Setelah saya cerita tentang Kopi Pacar Hitam yang page view-nya melejit sampe ribuan, sekarang saya pengin cerita tentang tempat lain yang sebenarnya udah pernah saya sambangi sebelum saya tau tentang Pacar Hitam.
Kalibata
Coffee. Dari luar kenampakannya mirip kedai-kedai yang lagi happening banget
gitu. Waktu itu sih kedainya kecil. Cuma ada beberapa kursi. Tapi sekarang udah
semakin lebar karena menempati dua lokal ruko. Bahkan sekarang ada semacam
mini-stage gitu. Dengan furnitur wood-base dan didominasi warna tanah seperti
hitam dan cokelat muda, kedai ini fix saya bilang “kedai kekinian”.
Pertama
kali saya datang ke sini beberapa bulan lalu, saya sempat terhenyak dengan
hiasan yang nekat dipajang di depan kedai. Motor dan sepeda tua. Tapi tadi pas
saya ke sana lagi untuk sekitar keempat kalinya, motor itu udah nggak ada.
Tinggal bersisa sepedanya yang lupa saya foto.
Lokasi
kedai ini nggak terlalu susah dijangkau. Bahkan buat orang-orang yang baru
pertama kali datang ke Kalianda sekalipun. Kamu cuma perlu jalan luuuuuuuurus
dari jalan Kol. Makmun Rasyid (Masjid Agung Kalianda) sampe Kesuma Bangsa ke
arah Pasar Inpres. Nah sebelum Kantor Telkom Kalianda atau sebelum sampe ke
Pasar Inpres, ada deretan ruko di seberang masjid. Nah, Kalibata Coffee ada di
sana. Di antara counter Oppo Smartphone dan Apotek Way Urang.
Tentang Tempat 3/5
Honestly,
nyaman banget berada di sana. Dengan wifi yang meskipun jadi lemot kalo udah
sedikit rame, tapi saya sangat jatuh cinta pada kedai yang menyediakan stop
kontak. Dan di Kalibata Coffee ini stop kontaknya bertabur dimana-mana. Jadi
nggak perlu bawa roll kabel kayak kelakuan beberapa pelanggan DD di deket kosan
saya dulu. LOL.
Dengan
ngasih stop kontak di setiap meja plus lampu, artinya sang owner pengen banget
memberikan rasa nyaman kepada pelanggannya. Sang owner pengen memberikan yang
terbaik untuk pelanggannya.
Belum lagi
fasilitas lengkap kayak toilet dan wastafel. Juga kipas angin di langit-langit.
Walaupun nggak ber-AC dan menghadap ke barat, kedai ini nggak terlalu panas
meski udah sore.
Yang agak
membingungkan bagi saya dan lumayan berpengaruh pada pemberian skor adalah
tentang hiburan. Kadang saya pribadi sudah sangat merasa cukup dengan adanya
alunan musik syahdu, mendayu, instrumental, atau bahkan musik genjreng-genjreng
masa kini di suatu kedai. Itu akan menciptakan nuansa tenang dengan volume yang
pas. Yang mau ngobrol jadi asik ngobrol. Yang mau kerja jadi khusyuk kerja.
Tapi sejak
awal saya ke Kalibata Coffee, saya malah disuguhi musik karakoean. Dulu ada
yang nyanyi sambil bawa mik duduk di bangku pengunjung. Sekarang pas udah ada
mini stage lengkap dengan alat musik juga nggak jauh beda. Malah kayak orgenan.
Jadi saya pikir lebih baik konsep musik penghiburnya diperjelas. Mau pilih ada
home band, penyanyi beneran, pemain musik instrumental, atau bahkan hanya musik
dari music player dengan volume yang pas. Jadi bukan sembarang orang bisa
nyanyi dan teriak-teriak di sana dengan suara keras. Ngobrol jadi nggak enak,
ada telepon jadi sungkan mau ngangkat. So sorry, Kalibata Coffee. Saya pikir ini
penting.
Tentang Kopi 2,5/5
Mungkin
memang untuk Kalianda masih perlu lebih gencar kampanye “Cintailah kopi asli
dalam negeri”. Pasalnya emang masyarakatnya belum terlalu aware dengan
coffee-based-product. Bahkan kopi ‘jitu’ aja masih sangat welcome di lidah
masyarakat sini.
Saya pikir
itu kenapa pemilik Kalibata Coffee nggak terlalu berniat fokus dan “memaksakan
diri” dengan sajian kopi. Dia lebih melihat peluang pasar dengan menyediakan
beraneka ragam menu.
Jadi
sewaktu saya pertama kali ke sana, saya pesan single origin tanpa gula. Para
pegawainya sampe terbengong-bengong, mereka belum ngeh apa itu single origin. Apalagi
tanpa gula. Waktu itu ada ownernya, dan sang owner inilah yang meracik kopi
untuk saya. Dari sana saya tau kalo kedai itu bukan di kelola perseorangan.
Kalo nggak salah waktu itu ada empat orang dengan fokusnya masing-masing. Nanti
tinggal bagi hasil gitu. Nggak tau kalo sekarang.
Di dua
kunjungan terakhir saya nggak pesan single origin. Waktu itu saya pengen yang
seger-seger karena cuaca Kalianda yang notabenenya adalah pesisir emang semakin
ganas. So, saya pesan ice black coffee. Saya minta tanpa gula dan pegawai
mengiyakan.
“Diaduk
dulu ya, Mbak sebeluum diminum!” pesan pegawainya.
Ngapain
diaduk? Toh ini Cuma gelas berisi es dan air kopi. Saya pede banget. Saya yang
nggak curiga sama sekali bahwa es kopi saya bakal dikasih sianida atau apa
justru nggak ngaduk kopinya kayak instruksi si masnya. Enak sih, kayak kopi
pada umumnya, pikir saya. Tapi pas udah mau abis dan kerjaan saya mulai
selesai, saya kok ngerasain manis. Saya ke meja bar untuk minta ditambah air
bening.
