“Aduh... bahuku...!”
“So...sooooriiii...
Kamu ...” Kalimat itu kubiarkan menggantung. Andrea mengangguk.
‘Ssstt... keep this
secret, ya! Aku nggak apa-apa,
kok.” Pujaanku yang malang itu tersenyum. Manis sekali melebihi cokelat hangat
yang tadi kusesap.
Andrea mengaku kerap dihajar suaminya belakangan ini. Aku tidak
habis pikir, bagaimana mereka mendapatkan kepuasan diatas ranjang dengan resiko
badan remuk kesakitan.
“Kamu nggak sebaiknya
ajak Adit ke psikiater, Ndre?” usulku yang kesekian kalinya.
“Lihat aku, Ndre, aku lebih pantas...,” aku menatapnya nanar.
“Aku menikmatinya, kok. Santai aja,” kembali dia menyembunyikan kepedihan dalam senyum simpulnya.
“Kau tau, Ndre, aku tidak rela kamu terluka... “, ujar
batinku lirih.
Diikutsertakan dalam #FF100Kata
Anterin Andrea dong, Ku.. (si aku nih siapa namanya? :D)
ReplyDeleteahahhhahaahaa...entahlah... mungkin "Ku" sesosok pengagum yang masih malu menampakkan jati dirinya. Terimakasih atas kunjungannya mbak, jangan lupa tinggalkan madu :D
ReplyDelete