Kehidupan di perantauan sangat jauh berbeda dengan kondisi di
rumah yang serba ada dan mudah. Saya tinggal di sebuah kamar dengan balkon
kecil yang saya manfaatkan untuk
bertanam sayuran dan bunga. Sirkulasi udara yang baik adalah syarat utama meski
tanpa dapur dan kamar mandi pribadi. Hingga saya sampai pada fase sadar bahwa saya
mendambakan kehidupan yang seimbang dan bisa jadi #HealthAgent.
Selektif Memilih
Warung Makan
Salah satu warung makan di seputaran kampus |
Di seputaran tempat tinggal saya, bertebaran warung-warung
makan yang memang murah. Mereka tidak mencuci bersih sayurannya, menggunakan
minyak berulang-ulang, dan sendok-sendok yang menghitam di lekukan-lekukannya. Mereka
terkesan memaksakan diri karena adanya permintaan. Mayoritas pelanggan dari kalangan
mahasiswa butuh makanan yang mudah dan murah, tidak bicara kualitas. Dalam hal
rasa, beberapa warung bahkan tidak bisa diandalkan. Jika saja konsumen berpikir
untuk lebih aware dengan kualitas,
tentu produsen juga tertantang melakukan perbaikan.
Konsumsi Buah dan
Sayur
Saya sarapan buah bersama madu dan perasan jeruk nipis dalam
segelas air hangat. Saya belum sampai pada fase food combining, tapi saya sadar bahwa saya harus mengombinasikan
apa-apa yang masuk ke dalam tubuh sesuai kebutuhan. Buah memang mahal, maka
saya makan pisang, pepaya, atau jambu biji. Sesekali saya makan anggur, apel,
dan buah bit untuk meningkatkan kadar hemoglobin saya yang memang kurang.
Saya bergantung pada sayur bayam yang disediakan oleh dua
warung di sekitar saya. Ada juga yang menyediakan cah brokoli dan kangkung
dalam sajian yang lumayan berkualitas tapi harganya agak mahal. Pintar-pintar
saya saja dalam hal merotasi jadwal kunjungan ke warung-warung tersebut. Walau belum
bisa sepenuhnya lepas dari bahan tambahan makanan berbahaya, setidaknya
mengurangi. Melakukan puasa sunah juga sangat baik bagi tubuh.
Olah Raga dan Rasa
Saya senang menari, menari menghadirkan keseimbangan dalam
tubuh saya. Meski saya malas tidak punya waktu untuk jogging, saya
menari. Ada perpaduan olah raga dan rasa dalam tubuh saya ketika menari. Dengan
biaya yang jauh lebih murah daripada yoga, saya mendapatkan manfaat yang juga
tak terkira.
Selaras alam, jogging dan menghirup udara segar di Candi Plaosan |
Selain itu saya bersepeda untuk pergi ke kampus dan
sekitarnya. Saya bisa bersepeda menuju lokasi yang agak jauh, misalnya
Malioboro. Di sini juga ada event Jogja
Last Friday Ride (JLFR) yang bisa dimanfaatkan setiap jumat malam di akhir
bulan untuk bersepeda dan saling sapa dengan sesama pesepeda. Berolahraga
sekaligus bersilaturahmi yang menghadirkan keceriaan penghilang stress.
Diet Kantong Plastik
Semua tahu bahwa kita darurat sampah. Saya juga tidak ingin
senyawa dalam plastik masuk ke makanan saya. Saya juga tidak ingin mengotori
bumi yang renta.
Anak Kos (tidak)
Identik dengan Instan
Saya dulu mengonsumsi segala sesuatu yang serba instan. Tapi
saya tidak fanatik dengan mi instan. Tidak
seharusnya tubuh saya dicekoki terlalu banyak bahan-bahan tambahan. Saya mencoba mengurangi asupan gluten
bagi tubuh saya. Pengen coba mi instan sehat dari Nutrifood juga yang katanya sehat. Usus sudah terlalu lelah bekerja dan untuk kebaikan saya
sendiri saya harus mampu mengatur apa yang harus dan tidak saya lakukan.
Hidup sehat bukan sekedar ‘gaya’, tapi sudah menjadi
kewajiban manusia sebagai makhluk Tuhan dengan penciptaan paling sempurna. Segala
sistem yang ada dalam tubuh manusia sudah diprogram sedemikian rupa agar
memberikan kemudahan dalam merawatnya. You
are what you do, you are what you eat!
Tulisan ini diikutsertakan dalam #HealthAgent "Sharing Inspiration" Blog Contest Nutrifood
jaman saya jadi anak kos dulu, hidup yg penting bisa survive. belum berpikir mana sehat mana engga
ReplyDeletebaru sekarang2 ini mulai peduli betapa penting hidup sehat :)
Itu dulu, Mas. Berabad-abad lalu kan pastinya? Sekarang mah musti banyak mikir, Mas. Nuwun :D
Deletedulu ada panduan hidup sehat yang sederhana, Hidup Sehat a la Hembing. :D
ReplyDeleteApa itu kakak? Btw, saya mau follow blognya tapi kok nggak nemu pintunya, ya? Apa saya yang dudul karena kurang makan brokoli?
Deletehebat nih mba anak kos tapi bisa manfaatkan sekitar untuk bertanam sayuran dan bunga :)
ReplyDeletepatut dicontoh nih
Terimakasih banyak :)
DeleteDulu zaman masih ngekost, saya sukanya makan nasi bungkus demi ngirit beli minum hehehe Kalo dipikir makan dikaki lima banyak yang ngga higienis, kayak gambar diatas baskom air untuk cuci piring yang dipake berulang-ualang :(
ReplyDeleteSaya suka nggak jadi beli kalo lupa bawa misting, kadang juga langsung makan di tempat. Biar irit karena nggak nyuci piring hahaha...
DeleteAq cm pernah ngekos 2x.zaman PKL di surabaya dan zaman jd pengantin baru di jakarta. Kesimpulanku, setengah mati nyari warung yang lidahku cocok-_-.kalo di surabaya sih masih mending, byk pilihan enak dan terjangkau. Nah di jakarta, alamak, yg rasany enak dan bersih jelas hargany 2xlipat. Trs cari kontrakan deh yg ada dapurnya..biar bs masak sendiri:)
ReplyDeleteIya Mbak, sayang banget tempat Rinda gda dapur. Soalnya kalo yg ada dapur kebanyakan kayak asrama gitu. Rame banget. Ih, males banget dah ngekos tempat kayak gitu. Di Rinda kamar yang dikontrakin cuma 4, Mbak :D
DeleteFoto air cucian nya sereeeem....
ReplyDeleteHaha... itu masih 'rajin', Mak! Ada yang lebih serem lagiiiiii hihiihi
Deleteanak kost emang harus sehat :))
ReplyDeleteanak kost bukan melulu tentang mie instant.
tapi, jarang sih keliatan anak kost yang hobi olahraga... selektif milih warung makan juga jarang. asalkan harga makanan di warungnya murah, ya hantam aja..
Percaya atau nggak, ada teman kons saya yg mau beli makan ke depan gang sekitar 300m dari rumah aja rela ngeluarin motor daripada jalan. saya juga jd (sok) hidup sehat gara2 pernah tumbang :v
DeleteKayak kata Jev, selektif sih milih warung makan, tapi milih yg murah. xD tapi mau bagaimana pun juga, kesehatan itu memang perlu banget diutamain. kalo udah sakit di kosan, beh, susah. :(
ReplyDeletekalo saya emang selektif, karena nggak suka makanan jogja yg kebanyakan citarasanya manis dg aroma khas.
Delete