“Mbak,
kopinya dikasih gula ya? Ini muanis buangettttt!”
“Enggak.
Kan Ice black coffee pake vanila, Mbak.”
Fine
sayanya kurang menggali informasi. Jadi nggak pake gula, tapi pake cairan
vanila yang muanis buanget -_____-
Tadi sore
cerita saya beda lagi. Karena langit mendung mendayu syahdu dan gerimis sedikit
mengiris pilu, saya pengen pesen yang anget-anget. Saya nggak pesan single
origin karena saya takut aja nggak sesuai dengan ekspektasi. Akhirnya saya
pesan Caramel Machiato. Harapannya sih saya bakal dapet tonjokan dari machiato
dan belaian lembut foam susu dan semu manis caramel.
Pas
dateng, pesanan saya ada di dalam sebentuk cangkir putih kecil lengkap dengan
piring kecil dan sendok kecil juga. Mirip kayak lagi bertamu di rumah orang
gitu deh. Saya liat krema yang lumayan menggoda di bagian permukaan di dalam
cangkir saya. Tapi bukan buih susu seperti yang saya harapkan.
Kebiasaan
saya adalah ngambilin krema duluan pakai sendok. Pun kalo saya lagi minum
espresso. Jadi saya bisa merasakan sensasi lembut krema itu di mulut saya
sebelum saya teguk kopi yang (harusnya) lebih ganas. Macchiato is stronger than
espresso IMHO karena emang dibuat dari double shot espresso meski pada akhirnya
diperhalus dengan foam dan ditambah dengan saus karamel.
Nah, pas
saya sibuk ngambilin kremanya, nggak sengaja cairannya keambil. Ternyata
kremanya tipis aja. Eh, cairan itu berwarna cokelat. Saya mencoba mencari-cari
caramel yang siapa tau ngumpul di dasar gelas karena nggak nyangkut di atas
foam dan nggak saya aduk. Eh, di dasar gelas nggak ada apa-apa. Langsung saya
teguk habis. Dan beberapa waktu kemudian saya mules.
“Mbak, tadi saya pesan Caramel Macchiato. Tapi
kok yang dateng kayak kopi instan. Bikin kopinya pake alat apa sih, Mbak?”
tanya saya sambil bayar.
“Eng...nggak
tau Mbak, bikinnya di belakang. Nggak tau pake apa.”
FYI, saya
nggak pernah mules kalo minum single origin even espresso based. Tapi saya bisa
mules dan langsung kontraksi kalo minum kopi olahan tertentu.
Tentang Makanan 5/5
Saya cuma
pernah pesan dua jenis makanan. Pempek sama mi goreng spesial. Hehe. Bukan
apa-apa, kan emang pengennya minum di tempat begini mah. Kalo makan kan mending
di rumah. Kecuali pas ngekos, ya sekalian makan di kedai.
Pempeknya enak.
Waktu itu nggak sempat dimakan di tempat. Jadinya saya bawa pulang. Harganya
kalo nggak salah Rp. 10.000. isinya ada sekitar enam buah pempek bulat. Enyak.
Bisa bagi-bagi orang di rumah.
Tadi sore
saya pesan mi goreng. Eh, bukan saya, tapi adek saya yang kelaparan. Saya cuma
kebagian nyicip aja. Dan emang enak. Entah karena saya yang emang penggemar mi,
atau emang minya enak. Tapi nggak ada komplain sama sekali. Kecuali minyaknya.
Tapi kayaknya dimana-mana mi goreng mah banyak banget minyaknya.
Sebenarnya
saya pengen ketemu sama ownernya. Pengen banyak-banyak tanya. Siapa tau bisa
jadi kawan terus saya bisa dapat banyak ilmu dari beliau. Waktu itu emang saya
sempat dibuatkan kopi sama ownernya, tapi saya lagi kejar deadline. Sayangnya kali
ini pas agak selo malah nggak sempat ketemu. May be next time.
Dan jangan
lupa bawa gadget lengkap dengan chargernya kalo ke sini supaya bisa lebih
produktif. Nggak cuma minum-makan-pulang. Eh, mungkin kalo di kedai ini
tersedia mini library bakal lebih asik lagi ya.
So, datang
ke sini lagi? Iyaaaalaahhh.
Katanya kopi yang bisa bikin kita mulus itu kualitasnya kurang bagus. Saya juga beberapa kali mengalaminya. Makanya kalau minum kopi di tempat atau di kafe kafe mixer kopinya Arabica berkualitas bagus. Jangan sampai pulang dari Cafe tersebut malah jadi sakit :)
ReplyDeleteMules maksudnya Mbak? hehehe... Iya, parah banget kalo abis ngopi malah sakit :(
DeleteWah, sekarang sudah ada baristanya ya? Bagus dong kalo gitu. Beberapa waktu lalu yang bisa bikinin single origin cuma ownernya. Naext time mampir lagi kalau pulang ke sana. Thanks infonya, ya! :)
ReplyDeleteThey have also made work much easier and have replaced the ways of how we do many things. Moreover, these gadgets are also becoming more affordable and within the reach of even the common people.techi device
ReplyDeleteWhy do only so much written on this subject? Here you see more. Gali result
ReplyDeleteSatta number competition and lottery-based game, but it are now classified as gambling and Satta King is now very famous and mainly plays the game around the world. People are crazy about this game but now the most important thing is that this game is not following the rules and regulations Satta King 786 or Play Bazaar and all kinds of games like this game it does not follow banned and illegal games.
ReplyDelete