“Di sini memang sudah
ada kelompok tani dari dulu, tapi kegiatannya ya ‘gitu-gitu aja’,” Ungkap
Nardi, Ketua Kelompok Tani Karya Bakti IV Dusun Sinar Agung, Desa Peniangan,
Lampung Timur (21/8/2014).
Nardi bersama dua puluh lima anggota kelompoknya telah berhasil bangkit dan mengembangkan pola pertanian mereka. Mulanya mereka hanya petani palawija, jagung, dan pepaya yang sangat bergantung pada musim dan pupuk kimia. Saat ini mereka telah mampu mengembangkan pertanian organik dengan mendayagunakan potensi desa yang ada. Bahkan saat ini aktivitas mereka tak hanya sekedar bertani, melainkan juga beternak, memelihara ikan, dan memproduksi pupuk kompos.
Nardi bersama dua puluh lima anggota kelompoknya telah berhasil bangkit dan mengembangkan pola pertanian mereka. Mulanya mereka hanya petani palawija, jagung, dan pepaya yang sangat bergantung pada musim dan pupuk kimia. Saat ini mereka telah mampu mengembangkan pertanian organik dengan mendayagunakan potensi desa yang ada. Bahkan saat ini aktivitas mereka tak hanya sekedar bertani, melainkan juga beternak, memelihara ikan, dan memproduksi pupuk kompos.
Di bawah binaan tim
ahli LSM Mitra Bentala dan didanai dari program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Tirta Investama atau Danone Aqua Lampung, Kelompok Tani
Karya Bakti IV menjadi satu-satunya kelompok yang menyatakan diri sanggup
bangkit sekaligus menjadi contoh bagi kelompok lainnya.
“Jauh sekali bedanya
dulu dengan sekarang, Mbak. Dulu kelompok saya sebelum dibina oleh Mitra
(Bentala) kegiatannya sekedar bertani saja. Jarang kumpul-kumpul. Sekarang mereka (Mitra Bentala dan
Aqua) sangat mendukung kelompok kita. Dulu nggak
ada kegiatan rutin. Setelah kelompok lain tahu, banyak yang mau ikut
seperti kita,” Papar Nardi kepada penulis.
Menurut cerita Nardi,
awalnya yang dijadikan kebun percobaan adalah tanahnya yang berlokasi di
sebelah rumah. Mereka membuat pupuk kompos dari kotoran ternak dan sampah
organik di sana. Di lokasi itu pula ditanam beberapa jenis tanaman sebagai demplot untuk aplikasi dari pupuk yang telah mereka buat.
Lambat laun, setelah
penerapan pola bertani organik dianggap matang dan dapat diaplikasikan oleh
semua anggota kelompok, mereka merambah kepada bidang perikanan. Anggota kelompok
Karya Bakti IV mendapatkan bibit lele dari program CSR Danone Aqua ini. Sejak berjalan
setahun silam, kelompok ini telah tiga kali panen lele.
(Foto: Mitra Bentala) |
“Hasil panen terakhir
yang didapatkan dana bersih sekitar Rp. 5 juta dan digunakan sebagai modal lagi
untuk menanam lele,” kata Nardi.
Anggota kelompok Karya
Bakti IV sudah merasakan adanya peningkatan yang sangat signifikan dalam pola
bertani dan beternak hingga memelihara lele. Saat ini tanaman mereka tidak lagi
bergantung pada pupuk dan pestisida kimia. Limbah ternak juga bukan lagi
menjadi masalah melainkan menjadi berkah bagi petani. Mereka juga telah menguji
coba pembuatan pupuk cair yang dibuat dari air kencing sapi. Hasil yang
dicobakan kepada beberapa jenis tanaman juga baik. Hanya saja mereka masih
terkendala modal untuk membeli wadah dan fermentor untuk produksi pupuk cair.
Sebelum petani menggunakan pupuk organik, setiap 1,5 hektare lahan pertanian membutuhkan 150 kilogram pupuk kimia. Saat ini petani sudah tidak lagi bergantung pada pupuk kimia.
“Harapannya Mitra
(Bentala) bersama dengan Aqua bisa memberikan modal lagi kepada kami, juga
pembinaan. Karena beberapa peralatan yang dibutuhkan masih belum ada,” Ujar
transmigran kelahiran 1961 ini.
