Nggak jadi pulang malam.
Seharusnya ini menjadi keputusan baik yang ditunggu-tunggu,dong. Tapi alih-
alih bersyukur, tapi aku malah mencoba menerawang jadwal esok hari yang super
padat. Yah semoga saja tidak meluap isi otakku. Keluar dari pintu Kantor Tribun
pukul 18.00 WIB seperti dahulu keluar dari gedung THP. Semasa di Lab selama
hampir dua tahun jarang sekali dapat melihat mentari di sore hari, atau
twilight di jalan Pramuka. Dahulu kala, melihat twilight di Jalan Pramuka
menimbulkan imajinasi seperti berada di Forks, tentu saja bersama Robert
Pattinson.
me and my boy friend :) |
Dan sore ini ketika aku melangkah
gontai didepan Kantor Tribun, terdengar sayup – sayup suara yang memanggil
namaku. Eh, benar saja setelah kubuka mata lebar – lebar aku yakin diseberang
jalan sana ada
Usman DKK. Wah, nampaknya mereka baru saja melakukan perjalanan jauh dan
kemudian ‘mangkal’ di “Bebek Belur”. Spontan saja aku menjawab panggilan dan
membalas lambaian tangan mereka. Ketika aku akan menyeberang jalan, masalah
klasikku muncul. Aku susah sekali menyeberang jalan L. Sungguh memalukan. Hingga
pada akhirnya sorak sorai menyambutku seperti seorang anak kecil yang berhasil
melakukan sesuatu yang besar.
Sudah lama aku tidak bertemu
mereka. Ternyata mereka masih saja sama seperti yang dulu. Meski Usman sudah
bekerja di Neka Boga, Mika di GF, Q-think yang membuka rumah makan “bebek
belur”ini, maupun Andi, Didit, Archie, dan Eki yang masih setia meramaikan
suasana kampus. Mereka masih saja kocak dan bersahabat. Thank’s God for sending them to fullfil my Sunday afternoon. (NP:
Sunday afternoon, Mocca).
Kemudian Usman menyatakan mau
mengantarku pulang. Wah, aku jadi bingung dan merasa tidak enak karena ia mau
pulang ke Tanjung Bintang. Tapi karena ia memaksa, aku memintanya mengantarku
ke UKMBS untuk mengambil charger
netbuk-ku yang tertinggal disana usai rapat tadi. Aku berharap Didi masih ada
disana. Ternyata harapanku sia – sia, tidak ada target yang ingin kutemui
digedung PKM yang tampak angker ini. Alhasil, Usman yang sudah lama tidak
menyambangi kampus jadi bernostagila. Hehe…pulang malam lagi deh akhirnya.
http://www.facebook.com/photo.php?fbid=3138454493924&set=o.293628297320603&type=1&ref=nf#!/KPPMLampung |
Disepanjang perjalanan pulang,
aku diguyur hujan yang pengecut. Mereka beraninya datang keroyokan. Mana berani
mereka datang dan berhadapan satu lawan satu. Satu yang tidak kusuka dari
langit yang mengirimkan hujan, yaitu ketika petir datang menyambar – nyambar.
Seperti kilatan yang meluapkan amarah dari langit. Aku sering menghibur diri
bahwa cahaya itu datang dari blitz kamera
fans dan pekerja jurnalis yang sedang memotretku. Tapi tetap saja nyaliku
menciut dihadapan petir.
Tapi entah mengapa aku selalu
suka hujan. Iramanya yang teratur. Dinginnya udara yang menusuk tulang. Dan
rinainya yang dapat menyamarkan luka. Kata Mocca sich gitu. Kembali aku
mengingat – ingat syair lagu Rain Will Fall-nya Mocca dan kemudian kubandingkan
dengan It will be rain-nya Bruno Mars. Yang kutemukan hanyalah persamaan bahwa
keduanya sama – sama easy listening.
Sesampainya aku di Gedung Tataan,
kulihat banyak pedagang yang menutup gerobak mereka. Kasihan. Pasti jarang ada
pelanggan yang rela hujan – hujanan untuk sekedar membeli gorengan atau jagung
bakar. Malahan si abang penjual fried
chicken sudah lebih dulu menyerah dan mendorong gerobaknya pulang. Ya Rabb,
berkahilah kami, turunkan rahmatMu sebagaimana Engkau menurunkan hujan kebumi.
Tiba - tiba cacing diperutku mulai menari tap –
tap yang sesekali iramanya berubah menjadi break
dance. Aku lapar. Aku ingat pesan mengenai ceritera pola makan dikelas
siang tadi. Kalau malam Pak Rudi selalu memilih makan sayur, bukan nasi,
makanya kesehatannya terjaga hingga kini. Tapi aku kan bukan manusia pemakan sayur. Bagaimana
mungkin aku tiba – tiba bisa jadi vegetarian? Gimana caranya? Kalau jadi sea food-ian atau fruit hunter aku pasti bisa!!! \(^_^)/
Aku membuka tudung saji, ada sup,
ikan, tempe
goring, dan hijau – hijau entah apa yang tak juga ingin kuketahui. Akhirnya
kuputuskan aku makan sup. Lumayanlah pengganjal perut. Hehe…tapi tempe goring itu
menggodaku dan terus menerus melambaikan tangannya padaku. Akhirnya aku makan juga
gorengan itu. Sadar sich bagaimana efeknya karena aku sudah terlalu sering
makan gorengan, tapi kalau tidak dimakan juga kan sayang. J
On the nite like this there so many thing I wanna tell you…
Lirik lagu itu
terngiang dikepalaku. Suara catchy teteh
Arina terus mengalun sembari perlahan merebahkan tubuhku diatas bed biru, diruangan yang serba biru, dan
dalam pelukkan Teddy biru. Aku kembali memuhasabah diriku, mengikhlaskan
hariku, dan berharap untuk segera terlelap dan berkelana didunia mimpi. Ok, Ry,
aku tidur dulu yach, sudah ada yang menungguku dialam mimpi karena tadi berjanji
bertemu dibulan malam ini. Bonne nuit.
Gambar dicomot dari :
Minggu, 12
Februari 2012, 21:11 WIB
No comments
Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<