiswa saling
berpasangan, laki-laki dengan laki-laki, dan perempuan berhadapan dengan
perempuan. Mereka bergantian mengikuti instruksi dari saya. Dimulai dari salah
satunya memegang pundak temannya dan mengucapkan selamat dan mendoakan. Selanjutnya
diakhiri dengan saling memeluk dengan erat dan ikhlas.
“Sahabatku sayang, selamat ya kamu sudah diterima di ITERA. Kamu mahasiswa yang sangat sukses. Prestasimu meningkat setiap semester. Kamu jadi kebanggan orangtuamu... dan seterusnya.”
Spiritual
Goal Setting
Menjelang sore,
mahasiswa diajarkan oleh Werry untuk membuat goal setting dengan vision board. Sebelumnya mereka
sudah berdiskusi dalam kelompok, membentuk jargon dan yel kelompoknya dan
membahas tentang target selama lima tahun ke depan. Nah, target-target itu akan
lebih mudah dipahami jika dibuat dalam bentuk vision board. Ini karena alam semesta akan lebih bisa menerima ‘kode’dari
kita melalui gambar. Bukan lewat kata-kata.
Prinsipnya
adalah memvisualisasikan keinginan dan harapan kita dalam gambar-gambar. Baik hasil
print, guntingan dari majalah, atau
bahkan lukisan tangan. Gambar-gambar itu disusun dan ditempel dalam media
karton atau sejenisnya. Gambar itu kelak harus ditempel di dinding kamar dimana
setiap pagi setelah bangun tidur mereka bisa melihat gambar itu dan berupaya
melangkah untuk meraihnya. Jadi, gambar jangan diletakkan di atas tempat tidur
atau di samping kursi atau meja belajar. Hal ini dimaksudkan agar ada usaha
untuk sekedar melihat gambar untuk kemudian mencapai apa yang terlukis di
gambar.
Project ini menjadi tugas rumah para mahasiswa. Keesokan
harinya mereka diharuskan bercerita dalam kelompoknya. Selanjutnya para volunteer akan mempresentasikan vision board-nya di depan kelas. Oh iya,
dalam membuat vision board diharapkan
tidak menggunakan kata-kata ‘menang’, ‘terbaik’, ‘juara’, dan sejenisnya. Hal ini
dikhawatirkan akan menciptakan iklim kompetisi yang justru menanamkan keinginan
untuk mengalahkan temannya sendiri. Sebaiknya diganti dengan kata-kata ‘prestasi
yang terus melejit’ atau ‘IPK yang terus meningkat’ dan sebagainya.
Mahasiswa juga
diharapkan aktif di dalam kelompok. Termasuk juga saat mendiskusikan pengalaman
istimewa yang terkadang tidak masuk akal. Mereka harus menganalisis, sebenarnya
apa rencana Tuhan, apa clue yang
telah diberikan oleh Tuhan, dan sebagainya. Dengan demikian mereka akan sadar
bahwa kesuksesan tidak akan pernah luput dari rencana Tuhan dan dengan demikian
mereka akan lebih aware dan melatih
kepekaan untuk membaca rencana Tuhan.
Meraih Sukses dengan Damai
Untuk bisa
mencapai kesuksesan, caranya adalah dengan bahagia. Sumber dari kebahagiaan
adalah kedamaian hati. Untuk bisa mencapai kedamaian, banyak teknik yang bisa
diterapkan. Misalnya dengan sholat,
dzikir, berdoa, syukur, sedekah,memaafkan,
dengarkan musik alphamatic khususnya brainwave,
ikhlaskan emosi dan nafsu, ‘hadirkan’ sesuatu yang membahagiakan.
Untuk bisa menghadirkan kedamaian , seseorang mengelola perasaannya
(emosi/marah) melalui beberapa cara yaitu dengan dilampiaskan, ditekan, atau
diikhlaskan. Sering kali kalau kita marah mengepalkan tangan, melempar sesuatu,
atau bahkan merusak sesuatu. Itu ternyata tidak menghapuskan kemarahan tapi justru
menimbunnya dan akan menjadi gunung es. Pengelolaan perasaan yang terbaik
adalah denga mengikhlaskan.
Bukti ilmiah tentang level emosi yang menentukan sukses telah diteliti
oleh Prof.DR.DAVID HAWKINS dengan mengurutkan SCALE OF CONSCIOUSNESS (0-1000). Tingkatan
sukses manusia diantaranya: tidak bisa sukses, tidak bisa sukses sejati karena
selalu diliputi kegelisahan, dan mudah sukses. Indikator pada setiap tingkatan
sukses itu berbeda-beda.
Langkah/pembersihan untuk sukses sejati komando penghambat sukses harus
dibersihkan. Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya di sini, bahwa
masing-masing komando penghambat sukses harus dibersihkan. Bisa lewat afirmasi dan aformasi, mendengarkan musical alphamatik
dan pembersihan.