Nardi adalah salah satu
dari sekian banyak warga pendatang yang tinggal di Desa Peniangan dan
menggantungkan hidup dari mengolah tanah pertanian di desa itu. Bapak dua anak
ini datang jauh-jauh dari Ngawi, Jawa Timur dan mengadu nasib di Desa Peniangan
sejak 1975 silam.
Program
Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi dalam Mendukung Sistem Pertanian Terpadu
“Program ini merupakan ‘lahan’
belajar bagi komunitas untuk berbagi pengetahuan. Penggunaan pupuk kompos,
budidaya tanaman sayur, tanaman keras, hingga sektor perikanan membantu
masyarakat untuk menerapkan sistem pertanian yang berkelanjutan,” jelas Rizani
Ahmad, Koordinator Program Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi dalam Mendukung
Sistem Pertanian Terpadu di lokasi ini.
Berdasarkan penuturan Rizani yang dihubungi via telepon (15/8/2014), sebelum ada program
ini, masyarakat bertani dan bergantung pada ketersediaan pupuk dan pestisida
kimia yang harganya kini semakin mahal. Penggunaan kotoran ternak secara langsung
tanpa diolah juga dinilai berdampak kurang baik bagi tanaman. Namun setelah
diolah menjadi kompos dengan proses sedemikian rupa dan ditambahkan MOL
(Mikroorganisme Lokal), kualitas kompos menjadi lebih baik dan menghilangkan
ketergantungan masyarakat terhadap pupuk kimia.
Proses produksi kompos (Foto: Mitra Bentala) |
“Desa itu (Desa
Peniangan) merupakan kawasan yang cukup jauh dari pesisir sehingga masyarakat
sulit mendapatkan ikan untuk dikonsumsi. Sementara itu, sangat sedikit warga
yang membudidayakan ikan untuk dijual kepada warga lainnya. Jadi kelompok yang
dibina melalui program ini dibuat berpikir bagaimana caranya mengatasi kondisi
itu. Kita (Mitra Bentala dan Aqua) memfasilitasi sejauh mana mereka bisa
berkembang dengan sustainable agriculture
(pola pertanian berkelanjutan),” papar Rizani.
Selain terjun langsung
membina anggota kelompok, Mitra Bentala juga melakukan pembinaan kepada kaum
ibu. Para ibu ini dididik bagaimana menjaga kebersihan lingkungan dan
memanfaatkan limbah dapur sebagai pupuk. Intinya, pembinaan kepada ibu-ibu ini
diarahkan kepada upaya peningkatan sanitasi dalam keluarga.
Pertemuan kelompok tani (Foto: Mitra Bentala) |
Sedangkan sejak awal
program tahun 2012 silam, Mitra Bentala juga memberikan Pendidikan Lingkungan
Hidup (PLH) bagi anak-anak, khususnya siswa Sekolah Dasar. Setiap bulan mereka
membina bagaimana generasi muda harus menjaga ketersediaan dan kualitas air,
membuang sampah ke lingkungan, menanam pohon, dan menanamkan jiwa yang sadar
akan pentingnya menjaga bumi sejak dini.
Menurut Sudarto, salah
satu Tim Ahli Mitra Bentala yang terjun langsung ke lapangan, pihaknya juga
mengajak masyarakat untuk menanam tanaman keras. Selain sebagai peneduh dan untuk alasan konservasi air, tentunya tanaman keras ini akan bermanfaat dari sisi ekonomi. Timnya juga memberikan
pendidikan seberapa besar pengaruh limbah ternak dan pestisida terhadap
kualitas air dan lingkungan.
“Kendala yang kami
temui sejak awal proses adalah kenyataan bahwa masyarakat belum pernah
berorganisasi. Sehingga kami kesulitan untuk membangun pemahaman dan meyakinkan
masyarakat bahwa upaya ini akan mampu meningkatkan taraf dan kualitas hidup
masyarakat,” kata Sudarto.
