Pembangunan memang tidak bisa dipisahkan dari dampak
buruknya berupa kemerosotan kualitas lingkungan. Hal itu banyak terjadi di
sekitar kita. Pendeknya, untuk membangun rumah saja, tetua kita dulu menebang
pohon, ada yang istilahnya tebas huma.
Apalagi pemborong property saat ini banyak menamai proyeknya sengan sebutan green hills, green estate, green view dan
aneka ‘green’ lainnya yang notabenenya di bangun di atas bukit yang tak lagi
berpohon, lalu darimana ‘hijau’-nya?
Kita tak pernah dapat memungkiri hal itu.Pembangunan harus
terus berjalan. Setidaknya para pelaku
industri bisa menerapkan konsep green
manufacturing. Sistem Manajemen lingkungan
dikembangkan untuk memberikan panduan dasar agar kegiatan bisnis senantiasa
akrab dengan lingkungan. Kondisi lingkungan yang memburuk akibat kegiatan
manusia (yang pada gilirannya akan merusak tempat hidup bersama) sudah waktunya
untuk dikendalikan.
Baca juga: [GIVEAWAY] #BloggerPeduliMasaDepan
Baca juga: [GIVEAWAY] #BloggerPeduliMasaDepan
Program-program dan peraturan
pro- lingkungan di Indonesia dirancang untuk dapat memenuhi keperluan masa kini
dan dapat dikembangkan lebih lanjut untuk keperluan masa yang akan datang.
Program ini juga untuk mengakomodasikan adanya perubahan situasi dan kondisi
baik nasional maupun internasional. Program-program lingkungan di Indonesia
yang dikoordinasikan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau Badan
Pengendali Lingkungan Hidup di tingkat daerah. Program – program tersebut
meliputi :
1. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
2.
Pengembangan Audit Lingkungan
3. Rencana Aksi Nasional/Daerah untuk Pengurangan Emisi Gas
Rumah Kaca (RAN/D GRK).
4. Pengembangan Sumber Daya Manusia dan di Bidang
Pengendalian Dampak Lingkungan, dan lain sebagainya.
Panduan Green Manufaturing
Konsep green manufacturing harusnya menjadi misi perusahaan untuk
berkomitmen menerapkan triple bottom line yaitu profit, pople and planet. Berikut ini
adalah panduan Green manufacturing: 1. Make products recyclable/membuat produk yang dapat didaur ulang
Contohnya banyak
perusahaan saat ini mengembangkan kemasan yang ramah lingkungan dengan
memproduksi atau memakai kemasan pakai ulang/recycled atau degradable packaging.
2. Use recycled materials
Contohnya pada
perusahaan Fuji Xerox, produsen fotokopi yang menerapkan “inverse production”,
yaitu produk yang sudah habis masa pakainya diambil kembali oleh perusahaan,
kemudian dilakukan pemilahan pada partisi mesin yang masih baik kualitasnya dan
diproses kembali menjadi produk baru. Proses ini dapat meminimalisasi bahan
baku yang artinya juga meminimalisasi jumlah sampah.
3. Use less harmful ingredients/menggunakan komponen yang tidak berbahaya
Hal
ini akan melindungi atau meminimalisasi dampak aktivitas industri ke lingkungan
dan juga bagi karyawan. Kecelakaan kerja juga dapat dikurangi jika perusahaan
mengadopsi sistem manajemen lingkungan. Selain itu pelanggan akan merasa lebih
aman dan lingkungannya terlindungi. Hal ini akan meyakinkan pelanggan bahwa
produsen/distributor peduli lingkungan
dan mempunyai dokumen yang sesuai untuk
mendukung pernyataan
tersebut.
Contohnya: adalah
penggunaan pewarna makanan untuk produk pangan, bukan pewarna tekstil atau
pewarna berbahaya lainnya.
5. Use lighter components/menggunakan komponen yang lebih ringan.
6. Use less energy/hemat energi
Saat ini telah banyak
diproduksi aneka peralatan yang save
energy, misalnya lampu, AC, dan perabot rumah tangga lainnya. Selain
menghemat energi, diharapkan adanya inovasi ini juga akan mengurangi emisi yang
ditimbulkan dari pengoprasian peralatan tersebut.