Emotional
freedom technique (EFT)
Salah satu
tekniknya adalah dengan melalui EFT. Tekniknya dengan menepuk atau mengetuk beberapa titik di tubuh dan wajah
berdasarkan prinsip akupuntur dan akupresur, tapi ini lebih aman dibandingkan akupuntur karena tidak menggunakan jarum. Penyebab segala macam emosi negatif adalah
terganggunya sistim energi tubuh.
Emosi-emosi negatif yang tak
terselesaikan, menjadi penyebab utama pada hampir semua penyakit fisik. Emosi negatif ini menganggu kelancaran
sirkulasi energi dalam tubuh, dan mengakibatkan gangguan fisik seperti gelisah,
dihantui memori yang tidak enak yang mempengaruhi cara pandang yang bisa
menyebabkan kesal, marah, putus asa. EFT dengan cepat dapat menyelaraskan energi meridian yang erat hubungannya dengan
masalah emosi, gangguan fisik dan juga menghilangkan simptom penyakit.
Tujuan utama EFT ini adalah mengubah Emotional State dari
kadar negatif yang tinggi menjadi turun/berkurang, hingga hilang. Kecemasan, kemarahan, compulsive behavior, panic disorder, Kecanduan (rokok atau obat- obatan), stress dan depresi, Trauma, Ketakutan
dan Phobia (ketinggian, binatang, atau benda tertentu), Kecemasan di tempat
umum, Ketakutan berbicara di depan umum, Sakit Kepala / Migren, Menghilangkan
keyakinan negatif, Perasaan malu / bersalah, Insomnia, Kekecewaan atau sakit
hati.
Untuk metode pembersihan saya pikir mirip dengan hypnotheraphy. Dimana kita harus mengingat kembali hal-hal negatif
yang terjadi, mengumpatnya, lalu menyukurinya hingga akhirnya mengikhlaskannya.
Prinsip dari EFT adalah Tapping, mindsetting dan ikhlas.
1.
Pertama anda pikirkan mental block atau program negatif apa yang ingin dihilangkan.
2. Lakukan ketukan ringan(tapping) dengan 2 jari
pada pada titik-titik jalur meridian sebanyak 7-9 kali dengan lembut saja, yang
penting dapat merasakan sensasi ketukan pada titik-titik tersebut. Lakukan
bertahap dari titik paling atas sampai kebawah.
3. Lakukan afirmasi (Ucapan yang diulang terus
menerus) emosi positif yang diinginkan. Misalnya "Semakin hari dalam
hidupku saya semakin percaya diri dan percaya diri" sambil terus melakukan
tapping.
Penanaman
Nilai-nilai ITERA
Yang paling berat adalah ketika saya harus menanamkan nilai-nilai ITERA
dalam diri mahasiswa. Nilai itu antara lain:
•
Honesty (Kejujuran)
Setiap mereka melakukan kesalahan, saya tidak harus langsung
menghukumnya. Saya cukup percaya pada kejujuran mereka. Siapa yang tidak
mengerjakan tugas, adakah yang titip presensi, dan sebagainya.
•
Trust (Kepercayaan)
Ini sangat erat kaitannya dengan proses belajar-mengajar. Dimana mahasiswa,
dosen dan tenaga kependidikan harus sinergi dalam menjalankan tugasnya
masing-masing di kampus.
•
Fairness (Keadilan)
Semua mahasiswa bagaimanapun latar belakangnya adalah sama.
•
Respect (Saling Menghargai)
Ada kejadian mahasiswa ber-attitude
buruk kepada tenaga kebersihan bahkan dosen. Ini adalah nilai terberat yang
saya pikir harus ditanamkan.
•
Responsibility (Tanggung jawab)
Kembali lagi bahwa setiap civitas akademika adalah wali, pengemban tugas
baik dari orangtua hingga seluruh rakyat Indonesia.
Pada akhirnya, saya bahagia bisa berbagi dan menjembatani para mahasiswa
agar bisa sukses di kampus ini. Proses sampai bisa terkabulnya doa yang senantiasa kita
panjatkan ada yang instan, ada juga yang disimpan hingga kelak di akhirat. Yang paling penting
adalah proses pemantasan diri untuk
sampai doa itu terkabul.
whoaaaa iteraaaa.
ReplyDeleteterakhir kesini pas listriknya masih pake genset.. :D
luasssssssssss banget <3
untung pas aku dateng udah ada listrik.LOL
DeleteAlternatip2 ospek perlu dikuatkan bu Rinda
ReplyDeleteBiar terlahir banyak generasi baru yang semangatnya positip!
Betuuuulll Buanil, tapi kangen juga nggak ada ospek yg 'seru' jadi anaknya pd melempem
DeleteHuaaah, jadi pingin kuliah lagi ^_^
ReplyDeleteKuliah sih mbak, jangan sampe enggak, kan udah jadi penulis bestseller :p
DeleteWaw,, luar biasa, ternyata seorang blogger yg memiliki talenta seorang motivator yang handal..
ReplyDeleteAamiin. Semoga konsisten ya pak :D
DeleteAku bakalan ubah bucket listku jadi vision board ah~ :)
ReplyDeleteWah, bucket list itu gimana? ngruwel2 dalam keranjang gitukah?
Delete