Salah satu aktivitas brainstorming dilakukan secara persuasif melalui diskusi informal (Foto: Mitra Bentala) |
Kenyataan bahwa
masyarakat belum pernah tersentuh pendidikan sejenis dan belum pernah berorganisasi
tentu membuat Tim Ahli kesulitan di lapangan. Lambat laun kondisi tersebut
mampu berubah seiring berjalannya waktu. Kesolidan antar masyarakat dan
masyarakat dengan pemangku pimpinan desa juga semakin baik.
Demplot pertanian palawija (Foto: Mitra Bentala) |
“Untung ada Aqua yang
memfasilitasi melalui dana CSR-nya. Awalnya ada tujuh kelompok tani yang menolak
untuk dibina, dan hanya ada satu kelompok yang siap. Saat ini ketika pupuk
kompos yang dihasilkan oleh Kelompok Karya Bakti IV mulai diperdagangkan di
Bandar Lampung dan melihat peningkatan penghasilan anggota kelompok tersebut, beberapa kelompok tani juga mulai
merapat dan menyatakan diri siap untuk dibina juga,” tambah Sudarto.
Pertanian Terpadu
Corporate
Social Responsibility (CSR)
Danone Aqua Lampung
Dilansir dari sistempertanianterpadu.blogspot.com, sistem pertanian terpadu pada hakekatnya adalah memanfaatkan seluruh potensi
energi sehingga dapat dipanen secara seimbang. Pertanian melibatkan
makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang
untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi.
Dengan pertanian terpadu ada pengikatan bahan organik di dalam tanah dan
penyerapan karbon lebih rendah dibanding pertanian konvensional yang
pakai pupuk nitrogen dan sebagainya. Agar proses pemanfaatan tersebut
dapat terjadi secara efektif dan efisien, maka sebaiknya produksi
pertanian terpadu berada dalam suatu kawasan. Pada kawasan tersebut
sebaiknya terdapat sektor produksi tanaman, peternakan maupun perikanan.
Keberadaan sektor-sektor ini akan mengakibatkan kawasan tersebut
memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh komponen produksi tidak akan
menjadi limbah karena pasti akan dimanfaatkan oleh komponen lainnya.
Disamping akan terjadi peningkatan hasil produksi dan penekanan biaya
produksi sehingga efektivitas dan efisiensi produksi akan tercapai.
Melalui penerapan sistem pertanian terpadu di Desa Peniangan ini harapannya tentu akan terwujud suatu sistem pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture). Sistem inimemanfaatkan
sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya
tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) yang tersedia di lokasi untuk proses produksi
pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal
mungkin. Dengan demikian penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas hasil panen dan lingkungannya akan selalu terjaga.
Revolusi Industri dan pertanian telah menimbulkan konsekuensi semakin rusaknya lahan yang ada. Selain alih fungsi lahan pertanian yang semakin masif terjadi, rusaknya lahan pertanian juga masalah yang tak bisa dihindari. Hal ini diakibatkan penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang awalnya dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
Selain menurunkan kualitas tanah dan air, residu bahan kimia buatan yang tertinggal pada produk pertanian juga berakibat pada turunnya kualitas kesehatan masyarakat. Resiko mulai dari obesitas, kanker, hingga resiko kelainan kejiwaan merupakan dampak yang harus dibayar mahal akibat penggunaan aneka bahan kimia buatan yang merusak lingkungan dan kesehatan.
Danone Aqua
memang telah menginisiasi kegiatan CSR melalui pengelolaan Sumber Daya Air
Terpadu (Integrated Water Resource
Management). Sebagai perusahaan yang aktivitasnya sangat bergantung pada
kualitas dan kuantitas air tanah, Danone Aqua tidak bisa lari dari
tanggungjawabnya dalam mengelola air. Mengelola air artinya juga mengelola
keberlanjutan Sumber Daya Alam dengan partisipasi dari masyarakat. Oleh karena
itu Danone Aqua menginisiasi upaya ini melalui program Aqua Lestari.
Masyarakat Desa Peniangan mengandalkan air sungai untuk MCK, memandikan ternak, hingga kendaraan (Foto: Dok. Pribadi) |
Promosi PHBS di SDN Gunung Raya (Foto: Dok. Pribadi) |
Pada tahun 2010 – 2011, manfaat program pembangunan sarana air bersih
juga turut dirasakan oleh 2.120 warga Desa Peniangan dan Desa Gunung
Raya di Kecamatan Marga Sekampung Lampung Timur. Termasuk dalam program
tersebut adalah kegiatan promosi PHBS
bersama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Promosi PHBS
juga dilaksanakan AQUA bersama Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung di Kelurahan Kupang Teba Kota Bandar Lampung pada tahun 2012 dengan
penerima manfaat sebanyak 994 orang (Sumber: www.aqua.com).