Penghematan energi ini
juga dapat dilakukan oleh perusahaan dalam proses produksi. Misalnya pada
industri tapioka, limbah cair yang dihasilkan diolah dengan cara dibuat biogas
sebagai bahan bakar pada boiler yang digunakan pada proses produksi.
7. Use less material/menggunakan bahan baku lebih sedikit
Dasar
utama dalam penekanan biaya adalah mengurangi penanganan bahan kimia dan
sisa-sisa/limbah lainnya. Lebih sedikit bahan kimia/limbah, akan semakin
sedikit biaya dan semakin tinggi tingkat mutu air/tanah dan lingkungan sekitar.
Hal ini juga dapat dilakukan dengan efisiensi penggunaan bahan baku, misalnya
pada perusahaan konveksi.
Green Manufacturing di PT Semen Padang
Tidak
perlu jauh-jauh sampai menganalisis proses produksinya, semen bubuk yang biasa
kita lihat dalam pembangunan gedung pun seringkali menyebabkan penyakit ISPA.
Namun semen sangat diperlukan dalam pembangunan kualitas hidup manusia. Maka
dari itu, kita tidak bisa lepas dari pengaruh manfaat semen dalam kehidupan
sehari-hari.
Sebagai
produsen semen tertua, PT Semen Padang tentu sudah banyak berpengalaman dalam menghadirkan
inovasi bagi kegiatan industrinya. Termasik dalam mengusahakan konsep industri
yang berkelanjutan. Sesuai dengan komitmennya, “kami telah
berbuat sebelum yang lain memikirkannya”.
PT
Semen Padang didirikan pada 18 Maret 1910 dengan nama NV Nederlandsch Indische
Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM). Saat ini PT Semen Padang menjadi bagian dari PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk sejak tahun 1995. Pemerintah selaku pemilik saham terbesar atas 3 pabrik semen yaitu PT Semen
Gresik (PTSG), PT Semen Padang (PTSP), dan PT Semen Tonasa (PTST), turut bertanggungjawab berdasarkan Surat Menteri Keuangan Republik Indonesia No 5-326/MK.016/1995.
Bersamaan dengan itu, pabrik Indarung V milik PT Semen Padang
dikembangkan dengan kapasitas
yang lebih besar.
PT Semen Padang berkapasitas produksi 6,8 juta
ton/tahun yang dihasilkan dari empat pabrik yang masih aktif, yaitu Indarung
II-V. Pabrik Indarung I yang menggunakan proses basah telah dinonaktifkan sejak
1999 silam. hal ini dilakukan karena pertimbangan efisiensi dan polusi yang
ditimbulkan dari aktivitas produksi di sana. Pada November 2016 mendatang
ditargetkan pabrik Indarung VI akan mulai beroperasi sehingga PT Semen Padang
akan mencapai total produksi 10-11 juta ton/tahun.
Harapannya, bertambahnya kapasitas pabrik ini juga
akan meningkatkan market share PT
Semen Padang karena kebutuhan semen selalu meningkat seiiring pesatnya
pembangunan di segala bidang.
Pabrik PT Semen Padang Indarung VI ini dibangun dengan
mengedepankan konsep green industry (industri yang ramah lingkungan). Hal ini terbukti dari komitmen perusahaan dengan melakukan kontrol terhadap emisi
berupa gas dan debu. Targetnya, pabrik ini akan mampu mencapai emisi senilai 30
mg/nm3 atau berada jauh dari standar baku emisi nasional yang mencapai 80
mg/nm3.
Waste Heat Recovery Power Generation (WHRPG)
Proses pembakaran
terak yang membutuhkan suhu tinggi akan menghasilkan panas buang yang dapat dimanfaatkan
menjadi sumber tenaga penggerak generator yang mampu menghasilkan listrik untuk
dapat digunakan sendiri
untuk aktivitas di industri. PT
Semen Padang berhasil mendapatkan bantuan dana dari Pemerintah
Jepang, New Energy Technology
Development Organization (NEDO) untuk membangun instalasi Waste Heat Recovery Power Generation
(WHRPG) di areal produksi Semen Padang.
