Ketika topik tentang perkebunan atau pertanian diangkat
pasti hal pertama yang muncul dibenak adalah perkebunan yang luas sampai
berhektar-hektar seperti kebun teh, kopi dan semacamnya atau pertanian yang di
kerjakan di sawah yang cukup luas. Membicarakan soal perkebunan dan/ pertanian
berkelanjutan terlalu rumit untuk dijabarkan secara teoritis apalagi oleh
orang-orang yang awam akan hal tersebut. Pada intinya yang terpenting dalam
pertanian berkelanjutan itu adalah praktiknya.
Secara sederhana, praktik pada pertanian berkelanjutan haruslah produktif,
sehat, dan aman. Produktif yaitu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi
urusan pangan manusia, sehat tanpa menggunakan bahan-bahan kimia seperti pupuk
buatan, dan aman bagi lingkungan.
Kali ini saya akan membagikan praktik pertanian
berkelanjutan di daerah tempat tinggal saya (Kecamatan Wonosari, Kabupaten
Malang). Saya tinggal di daerah perkebunan kopi yang merupakan salah satu milik
badan usaha negara. Tapi bukan perkebunan kopi yang ingin saya ceritakan disini
melainkan cara masing-masing keluarga mempertahankan kebiasaan bercocok
tanamnya. Tiap rumah memiliki lahan petak yang terletak di halaman depan yang
luasnya berkisar antara 4m2 sampai 9m2. Tidak begitu luas
memang, namun cukup ntuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.
Gambar 1: Lahan-lahan petak
|
Sekarang saya akan membahas satu-persatu tentang 3 poin
penting pertanian berkelanjutan yang telah saya sebutkan diatas.
1. Pertanian berkelanjutan itu “PRODUKTIF”
Agar produktif, hal yang harus diperhatikan adalah
tanaman apa yang akan ditanam. Di lahan rumah kami biasanya kami menanam
tanaman yang bisa digunakan untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari
seperti tomat, cabai, daun jeruk, dan bawang. Dengan menanam tanaman-tanaman
tersebut bisa menghemat pundi-pundi rupiah untuk membeli bumbu dapur.
Gambar 2: Tanaman cabai dan tomat |
Jenis tanaman produktif lainnya yang bisa ditanam adalah
sayuran seperti bayam, sawi, bunga kol, terong, dan lain-lain. Kami biasanya
memilih jenis tanaman sesuai musim untuk meminimalisir pembusukan dan
memaksimalkan hasil. Harus pandai-pandai memilih jenis tanaman apa yang akan
ditanam di musim penghujan dan apa yang akan ditanam di musim kemarau.
Ada pula komoditi buah yang bisa ditanam seperti
rambutan, jambu, sirsak, mangga, dan nangka, yang selain menghasilkan buah apabila
ditanam di tempat yang tepat bisa meneduhkan halaman saat cuaca panas.
Buah-buahan tersebut bisa dikonsumsi dan membantu hidup sehat. Apabila pohon
berbuah cukup banyak hasilnya bisa dijual.
Gambar 3: Pohon buah rambutan |
Gambar 4: Pohon buah mangga |
Selain memanfaatkan lahan, kami juga memanfaatkan pagar tanaman
agar produktif. Pagar tanaman yang biasanya terbuat dari rangkaian bambu, kami
ganti dengan daun katuk dan beluntas. Tentu sudah banyak yang mengetahui
khasiat daun katuk dan beluntas, apalagi untuk ibu menyusui. Kedua jenis
tanaman ini harus sering dipangkas agar tetap rapi dan memiliki tinggi sesuai
yang diharapkan sebagai pagar.
Kami juga menanam tanaman hias di depan rumah untuk
mempercantik lingkungan. Memang tanaman hias tidak bisa dikonsumsi, akan tetapi
jika jumlahnya cukup banyak, tanaman sejenis kaktus dan euphorbia yang sangat digemari dan bernilai ekonomis ini bisa
dijual. Saya juga menanam lidah buaya yang sangat mudah tumbuh dan cepat
menghasilkan tunas-tunas baru. Lidah buaya juga bisa menjadi tanaman hias
apabila ditanam pada media yang tepat. Selain terkenal akan manfaatnya untuk
kesehatan rambut, lidah buaya juga bisa dikonsumsi.
Gambar 5: Tanaman hias di
pot gantung dan pot pipa vertikal
|
2. Pertanian berkelanjutan itu harus
“SEHAT”
Untuk menghasilkan tanaman yang sehat maka harus tepat
dalam menanamnya. Banyak sekali hasil pertanian yang menggunakan pupuk buatan
berbahan kimia dan obat pengusir hama seperti pestisida dan fungisida. Memang
tanaman-tanamn tersebut akan bebas dari hama dan tak perlu khawatir merawatnya,
akan tetapi tanaman yang bebas dari bahan kimia tentulah lebih kaya manfaaat
kesehatannya.
Kami menghindari penggunaan pupuk-pupuk buatan dan
menggantinya dengan pupuk alami, yaitu pupuk kompos dari daun-daun kering.