Sebagaimana dikutip
dari www.aqua.com, Pelibatan dan Pemberdayaan Masyarakat adalah inisiatif perusahaan untuk
penguatan kemandirian sosial-ekonomi masyarakat agar tercipta kohesi sosial.
Berbagai program yang dilaksanakan antara lain: pertanian organik terpadu,
usaha mikro dan koperasi, akses modal dan pasar, akses air bersih dan
penyehatan lingkungan (Water Access,
Sanitation and Hygiene/WASH), tanggap bencana, dan lain-lain. Dengan demikian,
CSR Danone
Aqua ini sangat membantu keberlangsungan hidup masyarakat dan lingkungan karena
sangat fokus pada lingkungan hidup sekitar. Melalui program-program pengelolaan
Sumber Daya Air yang meliputi program konservasi, pertanian berkelanjutan,
pengelolaan sampah, penyediaan akses air
bersih, pendidikan sanitasi kepada masyarakt, dan pengembangan ekonomi masyarakat
merupakan bukti bahwa Danone aqua bukan perusahaan yang ‘egois’.
(Foto: www.aqua.com) |
Disamping itu, sudah menjadi
kewajiban Danone Aqua untuk menjalankan amanah Undang-Undang terkait CSR. Kewajiban
itu tertuang dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan terbatas.
Berdasarkan Pasal 68 UU 32/2009, setiap orang yang
melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:
- Memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu;
- Menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan
- Menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
Pelestarian Air dan
Lingkungan merupakan upaya perusahaan terhadap manajemen sumber daya air yang
berkelanjutan, baik untuk operasional bisnis maupun sosial-lingkungan, melalui:
keseimbangan neraca air, pengendalian kualitas air, dan pengelolaan sumber daya
air. Upaya tersebut dimulai dengan mengeluarkan "Kebijakan Danone Aqua
terhadap Perlindungan Sumber Daya Air". Kebijakan ini menjadi dasar dari
program-program yang dilaksanakan, diantaranya: penelitian-penelitian terkait
sumber daya air, pendidikan lingkungan hidup, rehabilitasi saluran irigasi,
penanaman pohon, pembuatan sumur resapan, biopori, dan lain-lain (Sumber: www.aqua.com).
Pada Agustus 2012 lalu, Danone Aqua juga telah bekerjasama dengan LSM Mitra Bentala untuk melakukan Pelatihan Singkat Peresapan Air Dengan Metode Biopori. Pelatiahan ini ditujukan bagi peningkatan pemahaman dan keterampilan
para karyawan Pabrik Danone Aqua Lampung dalam berpartisipasi mengurangi resiko
ancaman kekeringan baik di lokasi Pabrik Danone Aqua maupun di lingkungan
tempat tinggal para karyawan yang tersebar di Bandar Lampung.
Menurut SR CSR Danone Aqua Lampung, Derson Elphiwika, pihaknya juga berencana melakukan beberapa kegiatan dalam bentuk donasi dan bekerjasama dengan beberapa pihak, diantaranya:
- Program penganekaragaman hayati yang akan digelar tahun ini bersama Badan Pengendali Lingkungan Hidup dan Pemerintah Kota Bandar Lampung. Mengenai jenis tanaman dan jumlahnya masih dalam tahap diskusi dengan parapihak. Rencananya, kegiatan ini akan dilaksanakan di Batu Putu, Bandar Lampung dengan menanam tanaman-tanaman khas Lampung.
- Selain di Batu Putu, pihak Danone Aqua juga akan melakukan penanaman pohon perindang di sepanjang Jalan KH. Ahmad Dahlan, Kupang Teba, Bandar Lampung. Kegiatan serupa pernah juga dilaksakan pada tahun 2010 dan 2011 bekerjasama dengan masyarakat setempat.