Foto: Sumatra.bisnis.com |
WHRPG telah
memberikan banyak benefit bagi PT Semen
Padang, dalam bentuk penghematan energi, pengurangan emisi CO2, dan
menciptakan green
industry. Proyek ini juga bertujuan untuk menghemat energi dan
meminimalkan emisi gas CO2 melalui mekanisme pembangunan bersih
atau Clean Development
Mechanism (CDM) sebagai implementasi dari Kyoto Protocol yang
telah disepakati melalui UU No 17/ 2004 tentang pengesahan Kyoto Protocol To The United Nations
Frame Work Convention On Climate Change (Protokol Kyoto Atas
Konvensi Kerangka Kerja PBB Tentang Perubahan Iklim).
Dari
pengoperasian instalasi WHRPG di PT
Semen Padang, perusahaan
mendapatkan pasokan listrik dengan kapasitas sebesar 8 MVA atau sekitar
Rp 33 miliar per tahun untuk mengurangi kebutuhan suplai tenaga listrik
dari PLN. Potensi
penghematan yang dapat diperoleh dari operasional WHRPG tersebut sekitar 10 persen
dari kebutuhan operasional unit listrik di pabrik PT Semen Padang dan
mereduksi emisi gas CO2sebesar 43.000 ton pertahun.
WHRPG yang
dibangun di pabrik Semen Padang telah
diresmikan sejak 26
Oktober 2012 oleh Menteri Perindustrian MS Hidayat, yang sekaligus menandai
keberhasilan Semen Indonesia Group dalam pembanfaatan panas gas buang sebagai
sumber energi pembangkit listrik.
Setelah berhasil
membangun WHRPG di Semen Padang, pada tanggal 23 Oktober 2013 di Hotel
Shangrilla Tokyo, Jepang, ditandatangani MoU antara PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk dengan JFE Engineering Jepang untuk bekerjasama membangun WHRPG
di pabrik Tuban dengan kapasitas yang sama dengan yang dibangun di pabrik Semen
Padang. Dalam pembangunan WHRPG di pabrik Tuban tersebut, Pemerintah Jepang memberikan
bantuan sebesar 50 persen dari total investasinya. Kapasitas listrik dari WHRPG di pabrik Tuban ini diperkirakan
sebesar 26 MVA atau akan menghemat biaya operasional lebih dari Rp 120 miliar
pertahun dan mereduksi emisi CO2 sekitar 140.000 ton pertahun.
PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk akan menggunakan WHRPG diseluruh pabriknya, termasuk pabrik di
Rembang. Harapannya akan meningkatkan kemandirian penyediaan listrik sehingga supply listrik yang disediakan negara
melalui PLN dapat dialokasikan untuk masyarakat luas diberbagai pelosok desa
yang masih membutuhkan listrik. Jika seluruh pabrik dibawah grup PT Semen
Indonesia sudah diterapkan WHRPG maka tidak ada energi panas yang terbuang
percuma ke udara dan dapat digunakan meningkatkan efisiensi pabrik yang pada
akhirnya meningkatkan keuntungan perusahaan. Pemerintah RI memiliki 51% saham,
sehingga akan mendapatkan deviden yang besar. Pada tahun 2013 Pemerintah RI
memperoleh deviden lebih dari Rp 1,2 triliun. Belum termasuk kontribusi dari
PPN dan PPh (badan dan perorangan).
Kerjasama dalam pembangunan model proyek WHRPG di
PT Semen Padang sebagai teknologi pemanfaatan gas buang ini merupakan yang
pertama kali diterapkan pada industri semen di Indonesia. Seandainya konsep green manufacturing dan green industry ini
mampu diterapkan oleh industri-industri lain tentu akan tercapai efisensi
produksi dan penggunaan energi. Tidak hanya itu, penerapan green manufacturing tentu juga akan berdampak keberhasilan pada
target Rencana Aksi Nasional Pengurangan Efek Rumah Kaca.
Referensi:
Heizer,
Jay and Barry Render. 2009. Operation Management. Penerbit Salemba Empat.
merdeka.com
semenindonesia.com
semenpadang.co.id
No comments
Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<