“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar).” (QS. Ar Rhum : 41)
Berbagai dampak perubahan iklim tidak terlepas dari
perilaku manusia. Oleh karena itu
diperlukan tindakan nyata untuk mencegah terjadinya permasalahan
ekologi. Jika tidak segera diatasi,
permasalahan ini akan
menimbulkan krisis ekologi yang lebih kompleks lagi. Permasalahan ekologi
merupakan permasalahan global yang tidak dapat diatasi oleh perorangan,
kelompok, tetapi permasalahan ekologi ini harus kita atasi bersama.
Gaya hidup
go green dengan bersepeda, misalnya. Manusia jaman sekarang dituntut untuk dinamis
dengan mobilitas tinggi. Selain jarak dan medan yang ditempuh, waktu juga jadi
pertimbangkan dalam pemilihan alat transportasi. Bike to work atau bike to
school mungkin akan baik diaplikasikan untuk jarak dan waktu tempuh yang
relatif pendek. Namun jika belum bisa, paling
tidak bike to warung, bike to tetangga instead of naik motor.
|
Bike to campus dan sekitarnya
Selain
mengurangi emisi gas buang kendaraan bermotor, dengan tidak menggunakan
kendaraan pribadi dan memilih menggunakan angkutan umum juga merupakan bagian
dari upaya penghematan energi. Dengan demikian tidak perlu lagi
mempermasalahkan bahan bakar yang harganya melambung, atau pencabutan subsidi
bahan bakar.
Disamping itu, anak kos seperti saya cenderung
memilih apapun yang simpel. Dengan semakin mudahnya pemenuhan kebutuhan saat
ini, ancaman sampah menjadi semakin nyata. Malas masak dirumah, beli makan
diwarung dan dibawa pulang. Jika
pembeli tidak menggunakan misting (wadah makan) tentu memerlukan pembungkus
makan yang kemudian menjadi sampah. Banyak
juga kawan yang selalu membawa goodie bag
atau tas pakai ulang lainnya kemanapun ia pergi sehingga tidak perlu memasukkan
belanjaan kedalam kantong plastic.
Dengan
alasan kepraktisan dan penampilan, saat ini bermunculan restoran yang identik
dengan bungkus plastik atau styrofoam. Selain menimbulkan permasalahan pengelolaan
sampahnya, penggunaannya juga
tidak baik bagi kesehatan. Terlebih plastik yang kontak langsung dengan makanan
yang kita makan. Bahan kimia dalam plastik akan terurai dan bermigrasi kedalam
makanan. Untuk
itu, saya melakukan penghematan
penggunaan kantong plastik. Jika kita minum ditempat, mengapa harus memakai sedotan? Begitu juga
dengan kemasan air minum sekali pakai. Bukankah lebih baik membawa tumbler (wadah air minum) yang dapat
dipakai ulang?
Hidup
seorang diri membuat keperluan juga sedikit. Tidak jarang orang lebih senang
membeli produk dalam kemasan kecil. Tentu akan lebih bijak jika kita membeli
produk yang dapat diisi ulang (refill).
Harganya juga biasanya lebih murah jika membeli produk dalam kemasan lebih
besar. Dalam
UU Nomor 18 tahun 2008 telah jelas bahwa kita harus mengurangi sampah dari awalnya.
Menurut saya, sampah kemasan adalah tanggungjawab dari produsen. Konsumen tidak
membeli kemasannya, tapi hanya membeli isinya. Berbagai upaya dari berbagai
pihak sebenarnya telah banyak sekali dilakukan untuk mengatasi permasalah ini. Upaya tersebut
terkadang kurang sustain atau yang
terkesan jalan ditempat dan hanya menyentuh pihak tertentu saja. Prodesen
dituntut untuk tidak hanya focus terhadap konsumen (people) dan profit saja, melainkan profit, people, and planet.
Green lifestyle juga
erat kaitannya dengan
menjaga kesehatan. Tidak cukup makan empat sehat lima sempurna, tapi perlu
diperhatikan juga bagaimana asal usul makanan itu. Air yang kita minum, tanaman pertanian, juga hewan ternak, semuanya
adalah bisa saja menjadi racun yang menjadi sumber berbagai penyakit dalam
tubuh kita. Lebih baik lagi jika kita bisa menanam sendiri
di sekitar rumah kita. Berkebun dirumah juga akan menambah keasrian lingkungan.
Banyak pilihan metode berkebun yang saat ini marak dikembangkan, seperti
vertikultur atau hidroponik untuk lahan sempit. Sampah organik juga bisa
dijadikan pupuk, daripada dibuang sia-sia. Sampah organik jika dibiarkan
menumpuk dan tidak diolah secara bijak juga akan menghasilkan gas metan yang
juga merupakan salah satu Gas Rumah Kaca (GRK).
Saya menggunakan sisa cabai, tomat, dan lain-lain dari dapur untuk ditanam
didalam pot dari plastik dan botol bekas. | | |
|
Menanam sayur mayur didepan kamar kos memanfaatkan sampah |
Malas
mencuci, dimasukkan saja ke laundry. Laundry terkadang menggunakan deterjen
yang bersifat ‘keras’ sehingga berbahaya untuk si konsumen dan juga lingkungan.
Untuk itu, sebagai
konsumen, saya juga harus
berhati-hati. Pemerintah juga harus memperketat pengawasan terhadap pembuangan
air limbah.
Going green is not that
simple, memang. Kuncinya hanya tekad. Jika kita tidak dapat
mengurangi polusi yang diracunkan oleh manusia kepada bumi, paling tidak kita
tidak menambahnya. Meski belum bisa memulai aksi yang besar, tapi paling tidak
kita mulai dari diri sendiri dan dari hal yang kecil untuk memulihkan bumi kita.
“
Tulisan ini diikutsertakan dalam Give Away Launching Buku Rumah Bersih Alami yang diadakan oleh Limbah Rumah Bersih.”
Hebat juga anak kos mau nanem sayur :). Manfaatkan sampah untuk menanam itu ide bagus. Jadi gak usah selalu beli pot baru, ya? :D
ReplyDeleteBenar sekali, ini ada beberapa pot tanaman cabai yg sudah mau berbuah :)
ReplyDeletePot memanfaatkan sampah yg dihasilkan oleh para tamu yg suka datang bawa air mineral :D
Mbak, mksh udah berpartisipasi di acara LRB ini :). Saya tunggu alamat lengkap dan nomor HP dikirim ke limbahrumahbersih@yahoo.co.id. Nanti ada hadiah untuk Mbak ;). Tunggu pengumuman pemenang utama di blog LRB tanggal 21 Desember nanti ;).
ReplyDelete