- Danone Aqua Lampung juga memprakarsai pembuatan lubang biopori di sekitar pabrik dan di rumah karyawan dan juga membuat sumur resapan.
Karena peran aktif CSR-nya inilah Danone Aqua Lampung menjadi salah satu perusahaan yang diberi penghargaan oleh Walikota Bandar Lampung pada
kegiatan Festival Lingkungan dan Diseminasi Program Konservasi Air Bawah
Tanah yang diselenggarakan di Lapangan Merah, Enggal, Bandar Lampung pada peringatan hari air 23 April 2014 lalu. Harapannya, dengan adanya berbagai aktivitas kepedulian terhadap lingkungan yang melibatkan masyarakat ini dapat menggugah perusahaan-perusahaan dan pihak lain untuk turut serta melakukan pemeliharaan lingkungan hidup.
Penghargaan kepada para penggiat biopori itu dimaksudkan agar parapihak dapat lebih berperan lebih aktif lagi dalam melakukan kampanye dan aksi nyata menyadarkan masyarakat bahwa air sangat penting bagi kehidupan. Program biopori ini merupakan gerakan bersama untuk konservasi air khususnya di Bandar Lampung yang telah digalakkan sejak 2012 silam. Lampung merupakan daerah dengan ancaman perubahan iklim terutama banjir dan kekeringan. Apalagi kawasan pesisir Bandar Lampung.
Di lokasi mata air di Desa Peniangan juga pihak CSR Danone Aqua akan melakukan penanaman bambu. Sebelumnya di lokasi ini juga pernah ditanam sejumlah rumpun bambu. Masyarakat setempat sangat mendukung upaya ini karena selain daun bambu dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak, masyarakat juga dapat mengambil rebung (tunas bambu) untuk dimasak.
"Penanaman bambu ini ternyata bagus efeknya untuk mempertahankan kualitas air bawah tanah," papar Derson, "dukungan dari masyarakat juga sangat besar dan tanaman bambu sangat mudah tumbuh dan berkembang".
Menurutnya, meskipun aktivitas-aktivitas yang akan dilaksanakan ini tidak sustainable dan hanya bersifat donasi, tapi pihak CSR Danone Aqua tetap akan melakukan pengawasan yang berkelanjutan.
"Komitmen Aqua sebagaimana kita tahu tidak hanya bisnis, melainkan di manapun Aqua berada, akan selalu melakukan upaya pemberdayaan dari hulu, tengah, dan hilir. Apalagi masyarakat dan lingkungan yang berada di ring dan berdampak dengan bisnis Aqua," jelas Derson (27/8/2014).
Kegiatan CSR Danone Aqua yang berkelanjutan memang hanya satu, yaitu pertanian terpadu di Desa Peniangan yang juga mempunyai target-target tahunan dalam workplan-nya. Pada tahun pertama (2013) dari sembilan kelompok tani yang ada, tim Danone Aqua dan Mitra Bentala menargetkan 2-3 kelompok untuk pembangunan mindset di masyrakat. Tahun kedua (2014) harapannya kelompok-kelompok tersebut bisa jadi role model bagi kelompok lainnya. Di akhir program, pada tahun 2015, tim akan menjangkau desa tetangga yaitu Desa Gunung Raya dan Gunung Sugih.
Program pertanian terpadu ini telah mengantarkan CSR Danone Aqua Lampung mendapatkan Penghargaan Gelar Karya Pemberdayaan Masyarakat (GKPM) 2014 untuk Millenium Development Goals atau MDGs Award kategori gold. Penghargaan tersebut diberikan di Jakarta pada 20 Agustus 2014 oleh Corporate Forum for Community Development (CFCD) dan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia. Penghargaan ini diberikan karena program tersebut dianggap memberikan kontribusi bagi pelaksanaan percepatan MDGs 2015.
"Dampak dari program ini (pertanian terpadu) sangat luas. Tidak hanya dari sektor ekonomi saja, tapi juga di bidang kesehatan dan sanitasi. Kelompok tani tadinya awut-awutan sekarang terarah, pemanfaatan limbahnya dimulai dari dalam rumah. Dulu buah pepaya yang tidak layak jual dibuang begitu saja, sekarang sudah dibuat keripik oleh ibu-ibu dan laku dijual," tandas Derson.
