Haihaiiiii... ini
sebenarnya tulisan nostalgia. Soalnya bukan reportase yang aktual tapi lebih
kepada ingatan saya yang terus membekas tentang Kelas Inspirasi. Ciyeee...
Ada yang belum
tau Kelas Inspirasi (KI)? Wah kayaknya... sorry to say, kudet banget deh! LOL.
Saya kenal KI sejak 2012 lalu. Waktu itu saya cuma stalking-stalking. Nah, di
2013 saya pengen banget ikutan, tapi saya kan belum punya profesi. Saya cuma
mahasiswa yang punya angan-angan sama mimpi. Sebenarnya saya pikir saya bisa
menginspirasi anak-anak SD seperti yang lainnya dengan semangat saya
bersekolah.
So, saya pede
banget mendaftar KI Bandung waktu itu. Saya dibuat bingung sewaktu menulis esai
aplikasinya. Saya mah da apa atuh? Hanya mahasiswa biasa. Remahan kece kalo
istilahnya Manda, Mbak Diba, sama Kakak Rian. Dan hasilnya udah ketebak, SAYA
ENGGAK LOLOS!!! Hahahahaaaa...
Di 2015,
keinginan saya semakin membuncah untuk ikutan sebagai inspirator bagi penderita
sesak napas siswa SD.Waktu itu, saya ngeliat pengumuman pembukaan aplikasi
KI Serang. Saya pun ngobrol-ngobrol dengan Kak Anazkia. Akhirnya saya mendaftar
KI Serang #1 dengan profesi sebagai RELAWAN. Agak rancu, ya. Lha wong para
inspirator, dokumentator, dan fasilitator KI aja udah disebut relawan kok ini
ada lagi profesi relawan?! Ah, nggak apa-apa... yang penting saya bisa ikut
memotivasi anak-anak untuk membentuk pribadinya sejak dini. Kata Om NH, sih
gitu. Yang penting pembentukan karakter. Dan SAYA LOLOS kali ini! Thank God!
Niatnya sih saya
pengen ngajari anak-anak supaya punya jiwa penolong, ikhlas dalam hal apapun,
termasuk ketika membantu orang tua, teman, dan ketika belajar. Semuanya harus
dikerjakan dengan riang gembira.
Badly, property
games saya ketinggalan di rumah. Saya emang lagi (sok) sibuk ketika persiapan
KI Serang itu. Bahkan saya belum pulang ke rumah sejak awal September. Roadshow
Bandung-Jogja-Jakarta ceritanya hingga pada 27 September saya harus berangkat
ke Serang. Saya aja berangkat ke Serang dari Gunung Madu. Abis kondangan, bok!
Beruntung
fasilitator kami di sana supeeerrrr baiiiikkkk banget! Saya dapat tumpangan
nginep di rumah Kak Intan. Bahkan mereka rela nungguin saya yang nyampe serang
nyaris tengah malam. Dan super excitingnya lagi, saya ketemu Kak Nashar mantannya
Musdalifah , rekan waktu masih beraktivitas ke-Humas-an di salah satu
kantor dulu, dan dia bayarin saya bus sekaligus nungguin saya dijemput. Bahkan
Wak gengnya KI Serang ikut njemput dan ngebonceng saya ke rumah Kak Intan.
Aaaakkk... kalian baik banget, sih! Makasiihhhh...yaaaa... Kak Intan, Kak Ana
Rizki... SUPER MELTING!
Saya kebagian
menginspirasi di SD N Kaloran. Bareng Kak Janiar, Kak Yanti, Kak Hizti, Kak Fahri, Kak dan
fotografer yang kece badai Bapak Hadi Dana dan sebagainyaaaaa!
Tragedi di Dalam Kelas
Parahnya saya
lupa memperhitungkan tentang karakter anak. Jadi tugas saya di jam pertama
adalah DI KELAS SATU. Saya enggak berhasil menguasai kelas. Saya langsung ngadu
sama Pak Dana Hadi yang kebetulan mendokumentasikan aktivitas kacau di kelas
saya. Saya pengen nangis saat itu juga. Tapi saya ya malu, dong! Rasanya pengen
banget cepat-cepat gantian. Rasanya time flies so slow banget gitu. Dan saya
udah kayak larva kejepit di atas tebing, diterpa hujan badai sekaligus kilat
dan petir yang menyambar-nyambar. Huhuuu...