Seperti yang disebutkan diatas bahwa salah satu tanaman produktif adalah
buah-buahan seperti rambutan, mangga, dan nangka. Dari pohon-pohon rindang ini
akan menghasilkan daun-daun yang berguguran. Nah, daun-daun inilah yang bisa
dikumpulkan dan digunakan sebagai kompos. Semakin banyak pohon, makan semakin
banyak kompos yang dihasilkan.
Gambar 7: Daun-daun kering
untuk kompos
|
Jenis pupuk alami lainnya adalah pupuk kandang yang
berasal dari kotoran hewan ternak. Di daerah kami terdapat pusat kandang hewan
ternak. Maksudnya, jika tiap keluarga memiliki hewan ternak seperti sapi,
kambing, dan kerbau, maka akan dikumpulkan di kandang pusat ini sehigga jauh
dari lingkungan rumah. Nah, dari kandang-kandang ini mampu menghasilkan banyak
kotoran yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk kandang yang alami bagi tanaman.
3. Pertanian berkelanjutan itu “AMAN” bagi
lingkungan
Dalam rangka menciptakan lingkungan yang aman, aspek
pertanian pun harus diperhatikan agar tidak berdampak buruk bagi lingkungan dan
makhluk hidup sekitar. Pada masing-masing lahan tanaman pasti akan terdapat
rumput-rumput liar yang mengganggu tanaman. Agar sayuran dan tanaman lain tetap
sehat, tampak subur dan indah, selain rajin disiram juga harus sering menyiangi
rumput yang ada. Penyiangan rumput bisa dilakukan secara manual. Hal ini tentu
jauh lebih sehat daripada menggunakan zat penyemprot rumput. Meskipun zat kimia
tersebut jauh lebih cepat untuk mematikan rumput, namun dampaknya buruk bagi
lingkungan, terutama bagi tanaman yang ditanam.
Gambar 8: Rumput yang perlu
disiangi diantara tanaman bawang
|
Selain sayuran, ada pula komoditi buah-buahan yang mudah
busuk karena dimakan oleh hewan pengganggu seperti kelelawar jenis pemakan
buah. Daripada menggunakan zat kimia, kami lebih memilih membungkus buah yang
mulai tumbuh cukup besar. Alat pembungkusya bisa berupa plastik atau kain.
Hal ini akan melindungi buah-buahan dari
hewan pemakan buah serta aman bagi lingkungan.
Hasil dari pertanian berkelanjutan ini memang tergantung
pada masing-masing individu yang menjalaninya. Semakin rajin dan teliti dalam
merawat tanaman, semakin baik pula hasil yang didapatkan. Hal ini hendaknya
diterapkan secara terus-menerus sampai musim berganti musim dan menentukan lagi
tanaman apa yang hendak ditanam. Semakin sering-mengganti-ganti tanaman maka
semakin kaya pula pengalaman individu tersebut.
Mari kita bercocok-tanam! Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan
menghijaukan lingkungan dan membantu penyediaan pangan setidaknya untuk
keluarga sendiri. Seberapa luas atau sempit tanah yang bisa kita tanami, disitu
ada kesempatan menghijaukan lingkungan. Pintar-pintarlah
tiap individu bagaimana mengolahnya agar produktif, bukan malah membiarkannya
sebagai lahan pajangan.
Ratna Nur Oktavina Sari
@Happyfamily27
Wah artikelnya bagus. Di tempat tinggalku sekarang juga masayarakatnya dah punya kesadaran tinggi untuk memanfaatkan lahan-lahan di samping, depan belakang rumah mereka.
ReplyDeleteLumayan banget loh. nggak usah keluar duit lagi untuk beli bumbu-bumbu, sayuran, ato buah semacam pepaya.
Iya, Mbak, pas mau masak, apa yang ada di lahan bisa tinggal ambil aja :-)
DeleteWah, keren. Cocok tanam, berkebun, bahkan penghijauan hutan juga ada ilmunya yang mesti mempertimbangkan banyak aspek.
ReplyDeleteJadi teringat masa lalu, ketika di rumah di kampung masih ada kebun petik sendiri & pohon buah2an. Sekarang udah terlibas jamannya tanah dibeton :(.
Bisa pakai pot gantung atau pot pipa vertikal untuk tanaman-tanaman kecil, Mbak, kalau pengen nanem-nanem lagi, hehe.
DeleteLahan terbuka udah makin sempit aja. Makanya bumi jadi panas dan mudah kebanjiran. Di perkotaan disiasati dg biopori, siih... tapi di tempat tinggal saya syukurlah lahan terbuka masih ada banyak. Buat lahan perkebunan, tempat ibadah pun hanya ditanami rumput dan tanaman perdu
ReplyDeletekalau lahan di rumah aku sempit banget, kanan-kiri udah pada padat tembok. aku cuma bisa menanam bunga beberapa pot tanaman bunga mawar di depan halaman rumah dan anggrek yang aku tempelin di pohon mangga.
ReplyDelete