Ia berharap program pertanian terpadu itu akan menjadi pelopor dalam pemberdayaan masyarakat agar lebih mandiri. Dengan demikian dalam menjalankan sistem pertanian mereka tidak lagi bergantung pada bahan baku dari luar, misalnya pupuk kimia. Selain itu, limbah sapi ini bermanfaat untuk mengembalikan kesuburan tanah yang terlalu lama terpapar bahan kimia.
Upaya ini juga merupakan bentuk kepedulian Danone Aqua Lampung terhadap masyarakat dan lingkungan di sekitar lokasi usahanya. Hal ini penting agar terjalin sinergi antar pihak untuk dapat memberikan manfaat satu sama lain dan meningkatkan kualitas masyarakat dengan pemberdayaan potensi lingkungan yang berkelanjutan.
Tim di lapangan memang mempunyai workplan yang terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan di masyarakat. Mereka bekerjasama dengan dinas terkait dan kader Posyandu untuk melakukan penyuluhan. Terwujudnya lingkungan yang sehat sangat erat korelasinya dengan masyarakat yang sehat.
Penghargaan kepada para penggiat biopori itu dimaksudkan agar parapihak dapat lebih berperan lebih aktif lagi dalam melakukan kampanye dan aksi nyata menyadarkan masyarakat bahwa air sangat penting bagi kehidupan. Program biopori ini merupakan gerakan bersama untuk konservasi air khususnya di Bandar Lampung yang telah digalakkan sejak 2012 silam. Lampung merupakan daerah dengan ancaman perubahan iklim terutama banjir dan kekeringan. Apalagi kawasan pesisir Bandar Lampung.
Di lokasi mata air di Desa Peniangan juga pihak CSR Danone Aqua akan melakukan penanaman bambu. Sebelumnya di lokasi ini juga pernah ditanam sejumlah rumpun bambu. Masyarakat setempat sangat mendukung upaya ini karena selain daun bambu dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak, masyarakat juga dapat mengambil rebung (tunas bambu) untuk dimasak.
"Penanaman bambu ini ternyata bagus efeknya untuk mempertahankan kualitas air bawah tanah," papar Derson, "dukungan dari masyarakat juga sangat besar dan tanaman bambu sangat mudah tumbuh dan berkembang".
Menurutnya, meskipun aktivitas-aktivitas yang akan dilaksanakan ini tidak sustainable dan hanya bersifat donasi, tapi pihak CSR Danone Aqua tetap akan melakukan pengawasan yang berkelanjutan.
"Komitmen Aqua sebagaimana kita tahu tidak hanya bisnis, melainkan di manapun Aqua berada, akan selalu melakukan upaya pemberdayaan dari hulu, tengah, dan hilir. Apalagi masyarakat dan lingkungan yang berada di ring dan berdampak dengan bisnis Aqua," jelas Derson (27/8/2014).
Kegiatan CSR Danone Aqua yang berkelanjutan memang hanya satu, yaitu pertanian terpadu di Desa Peniangan yang juga mempunyai target-target tahunan dalam workplan-nya. Pada tahun pertama (2013) dari sembilan kelompok tani yang ada, tim Danone Aqua dan Mitra Bentala menargetkan 2-3 kelompok untuk pembangunan mindset di masyrakat. Tahun kedua (2014) harapannya kelompok-kelompok tersebut bisa jadi role model bagi kelompok lainnya. Di akhir program, pada tahun 2015, tim akan menjangkau desa tetangga yaitu Desa Gunung Raya dan Gunung Sugih.
Program pertanian terpadu ini telah mengantarkan CSR Danone Aqua Lampung mendapatkan Penghargaan Gelar Karya Pemberdayaan Masyarakat (GKPM) 2014 untuk Millenium Development Goals atau MDGs Award kategori gold. Penghargaan tersebut diberikan di Jakarta pada 20 Agustus 2014 oleh Corporate Forum for Community Development (CFCD) dan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia. Penghargaan ini diberikan karena program tersebut dianggap memberikan kontribusi bagi pelaksanaan percepatan MDGs 2015.