Jadi anak-anak
lari ke sana kemari. Mahkota yang saya pasang pada lepas. Yang di sudut kiri
manggil saya, yang ujung kanan manggil saya juga. Pas main ice breaking
semuanya mau maju. Pada teriak-teriak. Nggak ada yang mau ngalah. Bola yang
harusnya buat gantian dengan kelas lainnya pengen diminta. Ada yang nangis
gara-gara dinakalin temennya. Macem-macemlah. Huhuu... apa kabar ngurusin
daycare, ya? Setres adek, Bang!
Beruntung mereka
segera mereda ketika saya cerita. Iya, saya cerita dan memancing interaksi mereka
dengan bertanya tentang keseharian mereka bermain, belajar, apapun. Alhamdulillah
semua under control. Ternyata hanya saya yang salah settingan.
Pas masuk ke
kelas tiga dan empat, saya sudah lebih bisa menguasai keadaan. Beruntung nggak
ada jatah di kelas dua. Kelas dua gantian ruangannya dengan kelas satu, jadi
saya nggak kebagian. Meskipun di akhir hari inspirasi saya tetap masuk ke kelas
dua karena jadwal rotasi gurunya kacau. Saya enggak masuk ke kelas enam karena
Kak Yanti asik banget di kelas itu dan mengambil jatah waktu saya. Ih, Kak
Yanti korupsi, tuh. Tapi setidaknya saya sudah bisa haha hihi.
Di kelas empat
dan lima, saya sudah berada di atas angin. Sombong! Saya sudah tahu
triknya, bercerita dan tertawa. Pasti anak-anak juga senang dan ikut aktif di
dalam kelas. Bahkan saya nggak ngasih ice breaking di kelas empat. Mereka
ngajarin saya mainan a la a la mereka. Jadi judulnya kita jadi main bareng.
Sekaligus cerita tentang bencana ekologis yang mengancam jaminan keberlanjutan
kehidupan. Lha wong di depan sekolahnya aja ada gunungan sampah, gimana mereka
nggak terancam kesehatan sekaligus gagal dalam pembentukan karakter pribadinya.
Di kelas lima,
malah ada yang curhat. Saling bully tentang cinta monyet. Tentang idola mereka,
Si Kembar anak ibu guru yang katanya paling kece badai di kelas enam. Jadi di
sini saya berperan sebagai relawan konsultasi cinta monyet sekaligus curhatan
tentang orangtuanya yang nggak pernah ngasih hadiah sepeda pas bagi rapor.
Yaiyalah, nilainya aja nggak mencapai target. Haha. Mereka janji, untuk belajar
dengan ikhlas tanpa mengharapkan hadiah dari orangtua mereka. Saya memberi
contoh kisah Hafalan Sholat Delisa yang hafalan demi sebuah kalung. Dari cerita
itu, saya jadi cerita tentang kerelawanan pasca bencana alam. CUCOK!
Inspirator yang Terinspirasi
Honestly, ikut
kegiatan ini justru membuat saya semakin semangat untuk berbuat banyak bagi
orang lain. Kakak-kakak lainnya sudah sering banget ikut aktivitas beginian.
Misalnya Kak
Jainar, penulis yang meski punya kekurangan tapi justru dia punya kelebihan
yang tumpah ruah. Bukan kekurangan, sih. Saya lebih senang menyebutnya
perbedaan. Perbedaan kan yang membuat segalanya jadi indah dan berwarna. Ah,
dengar cerita tiga jam tentang Kak J ini enggak ada bosan-bosannya sama sekali.
Sungguh. Bahkan saya jadi banyak belajar. Belajar tentang kemanusiaan, belajar
tentang keikhlasan, ketegaran, sampai public speaking.
Iya, Kak J ini
seorang penyiar yang tentunya udah jago banget public speakingnya. Seorang
penulis yang menebarkan inspirasi dan semangat hidup lewat tulisan-tulisannya.
Seorang perempuan super yang bangkit dari keterbatasan kondisi masa kecilnya.
