Berhati – hatilah saat menyatakan perasaan. Saat kau mengatakan bahwa kau telah menganggapku sebagai teman, saudara, kemudian sahabat yang paling mengertimu, aku jadi tersenyum sendiri. Aku pernah berkata kepadamu, kadang – kadang, kau tidak sadar bahwa kau telah melukai hati orang lain dengan kata – katamu. Tahukah kau, terkadang, kau bersikap kasar dibalik kata – kata mu yang lembut? Kau memang selalu mementingkan dirimu sendiri.
Tidakkah kau merasa kau telah mempermainkanku dengan tiba – tiba mengangkatku kelangit, lantas kemudian menghempaskanku ke bumi begitu saja? Jahat. Tapi harus kuakui kau memang terkadang adalah orang yang paling memahamiku. Kau juga bilang kau akan selalu “ada” apapun yang akan terjadi. Tapi saat kau telah mendapatkan apa – apa yang kau mau, kau pergi saja seenak hatimu. Kau juga sering membuatku “panas” hingga aku terbakar dalam amarahku sendiri.
Terkadang kau berhati malaikat, dengan segala penuturan lembutmu. Terkadang kau nampak begitu bodoh, dengan pertanyaan – pertanyaanmu, terkadang kau tampak begitu memprihatinkan dengan keadaanmu, hingga menuai simpatiku. Tapi dilain waktu atau bahkan disaat bersamaan, kau tampak sebagai pribadi yang begitu menyebalkan dengan tingkahmu. Jelas sekali kau hanya “memanfaatkan” kesetiaanku. Ya, aku memang setia dalam memegang teguh janji persahabatan. Persahabatan adalah harga mati bagiku.
Aku minta maaf, jika aku telah menyakiti hatimu selama ini. Seperti yang pernah kukatakan kepadamu, aku akan selalu berada di sisimu selama kau membutuhkanku.
Dipuncak rindu, 2 Januari 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments
Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<