"Dampak dari program ini (pertanian terpadu) sangat luas. Tidak hanya dari sektor ekonomi saja, tapi juga di bidang kesehatan dan sanitasi. Kelompok tani tadinya awut-awutan sekarang terarah, pemanfaatan limbahnya dimulai dari dalam rumah. Dulu buah pepaya yang tidak layak jual dibuang begitu saja, sekarang sudah dibuat keripik oleh ibu-ibu dan laku dijual," tandas Derson.
Ia berharap program pertanian terpadu itu akan menjadi pelopor dalam pemberdayaan masyarakat agar lebih mandiri. Dengan demikian dalam menjalankan sistem pertanian mereka tidak lagi bergantung pada bahan baku dari luar, misalnya pupuk kimia. Selain itu, limbah sapi ini bermanfaat untuk mengembalikan kesuburan tanah yang terlalu lama terpapar bahan kimia.
Upaya ini juga merupakan bentuk kepedulian Danone Aqua Lampung terhadap masyarakat dan lingkungan di sekitar lokasi usahanya. Hal ini penting agar terjalin sinergi antar pihak untuk dapat memberikan manfaat satu sama lain dan meningkatkan kualitas masyarakat dengan pemberdayaan potensi lingkungan yang berkelanjutan.
Tim di lapangan memang mempunyai workplan yang terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan di masyarakat. Mereka bekerjasama dengan dinas terkait dan kader Posyandu untuk melakukan penyuluhan. Terwujudnya lingkungan yang sehat sangat erat korelasinya dengan masyarakat yang sehat.
Beraksi Nyata Mewujudkan Keberlanjutan Lingkungan
Untuk kaum muda (atau yang berjiwa muda), sudah bukan masanya lagi kita bisa berpangku tangan ditengah upaya orang-orang di luar sana untuk menyelamatkan bumi, menyelamatkan kehidupan. Danone Aqua sebagai sebuah perusahaan besar yang tidak lantas membiarkan kita meraba-raba dalam kegelapan ketidaktahuan. Danone Aqua telah menggandeng berbagai pihak untuk melakukan aksi nyata. Agar masyarakat luas dapat memberikan kontribusi terhadap aksi nyata ini, Danone Aqua memberikan jalannya, melaui link berikut ini: http://www.aqua.com/darikita/#aksi-nyata.
Lalu bagaimana dengan kita? Sudahkah kita memberikan andil dalam upaya pelestarian bumi? Tidak perlu muluk-muluk sampai membina suatu komunitas, atau membuat gebrakan penemuan besar yang menhebohkan dunia. Kita cukup dengan mulai dari sendiri dan sekitar, membangun kesadaran dan membiasakan hal-hal baik dalam kehidupan kita sehari-hari.
Tips menghemat air (Foto: www.aqua.com) |
Dalam
melakukan penghematan air misalnya, Danone Aqua melalui website-nya
yang sangat eksesibel telah memberikan contoh tindakan yang dapat kita
lakukan.
- Cara aman yang direkomendasikan untuk mencairkan daging adalah menyimpannya di kulkas, setelah dikeluarkan dari freezer. Daging yang dicairkan sebaiknya masih terbungkus di plastik atau plastic wrap kedap udara untuk mencegah kontaminasi bakteri (Sumber: www.okefood.com).
- Hemat kertas. Seperti yang pernah penulis baca, setiap proses produksi kertas memerlukan bahan kimia, air dan energi dalam jumlah besar dan tentu saja bahan baku, yang pada umumnya berasal dari kayu . Diperlukan 1 batang pohon usia 5 tahun untuk memproduksi 1 rim kertas. Limbah yang dihasilkan dari proses produksi kertas juga sangat besar, baik secara kuantitatif dalam bentuk cair, gas, dan padat, maupun secara kualitatif.Penulis lebih suka menyimpan draft dalam bentuk soft file dan mengonsultasikan tesis via email kepada pembimbing demi ngirit biaya print sekaligus hemat kertas.
- Tampung air wudhu menggunakan ember atau sejenisnya.
- Kalau punya kandang binatang menggunakan lap basah daripada membuang-buang air. Begitu juga untuk membersihkan kendaraan, lebih baik pakai kanebo daripada disemprot langsung memakai selang. Penulis hanya mempunyai sebuah sepeda lipat sehingga tidak boros air untuk mencuci dan juga tidak meracuni lingkungan dengan asapnya. Sepeda juga tidak menggerus perut bumi untuk bahan bakarnya, justru bersepeda adalah hal yang menyehatkan dan menyenangkan.