Seorang tante kos yang baik banget sama anak-anaknya. Seorang pengajar di
sekolah luar biasa yang melahirkan anak-anak berprestasi. Seorang traveler yang
banyak dapat berkah jalan-jalan gratis sebagai sebutir debu bayaran dari segala
jerih payahnya untuk orang banyak.
Ah, nggak ada
habisnya, deh. Shortly, saya ngefan mendadak sama kakak satu ini. Sayangnya,
saya belum sempat untuk kontak lagi dengan beliau. Saya nggak pengen kontak
lewat aplikasi chatting. Saya pengennya ketemu langsung. Seharian pasti bakal
berasa satu jam bersama Kak J. Someday, ya, kak. Kalau saya berkunjung ke
Bandung.
Keajaiban
lainnya datang ketika saya dan kawan-kawan makan siang. Jadi ceritanya saya
emang nggak makan dari siang hari sebelumnya. Ajaibnya, saya emang nggak laper,
nggak sakit perut, nggak sakit kepala. Kami makan di Ibu Ciganea. Rumah makan
yang udah ada dimana-mana.
Ternyata,
kelompok-kelompok KI lainnya juga makan di sana. Pas lagi sholat, saya ketemu
IBU DONNA IMELDA. Iya, emak blogger yang suka saya kepoin. Ahahhaha... saya
ngefan juga nih sama beliau. Semua aja lo idolain! LOL.
Ngobrol ngobrol
sebentar sama Ibu kece ini saya jadi laper. Jadi ngobrolnya dilanjut pas sesi
refleksi. Sesi ini digelar di Kantor Gubernur Banten yang lama dan sekarang
jadi museum. Gedungnya kuno, megah, tapi rada gothic. Mirip jaman Belanda gitu.
Ini semacam sesi evaluasi sekaligus ajang cari jodoh perkenalan satu sama
lain gitu deh. Nah, di sini saya juga ketemu Om NH. Pertemuan ketiga dengan Om
NH sejak 2010 silam. Om satu ini juga nggak pernah berhenti memberikan
inspirasi. Apapun tingkah polahnya yang kadang geje pun bisa jadi inspirasi,
loh. Apa saya yang terlalu ngefan, ya?
Baca juga:Inspiring Blogger Hunt 2013
Ah, semoga
silaturahmi dengan orang-orang hebat selalu terjalin hangat, ya! Meski tanpa
tegur sapa kan kadang saya juga hadir di laman mereka. Bukan sengaja ngepoin,
tapi yang namanya belajar itu kan dari manapun. Termasuk dari pengalaman orang
lain. Kadang ketika blog walking, saya banyak ketemu dengan hal-hal baru yang
seru. Meski saya jarang meninggalkan jejak, tapi saya sering membuka
halaman-halaman mereka. Ya, maklum, jarang OL di netbuk. Hoho.
Banyak banget
keuntungan yang saya dapat dari kunjungan perdana saya ke Kota Serang ini. Kota
yang gedung-gedungnya masih berciri kerajaan. Mirip sebagian kecil Jogja. Cuma
beda karakter manusianya, sepertinya. Banyak banget yang pengen saya ceritain
di sini satu persatu. Semuanya menyenangkan. Dan saya nggak ingin berhenti
untuk menebar inspirasi sampai di sini. Ternyata, berbagi itu benar-benar nggak
harus nunggu kita jadi ‘sesuatu’ dan punya segalanya. Bahkan saya yang
pengangguran begini pun bisa ikut kelas inspirasi. Semoga saya cepat punya
profesi, ya. Dan saya mau keliling Indonesia untuk berbagi dan menjadi kaya
dengan inspirasi dan semangat hidup.
Sumpah, kelas inspirasi ini nagih banget. I’m addicted to you!
Kelas INspirasi?
ReplyDeleteHemm...saya juga pengen bisa ikut berpartisipasi dalam KI. Rasanya sesuatu banget tiap kali baca ulasan KI, spt yg srg di share oleh Om Nh itu
Yap! Cobain deh, Mak sensinyaaa nagih banget!
Deleteduh, tersanjung ada nama aku... thanks Rinda.. keep sharing, keep inspiring
ReplyDeletehiyaaaa... Bu Don baru dateng \m/
Deletekakaaaa :D, keep inspiring :)
ReplyDeletehaihai kakak hiztiiiii... kok bisa mampir dimariiii hihi. Thanks yaaa :*
Delete