- Segera perbaiki keran yang bocor, hal ini tentu saja berlaku bagi pengguna keran, termasuk keran dispenser.
- Mandikan hewan peliharaan di halaman rumah, termasuk juga kendaraan. Dalam hal ini akan lebih baik jika tidak menggunakan sabun, memakai sabun tanpa deterjen, atau gunakan sabun sesedikit mungkin. Air bekas dari aktivitas ini dapat langsung menyiram rumput di halaman atau ditampung untuk menyiram tanaman, sehingga kalau terlalu banyak sabun dikhawatirkan tanaman akan mati juga meracuni tanah. Bisa juga airnya digunakan untuk mengepel teras dan membersihkan got.
- Perbanyak lubang resapan biopori. Lubang biopori berfungsi menahan air sekaligus tempat pembuatan kompos.
- Hemat air ketika mandi. Bayangkan betapa sulitnya orang-orang yang tinggal di kota yang padat penduduk dalam mendapatkan air. Bandingkan juga kemudahan kita untuk mengakses air bersih dengan kondisi masyarakat Desa Peniangan yang harus mandi bersama kerbau atau orang yang sedang buang air besar dalam satu lokasi. Bersyukurlah kita mandi di sebuah kamar mandi privat dengan air bersih, maka dari itu berhematlah.
Sistem pertanian terpadu juga dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan untuk anak kos sekalipun. Setidaknya itu yang telah penulis lakukan. Sedikit upaya disamping membiasakan diri untuk diet plastik, meminimalisasi sampah, dan berkebun dalam keterbatasan lahan.
Penulis menyemai biji cabai dan tomat sisa dari dapur. Selain itu juga penulis menanam kangkung, daun bawang, dan seledri. Tanah yang sudah lengkap dicampur dengan kompos dapat dibeli dengan harga sekitar Rp. 5000/kantong ukuran 5kg. Sementara pupuk bisa kita buat dari sampah organik yang kita komposkan sendiri. Air yang digunakan untuk menyiram tanaman bisa dari tadahan air hujan, air bekas wudhu, atau air lainnya yang tidak terpakai daripada dibuang.
See... berkebun, bertani, dan sejenisnya bukan hanya untuk alasan ekonomi, tapi juga mengurangi sampah, menghindari konsumsi produk yang terpapar pertisida yang biasa kita beli di pasar, dan sebagai sarana refreshing. Berkebun itu menyenangkan dan menyembuhkan.
Salah satu sudut kebun mini di beranda kamar kos (Foto: Dok. Pribadi) |
See... berkebun, bertani, dan sejenisnya bukan hanya untuk alasan ekonomi, tapi juga mengurangi sampah, menghindari konsumsi produk yang terpapar pertisida yang biasa kita beli di pasar, dan sebagai sarana refreshing. Berkebun itu menyenangkan dan menyembuhkan.
Salah satu pesan di dinding BNI-UGM Food Park (Foto: Dok. Pribadi) |
Sumber data : wawancara
Referensi: dapat ditelusuri melalui link yang disisipkan dalam tulisan
Foto : Mitra Bentala, website Aqua, dan dokumentasi pribadi
Jadi pingin punya aquakultur dirumah yg minim lahan untuk berkebun..
ReplyDeleteAku pun, tapi itu nanti. Setelah punya rumah sendiri dan nggak pindah2 kosan lagi. Asik kalau diseriusin, rumah dg taman mini dan kolam ikan:D
DeleteLumayan nambah income
ReplyDeleteYa, Bri. Kamu harus pulang kelak dan membangun Peniangan, ya :)
Deletesemoga pertanian kita makin jaya, dan makin banyak masyarakat yg peduli dengan lingkungan disekitarnya,, dari hal yg sederhana dan dikerjakan bersama-sama,, lambat laun hasilnya bisa dinikmati dan semakin besar manfaatnya,,, :) thanks for sharing dear...
ReplyDeleteMakin banyak pemuda yang 'bangun dari tidur panjangnya' dan bergerak untuk kemandirian. Thanks for reading, too :)
Delete